Revew Chap. Sebelumnya :
Tsatsa Rev.
Tsatsa yang sakit, di jenguk oleh Kim Bum, Kim Bum yang akan menyatakan perasaanya harus terganggu oleh kedatangan Nam Gil yang tiba-tiba, keduanya saling menatap dan perang batin di mulai.
Dhicca Rev.
Pot itu hampir jatuh menimpa mereka, namun Dong Wok menyelamatkannya dan Kim Auley terluka di kakinya dan Dong Wok membawanya ke klinik, Dhicca menyadari kini hatinya tumbuh perasaan lain pada Dong Wook, tapi sahabatnya juga menyukainya. Saat membuang sampah tanpa sengaja Dhicca jatuh dan menimpa Dong Wook keduanya tak sengaja berciuman.
Linda Rev.
Keduanya saling tatap, siapa dia? Itu dalam fikiran Linda, apa aku mengenalnya…,, Jun Ki benar-benar membuat Linda bingung bahkan dengan sikapnya yang sering membuat Linda gugup.
Bella Rev.
Ji Young kembali, ini seperti khayalan bagi Bella, orang yang selama ini dia rindukan kembali di hadapannya, di tengah hujan deras, Ji Young memeluk Bella dan Hyun Min yang menatap dari kejauhan cemburu di buatnya.
Rindi Rev.
Jong Hun menyatakan perasaannya di tengah hujan, Rindi yang malu akan cacat luka di wajahnya berlari dan Jong Hun menyatakan cintanya yang sesungguhnya, dan keduanya berciuman.
Frans Rev.
Hee Chul mengatakan bahwa dia cemburu bila Frans berdekatan dengan laki-laki lain, Frans masih menyangkal Cinta Hee Chul bukan lah untuknya, Hee Chul terus memaksa dan mendesak Frans.
Lina Rev.
Lina mendengar suara yang membuatnya menangis, suara itu begitu nyata, suara yang di rindukan dan sangat di cintai suara yang membuatnya berbalik, Dia kembali, Hyun kembali, Lina mengejarnya tapi dia dengan cepat pergi tanpa mendengarkan panggilan Lina di tengah hujan.
STORY...............................
“Hyun…”tangis Lina di tengah hujan.
Tin…Tin….. tanpa memperdulikan klakson mobil itu Lina terus menangis di tempatnya.
“Hyun….”tangis Lina.
Pemilik mobil itu turun dari mobilnya, sambil membuka payungnya dengan nada marah pada Lina dia berkata,”bisakah kau tak menghalangiku….,ka…kau lagi???”ucap Hyung Joon. Dengan wajah kesal,”hei bisakah kau untuk menyingkir dari jalan ini?”
Tanpa mengatakan sepatah katapun Lina beranjak dari tempatnya, dan mulai berjalan gontai menuju mobilnya.
“haish…kau memang…”dengan kesal Hyung Joon kembali ke mobilnya.
Brugh…, belum sempat Lina masuk ke mobilnya, Lina tak sadarkan diri dan membuat Hyung Joon berbalik dan mengabaikan begitu saja payungnya,”hei…, sadarlah…hei…heiii…..”.
“gomawo Jong Hun…, maafkan aku membuatmu basah begini…”ucap Rindi sambil menyerahkan susu coklat panas pada Jong Hun.
Jong Hun tersenyum pada Rindi,”tak perlu khawatir, aku tak apa-apa jika tidak begini mungkin aku akan menunggu kau semalaman di restoran, kau taka pa kan?”ucap Jong Hun sambil menyentuh pipi Rindi lembut.
Rindi tersenyum pada Jong Hun sambil memegang tangan yantg sedang menyentuh wajahnya,”ne…, aku tidak apa-apa,maafkan aku…”keduanya saling bertatapan hingga keduanya terkejut oleh suara gaduh dari atas.
“pergilah kalian berdua… aku hanya ingin sendiri saat ini…”pekik Tsatsa dengan nada tinggi.
“tsatsa…,dengarkan aku…aku kesini untuk…”ucap Nam Gil mencoba menjelaskan.
“mengapa kau mengusirku juga?”protes Kim Bum.
“ku mohon pergilah…”Tsatsa mencoba mendorong keduanya untuk turun.
“Tsatsa ada apa?” ucap Rindi setengah heran.
“annyeong…ku dengar Tsatsa sedang sakit…”ucap Arrie yang tiba-tiba datang.
Dengan menahan marah Tsatsa mendorong sekali lagi Nam Gil dan Kim Bum lalu dengan cepat berlari ke kamarnya dan menguncinya.
“a…ada apa?”Tanya Arrie yang kebingungan.
“aku tak mengerti mengapa paman merusak segalanya…”ucap Kim Bum dingin lalu meraih tasnya dan beranjak menuju puntu,”Ahjumma…aku pulang dulu…”ucap Kim Bum sambil menunduk hormat dan pergi.
“paman ada apa?”Tanya Rindi yang masih bingung lalu menatap Jong Hun bergantian.
Nam Gil hanya mendesah pendek dan sekali lagi menatap kamar Tsatsa lalu menjawab pertanyaan Rindi,”tidak, mungkin aku membuat Tsatsa jengkel…”
“baiklah…, mau ku buatkan minum paman?”Tanya Rindi berpromosi,”bibi Arrie?”
“tidak usah…”ucap Nam Gil cepat,”aku akan kembali ke rumah sakit, masih banyak pekerjaan…”tolak Nam Gil sambil tersenyum lalu berjalan kea rah Arrie dan menariknya pergi.
“aneh…”ucap Rindi lalu kembali menatap Jong Hyun dengan penuh permintaan maaf.
“tidak apa Rindi…, aku mengerti…”ucap Jong Hyun dengan penuh pengertian. Keduanya saling tersenyum.
“Nam Gil…”pekik Arrie sambil melepas tarikan Nam Gil, saat itu keduanya masih di toko bunga dan Taemin serta Ochy terkejut mendengarnya.
“kenapa kau datang?”ucap Nam Gil dengan nada sedikit menahan marah.
“aku hanya ingin menjenguk Tsatsa…”ucap Arrie beralasan,”apa salah? Kita sudah kembali bersamakan?” tambah Arrie.
“kau hanya akan memperkeruh suasana jika datang Arrie, kau lihat bahkan Tsatsa masih saja marah padamu…, aku sudah mengatakan padamu untuk bersabar…, semua akan sia-sia…”kata Nam Gil menumpahkan emosinya.
“baiklah-baiklah aku yang salah…”ucap Arrie dengan nada yang di tinggikan.
Nam Gil tertawa sinis,”jika kau sudah mengerti…, kau tak akan berbuat begini…”dengan nada dingin Nam Gil meninggalkan Arrie begitu saja.
“Nam Gil…, NAM GIL… tunggu aku…”ucap Arrie sambil mencoba membuka payungnya yang tak kunjung terbuka,”sial…”maki Arrie sebal dan membanting begitu saja payungnya.
Tiba-tiba saja Taemin mengulurkan payungnya pada Arrie,”ambillah…”ucap Taemin.
Dengan ragu Arrie menerimanya lalu menatap Taemin yang langsung kembali bekerja sementara Ochy setengah menahan cemburunya.
Dhicca yang terkejut langsung bangkit dan menutup mulutnya,”ci….cium….”pekik hati Dhicca,”apa yang telah kau lakukan!!!”pekik Dhicca pada Dong Wook.
“hanya bersentuhan bibir itu hanya biasa kan?”ucap Dong Wook dengan santainya.
Dhicca langsung terdiam, entah mengapa air matanya tumpah, Dhicca menatap marah pada Dong Wook,”kau…, segampang itu mengatakan itu hal biasa…., itu ciuman pertamaku kau tau dan itu hanya akan ku berikan pada orang yang ku sukai!!!” ucap Dhicca lalu berlari pergi meninggalkan Dong Wook yang termenung.
Linda dan Junki masing saling menatap hingga Hyu Gie datang dan mengejutkan ke duanya.
“oh maaf aku mengganggu kalian ya??”Hyu Gie langsung berbalik keluar.
“eh em…,gomawo…”ucap Linda yang langsung berdiri hingga sedikit oleng dan Jun Ki menahannya.
“bodoh…”ucap Jun Ki.
“a…apa yang kau lakukan!!!”pekik Linda dan langsung mendorong Jun Ki hingga terdorong kerak berisi peralatan panah. Jun Ki yang terbentur pemberat langsung tak sadarkan diri.
Linda langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya,”ohhh…omo……gawat…hei…hei bangun….”ucap Linda yang panic,”oh tuhan….di…dia…”dengan kepanikan yang memuncak akhirnya Linda mengangkat Jun Ki ke klinik dengan setengah berlari (strong girl).
“cukup Hee Chul…, jangan lakukan ini lagi cukup…”ucap Frans sambil mendorong Hee Chul menjauh, Hee Chul yang lebih kuat darinya langsung menarik lengan Frans dan menatap gelang di tangannya.
“kau masih menggunakannya?”ucap Hee Chul.
Frans terdiam lama hingga Hee Chul kembali berkata”kau masih tak mengingatku Frans Chan?”.
Frans menatap Hee Chull ragu,dengan nada kecil akhirnya Frans menjawab,”T-Chan?”
“kau masih tak mengakuiku?”Tanya Hee Chul melembut,”kita sering bertukar buku cerita dan pada malam kau pergi, aku memberimu gelang ini…”ucap Hee Chul mengingatkan Frans akan masalalunya dan sahabat kecilnya.
“a…aku…”
“apa?”
“tidak…, T- Chan adalah wanita…”ucap Frans dengan tegas.
Hee Chul tertawa sinis, lalu bersandar relax di joknya,”jadi selama ini kau anggap aku wanita? Kau kira aku…, kau masih meragukanku?”Tanya Hee Chul.
Frans mengangguk ragu lalu diam-diam menatap Hee Chul.
“pabo…, tak bisakah kau membedakannya? Padahal kita dulu sering bersama? Argh… ini gara-gara ibuku yang menginginkan anak perempuan…”kata Hee Chul kesal.
“jadi kau benar T-Chan?” Tanya Frans kembali meyakinkan.
“kau kira siapa??!!”pekik Hee Chul kesal.
Frans terdiam merasa bersalah, lama keduanya terdiam sambil menatap ke luar jendela yang masih hujan deras.
“ya…”ucap Hee Chul membuyarkan lamunan Frans,”kau mengerti ucapanku tadi?” Tanya Hee Chul mengingatkan Frans.
“a…apa?” Tanya Frans berpura-pura.
Hee Chul tersenyum miring,”jangan berpura-pura lupa, sekarang kau adalah wanitaku…mengerti??!”.
“a…apa kau bilang aku tak…….”Frans berusaha membantah, tapi Hee Chul memutusnya.
“kau…,ini hukuman untukmu… kau mengerti…!!! Kau sudah melupakanku dan malah mengiraku wanita…”ucap Hee Chul,”tidak tapi caraku buruk…., h…”ucap Hee Chul sambil menggenggaman setiran dengan kuat.
Frans tak berani berkata dan hanya menatap Hee Chul aneh,”kau tak seperti T-Chan…”ungkap Frans jujur.
Hee Chul terdiam dan menatap Frans kecewa,”sepertinya aku tak tampak keren di matamu…, aku akan mengantarmu…”ucap Hee Chul tanpa berbicara lagi keduanya menuju kampus.
Ji Young menuntun Bella ke klinik, keduanya berpapasan dengan Linda yang sedang mengangkat Jun Ki.
“sensanim tolong dia…”ucap Linda dengan suara bergetar ketakutan.
“baringkan dia di sana…”ucap Ji Young.
“kakak…kenapa?”ucap Bella setengah heran setengah menahan geli setelah Linda meletakkan Jun Ki di tempat tidur.
Linda terdiam dan menatap ngeri,”aku tak sengaja sungguh…aku tak bermaksud membunuhnya….huaaaaaaaaaaaaa…kenapa ini terjadi padaku…”ucap Linda yang langsung terduduk dan memegang kepalanya, sekelebat ingatan lain muncul di kepalanya dan membuat Linda terdiam.
Bella yang engerti kakaknya hanya diam dan memperhatikan Ji Young mengobati luka di kening Jun Ki.
“dia hanya mengalami luka kening…, kau tak perlu khawatir…”ucap Ji Young setelah selesai menangani Jun Ki,”Bella…ini…”Ji Young melemparkan sebuah handuk pada Bella, yang baru di sadari Linda tubuh adiknya basah kuyub.
“kau gila…, mengapa bajumu basah? Kau bermain basket lagi? Aish… dasar maniac…”omel Linda yang langsung membantu mengeringkan rambut Bella, tak lama Jun Ki sadar sambil memegang kepalanya Jun Ki menatap sekeliling, sementara Linda yang ketakutan langsung mundur dan bersembunyi di pojokan.
“aku di mana?”ucap Jun Ki sambil beranjak.
“kau di klinik…”ucap Ji Young sambil menyalakan rokoknya.
Jun Ki menatap sekali lagi sekeliling ruangan itu lalu mendapati Linda di pojokan sedang ketakutan,”hei kau…”ucap Jun Ki setengah kesal,”sedang apa kau di sana?” Tanya Jun Ki lalu bangkit dan mendekati Linda.
“Mianhe…,mianhe… aku tidak sengaja…, mian…mian…”ucap Linda sambil menyembunyikan wajahnya di balik sapu.
“h…kau memang wanita kasar…, kau telah berbuat seperti ini padaku, kau membuat luka pada seorang artis, kau bias ku tuntut…”ancam Jun Ki sambil ,mengeluarkan ponsel di sakunya.
“TIDAKKKK….”Linda langsung menyambar ponsel Jun Ki namun karena terlalu cepat ponsel itu terlempar ke dinding hingga jatuh berhamburan, dan Linda langsung menatap Jun Ki dengan pandangan memelas,”mmmmmmmmmmm….., jidat…ponsel…..bagaimana ini….”rengek Linda dengan mimic wajah lucu dan sepontan membuat Bella tertawa, dan Ji Young tersenyum.
“ka…kau….kau memang arghhhhhhhhhhhhhhhh….”pekik Jun Ki kesal lalu meninggalkan ruangan itu. Linda langsung berlari dan terus meminta maaf pada Jun Ki.
Sementara itu di klinik Bella masih tertawa hingga Ji Young membuatnya menghentikan tawanya dengan memberi secangkir susu panas.
“kau sebaiknya mengganti pakaianmu…”ucap Ji Young mengingatkan.
Bella menatap Ji Young lekat, seakan menimbang ini nyata atau hanya khayalannya saja.
“ada apa? “Tanya Ji Young.
Bella menggeleng lalu meletakkan cangkirnya di meja,” aku akan berganti baju dan segera kembali…”ucap Bella lalu menunduk dan pergi.
Ji Young menatap kepergian Bella kemudian mengalihkan pandangannya keluar jendela.
Dhicca, masih terdiam menangis di kelas, hingga dia tak menyadari kedatangan Ji Hoon,”kau taka pa?” Tanya Ji Hoon sambil mendekat.
“sensanim…”ucap Dhicca terlonjak dan langsung bangun.
“kau menangis?”Tanya Ji Hoon.
Dhicca hanya bias menunduk malu.
Ji Hoon tersenyum lalu mengusap kepala Dhicca,”kalau ada yang ingin kau katakana, katakana lah…aku akan mendengarkan…”ucap Ji Hoon dengan penuh kelembutan.
Dhicca menggeleng kuat lalu bertanya,”sensanim tidak menjaga klinik?”
“ada yang akan menggantikanku…”ucap Ji hoon lalu duduk di sebuah bangku,”kau sungguh tidak apa-apa?” Tanya Ji Hoon. Perlahan Dhicca duduk di kursinya dan dengan ragu menatap kea rah Ji Hoon.
“tidak…, aku tak apa-apa…”senyum Dhicca, dan di balas dengan senyuman manis Ji Hoon.
Ji Hoon kemudian mengeluarkan sapu tangannya dan menyeka air mata Dhicca,”jangan menahan kesedihanmu…”ucapan itu yang membuat Dhicca tertegun dan tak menyadari Dong Wook yang bersembunyi di balik pintu dan menatap cemburu kearah mereka.
Lina membuka matanya berat, rasa pusing menyerangnya dan membuatnya tak menyadari tempat dia berbaring.
“hmh….”Lina menutup matanya dengan kedua tangannya.
“kau sudah sadar?”suara berat intu membuat Lina tersadar, dan langsung terduduk.
“ka…kau….”pekik Lina menatap Hyung Joon yang membawakannya nampan berisi bubur.
“ke…kenapa aku…”ucap Lina lalu menatap pakaiannya yang telah berganti,”kau..kau …i…ini…”Lina tak dapat melanjutkan kata-katanya.
Hyung Joon dengan santainya meletakkan nampan itu di sebelah Lina,”kenapa? Kau tak sadarkan diri…, dan pakaianmu basah…”jawab Hyung.
“kau…kau yang….”
“memang kenapa jika aku yang mengganti pakaianmu? Aku tak tertarik dengan wanita yang seumur denganku…”Blugh…, Lina langsung melempar bantal kearah Hyung dan tepat mengenai wajahnya.
“YAAA…., aish wanita ini memang….kau membuatku kesal…seharusnya aku tidak menolongmu…”ucap Hyung dengan wajah kesal.
Lina langsung bangkit dan mengomel pada Hyung,”kau kau seenaknya kau tak berfikir apa yang akan terjadi, apa kau menyangka semua wanita sama…kau kira aku wanita murahan?!”.
“hei…”
“kau fikir aku segampang itu kau kira aku tak punya harga diri hah!!!”bentak Lina hingga Hyung mundur beberapa langkah,”aku tak ingin melihatmu lagi, jika bersamamu aku akan selalu sial…!!!”ucap Lina lalu mengambil kunci mobilnya dan melesat pergi.
Saat berjalan menuruni tangga Lina terhenti dan memandang tajam ke sebuah foto besar di ruang keluarga.
“kau mau pergi kemana?”Tanya seorang wanita yang cukup membuat Lina terkejut,”apa kakakku memperlakukanmu dengan buruk?” Tanya nya lagi,”aku Herlin…”
“ah…eh…”ucap Lina kebingungan.
“jangan berbaik hati padanya….., dia wanita kasar!”sanggah Hyung yang masih jengkel pada Lina.
“kakak…, ini lah penyebab kenapa kakak tak juga menikiah…”balas Herlin dengan sedikit kesal.
“apa!! Kau mambela wanita kasar yang telah melemparku dengan bantal!!, Herlin kau membuatku kesal…”ucap Hyung Joon menghentak marah.
“hah…, kakak kira aku tak kesar setiap 24 jam harus menerima telpon dari wanita-wanita yang mencarimu hah?”balas Herlin tak mau kalah.
Pertengkaran itu tak mengusik Lina yang terus menatap foto itu dan berbisik sedikit keras,”Hyun Jong…”
Hyung dan Herlina menghentikan pertengkaran mereka dan menatap kearah Lina.
“kau mengatakan apa tadi? Hyun Jong?”ucap Herlina perlahan.
“ya…, kalian tau? Kalian….”Lina langsung berbalik dan terpekik.
“dia sepupu kami…, kau bagaimana bisa mengenalnya?” selidik Hyung.
“…”Lina terdiam, lama dan akhirnya dia melontarkan sebuah pertannyaan.
“Hyung masih hidup atau mati?”Tanya Lina dan membuat Herlina dan Hyung saling bertatapan.
“bodoh….hikz….”tangis Tsatsa di dalam kamarnya sambil memeluk boneka kucing dengan telinga panjang hadiah ulang tahun dari Nam Gil,”bodohhhhhhhhhhhhhhhhhhhh….”
“tsatsa….”panggil Rindi dari luar,”kau taka pa?” Tanya Rindi yang khawatir.
“aku tidak apa-apa ahjumma…”jawab Tsatsa sekenanya.
“hm…, baikalah…”Rindi mendesah sesaat lalu kembali turun utnuk menemui kekasihnya.
Jong Hun masih mengeringkan rambutnya ketika Rindi datang dan mengambilkan pakaian kering untuknya,”maaf hanya ada ini, ini juga bekas pakaian pamanku…”kata Rindi merasa tak enak.
“ya…, taka pa…”Jong Hun mengambil pakaian itu dan segera menggantinya di kamar mandi.
Di dalam kamar Tsatsa terus termenung dan kembali mengeluarkan kotak itu,”aku ingin tau siapa dia…”ucap Tsatsa lalu mengenakan mantelnya sambil memasukkan kotak itu ke dalam tasnya.
“tsatsa kau mau ke mana?” Tanya Rindi heran.
“aku akan pergi sebentar ahjumma…, tak akan lama…”jawab Tsatsa cepat sambil mengenakan sepatunya.
“tapi kau sedang sakit Tsatsa…, di luar juga sedang hujan… Tsatsa….”panggil Rindi pada Tsatsa yang tak menghiraukannya.
“ada apa?” Tanya Jong Hun.
“anak itu memang keras kepala…”kata Rindi kesal.
Jong Hun mengerti dan tersenyum pada rindi,”aku harus pergi…, jaga dirimu…, aku akan datang lagi besok….”ucap Jonghun lalu mengecup kening Rindi, dan perban luka di pipi rindi diikuti ucapan lembut,”saranghae…”
Rindi terdiam dan tersenyum dengan semburat merah di pipinya.
To Be Con...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar