FULL CREDIT!
Chingu, jika ingin mengcopy postingan di blog ini, tolong cantumin credit fullnya ya dan link aktifnya ok ^^ and no bashing..., gunakan bahasa yang baik bila berkomentar.., Kamsahamnida ^^
"YunaArataJJ@KBPKfamily"

Kamis, 11 Agustus 2011

“SPRING IN LOVE” (FF )Chap. 13

Chap 13

“kau bisa berkonsentrasi Dhicca?”Tanya Hyu Gie saat Dhicca tak sengaja melesatkan anak panahnya keluar jalur.
“Mian…”ucap Dhicca merasa bersalah.
“senior ada masalah?”Tanya Joana sedikit berbisik ketika Hyu Gie telah menjauh untuk mengajarkan dasar-dasar pada Dong Wook.
“tidak…”ucap Dhicca dan kembali membidik sasaran.
“h…”Joana ikut membidik ke sasarannya,”ku harap kapten baik-baik saja…”
Zlep…, panah Dhicca masuk ke sasaran walaupun bukan di tengah,”akh…”pekik Dhicca sambil memegang dadanya yang tiba-tiba terasa nyeri.
“Senior…, senior Dhicca….”pekik Joana menahan Dhicca yang hampir jatuh. Hyu Gie dan Don Wook dengan cepat menghampiri Dhicca yang terus mengerang.
“Dhicca…, sadarlah…”ucap Hyu Gie, tanpa banyak bicara Dong Wook mengangkat tubuh Dhicca menuju klinik.
Dhicca yang mulai tak sadarkan diri merasakan sesuatu yang hangat memeluknya, pangerannya…sentuhan pangeran yang selama ini dia cari dan dia nanti.

Linda menunggu Jun Ki selesai pemotretan hingga setengah jam setelahnya Linda merasakan sesuatu firasat buruk dan memegang dadanya yang tiba-tiba berdetak kencang.
“ayo…”kata Jun Ki, namun Linda bergeming dan tetap merasakan detak jantungnya,“ada apa?”ucap Jun Ki dengan tak sabar.
“n…ne…”ucap Linda lalu mengikuti Jun Ki memasuki sebuah ruangan.
“jadi…, kau sudah berubah fikiran?”tanyanya datar sambil melempar jaketnya ke sofa.
“ya…, dan jika kau tak keberatan…maukah kau masuk ke clubku?”pinta Linda dengan sopan.
Jun Ki diam dan tersenyum sinis,”kau memang aneh…, dari dulu kau tak pernah berubah…”ucap Jun Ki.
“dari dulu?”Tanya Linda tak mengerti.
“lupakan…, tanda tangani ini…, dan kita sepakat…”ucap Jun Ki mengeluarkan selembar kertas yang langsung di baca oleh Linda.
“a…apa ini? Kau gila? Kau hanya akan berlatih bukan bekerja… kau kira aku pelayan?”pekik Linda histeris saat membaca syarat yang di tambahkan dalam surat kontrak.
“tidak…, kau tau siapa yang akan kau latih?”Tanya Jun Ki dengan nada dingin.
Dengan menahan marah Linda menjawab,”y….yah…, kau seorang artis…”.
“kau mengerti?..., dan cepat tanda tangan…”ucapnya sambil melemparkan pena ke meja di depannya.
“ugh…, kau memang….”ucap Linda kesal lalu mengambil pena itu dan menandatanganinya dengan emosi,”puas kau?”Tanya Linda menyerahkan kertasnya.
Jun Ki tersenyum sinis lalu berdiri sambil menjulurkan tangannya,”baik…, kau sekarang menjadi guruku…, dan kau harus menurutiku sesuai perjanjian kita…”kata Jun Ki mengingatkan.
Dengan senyum dipaksakan Linda membalas uluran tangan Jun Ki,”ya…, bersiaplah untuk mendapat pelatihan dariku…, murid…”…

“harusku akui…kau memang hebat…”ucap Hong Ki setelah sejam lamanya dia bertanding dengan Bella.
Bella menyeka keringatnya sambil duduk di pinggir lapangan,”dank au harus memenuhi janjimu utnuk mentraktirku makan…”ungkitnya.
“te…tentu saja…, aku tak akan lupa…hahaha…”Hong Ki memeriksa dompetnya dan mendesah lemas,”kau mau makan di mana?”.
”kau seperti orang yang terpaksa…, tidak perlu jika kau tak memiliki uang…”ucap Bella lalu mengambil tasnya dan akan beranjak.
“tunggu…, aku sudah berjanji…, aku akan mentraktirmu…, ayo…”Hong Ki mengambil tasnya lalu menarik Bella pergi.

Rindi kembali membawa nampan berisi makanan dan minuman untuk Jong Hun.
“kamsahamnida….”ucap Jong Hun.
“kau bisa meminumnya…, aku m…maaf aku harus membantu kakakku…”ucap Rindi beralasan.
“tak perlu Rindi..., kau temani saja dia…, aku akan meminta Ochy untuk membantu…”kata Lina dan mematahkan alasan Rindi untuk menghindar dari Jong Hun.
“tap…tapi kak…”kata Rindi mencoba membujuk.
Lina memandang heran adiknya,”dia tamumu…, baiklah Jong Hun…, tak apa kan jika kau ku tinggal bersama Rindi?”Tanya Lina beralih pada Jong Hun yang tersenyum pada Lina.
“ya…, tentu…”jawabnya.
Lina meninggalkan keduanya, dan membuat Rindi bertambah kikuk,”silahkan minum…”kata Rindi akhirnya.
“kau tak suka aku ada di sini?”Tanya Jong Hun berpura-pura kecewa namun ia tau arti di balik sikap Rindi.
“ti…tidak…”kata Rindi gugup.
Jong Hun menatap Rindi lalu tersenyum,”aku ingin mengajakmu makan malam…, apa kau tidak keberatan?”Tanya Jong Hun langsung.
“ap…apa?”Tanya Rindi terkejut.
Jong Hun menyerahkan sebuah kotak kado besar pada Rindi, lalu berdiri dan akan beranjak keluar namun sebelumnya berkata,”besok…, jam 7 aku akan menjemputmu….”kata Jong Hun kemudian benar-benar pergi.
Rindi tetap duduk di tempatnya dengan degupan jantung yang kencang hingga membuatnya tak mampu berkata lagi.
“Rindi…,hei…ada apa denganmu?”Tanya Ochy yang akan mengambil sekop dan menatap aneh pada Rindi yang terdiam mematung,”hei…apa itu?” Tanya Ochy penasaran pada kotak di depan Rindi itu.
“a…aku…”ucap Rindi ragu, tangannya dengan kelu membuka kotak itu.
“Wahhhhhhhhhhhh….,gaun yang sangat cantik….”ucap Ochy kagum.
Rindi benar-benar tak percaya apa yang di perbuat Jong Hun untuknya dan bertanya heran sambil melekatkan gaun berwarna merah gading itu ke tubuhnya.
“cantik…,ah… pacarmu yang memberikannya? AH….jangan-jangan artis itu…, kau jadian dengannya?”Tanya Ochy beruntun dan membuat Rindi terkejut.
“jangan mengada…, dia hanya…, dia bukan pacarku…”kilah Rindi malu.
“jangan bohong…, dia tau gaun itu pas untukmu…, aku yakin dia pasti menyukaimu…”ucap Ochy menambahkan.
“jangan menggodaku…, sudahlah…aku masuk dulu…”Rindi meletakkan kembali gaun itu ke dalam kotak lalu membawanya ke kamar.
“aish…, dasar keras kepala…”cibir Ochy pelan,”aku yakin sebentar lagi dia dan artis itu pasti jadian…”.
“siapa yang jadian?”Tanya Taemin dan membuat Ochy terlonjak kaget.
“kau mengagetkanku Taemin…”Ochy mengelus dadanya,”Rindi dan artis itu…”
“oh…, kau di panggil…kau terlalu lama mengambil sekop…, biar aku yang membawanya…”Taemin mengajukan diri lalu mengambil sekop dari tangan Ochy.
Ochy tersenyum di balik punggung Taemin, lalu menyeimbangkan langkah sambil berkata,”aku…, boleh aku pulang bersamamu lagi?”.
“jika kau tak keberatan dengan sepeda…”jawab Taemin.
“itu bukan masalah…”senyum Ochy mengembang.

“ayo kita pulang…”ucap Kim Bum setelah naik wahana terakhir,kincir raksasa.
“ya…”saat Tsatsa berjalan tak sengaja dia bertabrakan dengan seseorang,”ouch…,Mianhe…”ucap Tsatsa tertunduk lalu menatap terkejut laki-laki itu.
“Tsatsa…”ucam Nam Gil yang datang bersama seorang wanita.
”paman…, sedang apa paman…, akh pertanyaan bodoh…, tentu saja paman sedang kencan…”kata Tsatsa menjawab pertanyaanya sendiri.
“hai…”sapa Arrie, wanita yang bersama Nam Gil.
Tsatsa tak membalasnya malah menggandeng Kim Bum,”aku sedang berkencan dengan Kim Bum…, ah paman selamat bersenang-senang…,kami pergi dulu…”ucap Tsatsa kemudian menarik Kim Bum pergi.
“dia keponakanmu yang waktu itu?” Tanya Arrie,”sepertinya dia tak menyukaiku…”ucap Arrie dengan ekspresi ganjil,”sudahlah ayo masuk…”Arrie menarik Nam Gil yang hanya terdiam menaiki kincir raksasa.

“Tsatsa…”ucap Kim Bum setelah Tsatsa melepaskannya dan duduk di bangku taman.
“aku…, masih saja merasa aku ini menyedihkan…”ucap Tsatsa mencoba bertahan,”mungkin bodoh jika dia melihatku seperti ini…, tapi…aku sudah menyerah…aku akan menyerah…”janji Tsatsa pada dirinya sendiri.
Kim Bum memegang bahu Tsatsa lalu meremasnya,”aku tak ingin kau menangis lagi…, apapun itu…jangan pernah menyerah…”ucapnya.
“m…”angguk Tsatsa,”sebaiknya kita kembali…, sepertinya sudah sore…, dank u rasa Umma akan memarahiku…”ucap Tsatsa mencoba kembali ceria dan tersenyum.
Kim Bum tersenyum dan mengusap setitik air mata di ujung mata Tsatsa,”aku yakin kau bisa melakukannya…”.
“m…, Gomapta Kim Bum…, kau sahabat terbaikku…”kata Tsatsa lalu memanggul tasnya menuju parkiran sepeda. Saat akan menuju pintu, Tsatsa melihat laki-laki yang berpapasan dengannya di mesin penjual minuman otomatis sedang bertengkar dengan pasanganny.
“kau…, apa salah jika kau berkata jujur?”Tanya laki-laki yang bernama Kyuhyun itu.
“apa? Lalu bagaimana denganmu?”balas pasangannya dengan sinis.
“katakana padaku…, itu dari laki-laki itu kan?”kata Kyuhyun dengan emosi.
“ya…, lalu kenapa?”bentak wanita itu lagi.
“terbukti sekarang kau berselingkuh…”tuduh Kyuhyun dengan tawa sinis.
PLAK…, wanita itu menampar wajah Kyuhyun..
“agar kau tahu…, dia lebih baik daripada dirimu…,selamat tinggal!!!”wanita itu meninggalkan Kyuhyun yang terdiam sambil memegang pipinya.
“Tsa…, kau ma uterus menonton atau pulang?”Tanya Kim Bum ketika Tsatsa masih focus menatap adegan itu.
“oh..em…kau ambil saja sepedamu dulu…, biar aku tunggu di sini…, aku lelah…”kata Tsatsa beralasan.
“baiklah…, jangan kemana-mana…”pesan Kim Bum.
Tsatsa menganguk, lalu kembali menatap Kyuhyun yang bersandar pada mobilnya sambil menatap ke langit.
Tak sedikitpun pandangan Tsatsa beralih darinya hingga keduanya saling bertatapan. Tsatsa tersenyum dan Kyuhyun membalasnya sebelum sempat masuk ke mobilnya.
Hati Tsatsa berdegup kencang saat senyum Kyuhyun membalasnya. Kyuhyun masuk ke dalam mobilnya lalu bergerak maju dan berhenti di dekat tong sampah, Kyuhyun merendahkan jendela mobilnya lalu membuang sesuatu ke dalam tong sampah itu. Sebelum mobilnya meninggalkan jauh sekilas Kyuhyun tersenyum kembali pada Tsatsa.
Ketika mobil itu telah menjauh,tiba-tiba Tsatsa melangkah kea rah tong sampah tempat Kyuhyun membuang sesuatu.
Tsatsa langsung mengambil sebuah bungkusan berwarna biru marun.
“apa itu?”ucap Kim Bum yang telah mengambil sepedanya,”sedang apa kau berada di dekat tempat sampah?”tanyanya lagi.
Tsatsa segera tersadar lalu menyimpan bungkusan itu ke dalam tasnya,”bukan apa-apa…, ayo kita pergi…”ucap Tsatsa lalu naik ke belakang Kim Bum yang masih penasaran dengan apa yang di lakukan Tsatsa.
“menurutmu bagaimana pasangan tadi…, aku bertaruh satu kosong untuk si wanita…”ucap Kim Bum lalu mulai mengayuh sepedanya.
“ya…, kau benar…telak di sebelah kanan…”Tsatsa setengah berteriak mengatakannya sambil memegangi rambutnya yang mulai tertiup angin.

Tak lama Dhicca sadar setelah perawat klinik memeriksanya.
“syukurlah kau sadar…,kau tak apa kan?”Tanya Hyu Gie dengan wajah berkurang ketegangannya.
“m…, aku tak apa…”Dhicca duduk di sisi tempat tidurnya sambil memegang dadanya.
“sebaiknya kau pulang…, biar aku mencarikan tumpangan untukmu…”ucap Hyu Gie kemudian pergi setelah menyerahkan segelas air putih pada Dhicca.
“senior…, syukurlah kau siuman…, aku hampir memanggil kapten jika senior tak sadarkan diri juga…”ucap Joana membantu Dhicca meletakkan gelasnya.
“jangan…, aku tak ingin Linda khawatir…”larang Dhicca,”m…, kalian membawaku ke klinik…,gomawo…”.
Joana menggeleng kuat,”bukan senior tapi anggota baru itu…, dia kelihatan keren sekali…seperti pangeran yang menyelamatkan sang putri…”ucap Joana penuh kekaguman.
“Dong Wook?”Tanya Dhicca memastikan.
“m…”Joana mengangguk.
Dhicca terdiam dan berfikir agak lama ketika Hyu Gie datang bersama Dong Wook.
“dia yang akan mengantarmu pulang…, Joana kau bisa mengambilkan tas Dhicca?”Tanya Hyu Gie setengah memerintah.
Setelah mengangguk singkat kemudian Joana berlari pergi.
“tak ada yang lebih baik…, dia akan mengantarmu dengan motornya…,pakai ini…”Hyu Gie menyerahkan sebuah helm lalu menuntun Dhicca keluar diikuti Dong Wook.
Setelah Joana datang dan membawakan tasnya keduanya telah siap di atas motor yang terlihat keren itu.
“mianhe…, aku tak bisa ikut latihan hingga selesai…”ucap Dhicca merasa bersalah.
“jangan khawatir…, beristirahatlah…aku tak ingin Linda memarahiku karma membiarkanmu latihan terlalu keras…,Dong Wook aku titip Dhicca…”ucap Hyu Gie dengan tenang.
Dong Wook hanya mengangguk singkat lalu menyerahkan jaketnya pada Dhicca,”pakailah…” ucapnya pada Dhicca.
Dhicca terdiam, namun Hyu Gie langsung mengambil jaket itu lalu mengenakannya pada Dihicca,”Gomawo…”ucap Dhicca.
”pegangan yang erat…”ucap Dong Wook
Dengan ragu Dhicca memegang pinggang Dong Wook yang telah melesatkan motornya keluar dari halaman sekolah.

“kami datang…”ucap Hong Ki setibanya di sebuah kedai Mie Ramen.
“Selamat datang…, siapa yang kau bawa? Pacarmu?”Tanya seorang wanita tengah baya dengan sikap akrab pada Hong Ki.
“ah…, bukan bi…, dia temanku Bella…”ucap Hong Ki memperkenalkan Bella yang langsung menunduk singkat.
“ah…, kau payah Hong Ki…, kau sama saja seperti Hyun Min…”cibirnya.
“sudahlah bi…, kami kesini ingin makan mie ramen buatan bibi…, aku pesan dua bi…”putus Hong Ki merasa tak enak pada Bella yang ekspresinya terlihat kurang senang.
“baiklah-baiklah…., duduklah…”katanya kemudian masuk ke dalam.
Bella dan Hong Ki duduk di sudut ruangan ketika seorang wanita datang dan menyapa Hong Ki dengan akrab.
”dia Bella…, dia yang mengajariku basket…, Bella…dia Dy Ah Jae…, manager tim basket putra…”ucap Hong Ki agak gugup.
“aku mengenalnya Hong Ki…, jangan bersikap formal…, hai Bella…kita sering bertemu…, tapi kita tak pernah berbicara…,senang berkenalan dengan anak emas tim basket putri …”ucap Dy Ah sambil tersenyum ramah dan mengulurkan tangannya.
Bella membalas jabatan tangannya,”ya…, senang kau mengenalku…”jawab Bella datar.
“mana Hyun Min?”Tanya Hong Ki kemudian sementara Bella kembali duduk dan menatap kea rah kebun di luar.
“kakak sedang bimbingan belajar…, mungkin sebentar lagi dia kembali…”ucap Dy Ah kemudian duduk di sebelah Hong Ki.
“oh…”tak lama Mie Ramen pesanan datang, tak banyak kata yang keluar dari mulut Bella ketika dengan antusias Dy Ah bertanya tentang pertandingan yang telah di menangkannya.
“akupun dulu bermain basket tapi…, aku tak bisa lagi sekarang…”ucap Dy Ah sedikit tersirat nada kesedihan di dalamnya.
“mengapa?”Tanya Bella setelah menghabiskan Mienya.
Dy Ah terdiam namun Hong Ki dengan mulut penuh Mie menjawabnya,”dia mengalami kecelakaan saat pertandingan…”.
Bella menatap Dy Ah, dan menyimpulkan tak akan menannyakannya lebih jauh.
“bisakah kau makan dengan perlahan?”Tanya Bella sambil menatap Hong Ki yang telah menghabiskan 2 mangkok Mie.
“jangan perdulikan aku…, jika kau ingin tambah…, kau tinggal minta pada bibi…”ucap Hong Ki sambil terus makan diikuti tawa tertahan Dy Ah.
“jangan mengganggunya saat makan karma dia tak akan memperdulikan pertanyaanmu…”ucap Dy Ah memperingatkan dan membuat Hong ki berhenti makan dengan cepat.
“lucu…”cibir Bella dengan suara dinginnya.
Tak lama Hyun Min datang, kemudian langsung bergabung dengan Hong Kid an duduk di sebelah Bella.
“tak ku sangka kau datang ke kedaiku…”kata Hyun Min pada Bella.
“dia yang mengajakku…”ucap Bella sambil menatap Hong Ki yang langsung menatap Hyun Min dengan ekspresi lucu.
“kau bertaruh lagi dan mengorbankan masakan ibuku?”Tanya Hyun Min dengan nada tinggi.
“bibi yang menyuruhku kan…, lagi pula kata bibi itu bukan masalah…”ucap Hong Ki beralasan.
Hyun Min menghela nafas kesal,”Ya…, kau memanfaatkan ibuku…aigo…, kau ingin membuat kedaiku bangkrut?”.
“kakak…”ucap Dy Ah sambil tertawa kecil.
“kau jangan selalu membelanya seperti ibu…,aigooo…!!!”ucap Hyun Min kesal.
“aku akan membayarnya…”ucap Bella merasa tak enak.
“jangan…”cegah Hong Ki,”…, aku sudah berjanji padamu…”
Bella tersenyum sinis,”aku tak ingin merugikan orang lain…, biar aku bayar sendiri…”ucap Bella bersikeras namun Hyun Min yang merasa itu karena kata-akatnya langsung ikut mencegah.
“untukmu itu tidak usah…, biar dia yang bertanggung jab mencuci seluruh perabotan kedai…”sela Hyun Min.
“apa??”ucap Hyun Min dengan mata melotot.
“sudahlah Bella…, kami senang kau datang ke sini…, anggap saja ini promo special dari kedai kami…”ucap Dy Ah akhirnya dan membuat Bella mengurungkan niatnya.
“aku akan mengantar Bella…”ucap Hong Ki setelah menghabiskan 2 mangkuk mie dan sepiring kue beras.
“tak perlu…, aku akan pulang sendiri…, lagi pula kau harus mencuci piring kan…”tolak Bella lalu memanggul tasnya.
“tapi…”kata Hong Ki ragu.
“biar aku yang mengantarnya…”Hyun Min mencalonkan diri.
Dy Ah mengangguk setuju,”ya…sebaiknya dengan kakak saja…, akan lebih cepat bila kakak naik sepeda…sudah sore…, jangan tolak permintaan kami Bella…”ucap Dy Ah sambil menggenggam tangan Bella,”senang bisa berbicara denganmu…”.
Bella tersenyum miring lalu berkata,”aku senang kau tetap mencintai basket…”.
Tak lama Bella telah berdiri di sadel belakang sepeda lalu sekali lagi menunduk memberikan salam sebelum Hyun Min mengayuhkan sepedanya.

Frans akhirnya tak dapat menolak permintaan Hee Chul, yang sikapnya tiba-tiba berubah drastic, Frans menandatangani kontrak kerjanya sebagai manager. Tugas pertamanya akan dia laksanakan besok pagi dan sekarang Hee Chul mengantarnya pulang. Di sepanjang perjalanan pulang Frans terus terdiam dan memasang wajah jengkel.
“kau masih marah?”Tanya Hee Chul.
“tentu saja…, kau menipuku…!!!”bentak Frans kesal.
“maafkan aku…”ucap Hee Chul tanpa merasa bersalah,”tapi itu salahmu tak ingat siapa aku…”.
“sungguh ak tak mengenalmu!!..., akh…sudahlah…”mobil Hee Chul berhenti di halaman bertepatan dengan tibanya motor yang di naiki Dhicca.
“sampai jumpa besok… ingat kau harus datang jam 6…”pesan Hee Chul kemudian memutar mobilnya.
Smentara Dong Wook membantu Dhicca turun dari motornya.
“Gomawo…”ucap Dhicca terbata,”maaf aku telah merepotkanmu…”
“masuklah…, di luar dingin…”kata Dong Wook kali init a seketus biasanya namun kata-kata itu membuat Dhicca sedikit berani.
“maaf jika aku bertanya lancing padamu…, apakah kau yang mengangkatku ketika aku tak sadarkan diri di stasiun?”Tanya Dhicca.
Dong Wook sempat terdiam berfikir lalu menjawab,”ya…, sudahlah…cepat masuk sebelum kau tak sadarkan diri lagi…”.
Dhicca menunduk,”Kamsahamnida…”kemudian Dhicca berbalik dan melangkah masuk bersamaan denga Frans.
Sementara Dong Wook terdiam sesaat hingga kemudian kembali menaiki motornya dan pergi.

“syukurlah kalian cepat datang…”ucap Linda saat Bella dan Tsatsa tiba. Dengan semangat Linda berjalan kearah meja makan.
“kalian lama sekali?”Tanya Rindi sambil mengganti-ganti chenel siaran TV.
Bella masuk ke dalam kamarnya dan mengganti pakaiannya.
Sementara Tsatsa langsung melempar tasnya ke sofa dan duduk menghentak hingga Rindi menjatuhkan remotnya.
“kau ini…, membuatku kaget saja…”omel Rindi.
“mian ahjum…”ucap Tsatsa tanpa semangat.
“Linda… bersabarlah…”tegur Dhicca saat Linda dengan antusias ingin mengambil potongan ayam lada hitam yang masih mengepul hangat di atas meja.
“ayolah…, aku lapar…, hari ini aku berjuang keras dari hal yang menjengkelkan…”ucap Linda berapi-api.
“paling kau berkelahi lagi dengan preman sekolah…”cibir Frans sambil mengeluarkan tumisan daging cincangnya.
“maksud kakak?..., jika ku jelaskan kalian tak akan mengerti…”kata Linda yang langsung menopang dagunya.
“sudahlah…, sekarang saatnya makan…”ucap Lina yang mengularkan semangkok besar kimchi.
Ke 7 anggota keluarga itu kemudian berkumpul mengelilingi meja makan.
“akhirnya…, aku bisa hidup kembali…”ucap Linda yang langsung menyantap habis sepotong paha ayam lada hitam.
“kakak memang luar biasa…”cibir Tsatsa,”makan dengan kekuatan tornado namun tak sedikitpun tubuhmu terlihat melar…”
“khukhukhu…, tentu saja…, karena aku rajin berolahraga…”ucap Linda dengan sombongnya setengah bercanda.
“jangan terlalu sombong…, itu hanya karena dia rajin ke toilet setiap pagi…”bantah Frans dan mendapat cibiran dari Linda.
“sudahlah…”ucap Lina sambil menatapi anak-anaknya satu persatu.
“ada apa kak?”Tanya Rindi.
“aku hanya terharu…’ucap Lina menyeka air matanya.
“kak…, jangan merusak suasana…”kata Rindi memberi semangat.
Lina mengusap air matanya,”kau benar…, kebersamaan ini tak boleh kurusak dengan kecengenganku…”.
“akh…itu hanya gossip Bella…, klub panahku masih berdiri kok…”kata Linda saat Bella bertanya soal club panah Linda yang terancam bubar.
“seharusnya kakak jangan bersikap keras…, aku yakin kau menyembunyikannya…”tambah Bella memperingatkan.
“arasho…arasho….,aku akan menurutimu wanita salju…”ucap Linda menggoda Bella yang langsung menatapnya tak suka.
“sudahlah kak…, kau sendiri wanita ceroboh…”sela Tsatsa.
“kau sendiri…, wanita suara seriosa…”cibir Linda balik.
Dhicca tersenyum,”sudahlah…, kalian ini…”.
“percuma saja bila Linda dan Tsatsa sudah berdebat…, kita lihat saja siapa yang kalah…”ucap Frans yang sudah mengerti sifat ke dua adiknya yang saling tak ingin mengalah. Makan malam kali itu terdengar ramai, tak ada yang bisa menggantikan kebersamaan mereka bahkan dengan apapun yang terlihat mewah harganya.

To Be Con...

“ ATTENTION “

hehe…, mian ya…aku salah ketik nama buat tokoh Ugie yang harusnya Hyu Gie malah jd Yu Gie…, hehe…mian…*pletak, di slepet pembaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar