“SPRING IN LOVE 22” (봄 사랑에)
“kemana
semua orang sih...”ucap Frans sambil menghentakkan dirinya di sofa.
Nam
Gil keluar dari dapur dengan celemek memasak lengkap menatap Frans bingung,”ada
apa denganmu?”
“paman...,
kau mengagetkanku saja...”ucap Frans Chan sambil mengelus dadanya.
“sejak
tadi kau marah-marah, ada apa?”tanya Nam Gil yang kembali ke dapur.
“tidak
apa paman...,, mungkin hanya hari ini moodku yang sedang tidak baik...”ucap
Frans Chan sambil mengikuti Nam Gil ke dapur,”di mana yang lain paman?” tanya
Frans sambil mencicipi udang goreng yang sedang di masak Nam Gil.
“ku
rasa mereka sedang sibuk dengan urusannya.., Rindi pergi syuting dan Tsatsa
serta Bella entah kemana...”ucap Nam Gil sambil sibuk memasak.
“baiklah
ku rasa aku juga harus pergi...”ucap Frans sambil menatap jam tangannya.
“kau
juga mau pergi?”tanya Nam Gil dengan wajah kecewa,”lalu untuk apa aku memasak
jika tak ada yang memakan?”
“jangan
kesal paman....”ucap Frans Chan ketika mendengar bel berbunyi dan segera
membukakan pintu ketika Herlina tersenyum padanya,”bibi...?”
“annyeong...,
aku ingin mencari ummamu...”ucap Herlina sambil tersenyum.
“ah...,
bibi umma sekarang berada di rumah sakit...”ucap Frans.
“apa?
Siapa? dia terluka parah?”tanya Herlina cepat.
Frans
Chan menggeleng kuat,”tidak bi..., Dhicca...yang sakit umma hanya menemani...,
ah aku tak sopan tak mempersilahkan bibi masuk ke dalam..., masuk bi... ada
paman...aku harus pergi..., kau bisa berbincang dengannya...”ucap Frans Chan,
kemudian mengambil tas dan mantelnya lalu pergi.
“ehm...”kata
Herlina gugup sambil menatap Nam Gil yang masih menggunakan celemek memasak.
“ah...nona
Herlin..., silahkan duduk aku akan menyiapkan teh untukmu...”ucap Nam Gil yang
langsung beranjak ke belakang. Herlina tersenyum menatap tingkah Nam Gil.
“kau
membuat kita dalam masalah Tsatsa...”ucap Bella dengan sebal, keduanya
bersembunyi di sebuah ruangan yang cukup besar dengan tumpukkan buku di sisi
dindingnya.
“ssstt....,
kau mengerti tidak aku hanya ingin agar....sssttt ayo sembunyi...”Tsatsa
menarik Bella ke pojokanketika Hyun Jong masuk bersama seorang wanita.
“Nie
Sha..., bisa tidak kau tidak mengikutiku untuk kali ini, aku sedang banyak
pekerjaan...,kau membuatku bertambah pusing dengan kecemburuanmu...”ucap Hyun
Jong dengan jengah.
“Honey...,
aku hanya ingin memperlihatkan pada orang-orang bahwa kita sudah bertunangan
dan akan segera menikah..., oh please...don’t angry with me honey...”wanita
bernama Nie Sha itu langsung mencium Hyun Jong cukup lama hingga Bella dan
Tsatsa menutup kedua mata mereka.
“aku
tak mengerti apa maumu..., aku harus mengerjakan tugasku sekarang aku ingin kau
pulang...”Hyun Jong melepaskan pelukan Nie Sha dan membukakan pintu kantornya
menyuruh untuk pergi. Dengan wajah kesal Nie Sha mengambil tasnya dan
menghentak keluar pergi.
Hyun
Jong kembali ke tempat duduknya ketika tanpa sengaja Tsatsa menyenggol rak Vas
di sebelahnya.
“ups...”ucap
Tsatsa di saat pecahan vas itu berbunyinyaring dan membuat Hyun Jong terkejud.
“siapa
kalian? Pencuri?”tanya Hyun Jong dengan curiga.
“a...ani....”ucap
Tsatsa gugup. Bella hanya mendesah kesal menatap kecerobohan Tsatsa,”mian aku
aku hanya...,hanya..., Bella...tolong aku...”ucap Tsatsa memelas.
“pabo...,
aku tak akan menolongmu..., aku menyerah...”Bella akan berjalan keluar ketika
berpapasan dengan Saeng Baksanim.
“kalian...,
ada apa kalian di sini?”tanya Saeng dengan heran.
“m...”ucap
Tsatsa dengan keringat dingin.
“kami
hanya salah ruangan ah tau salah gedung ku rasa, kami ingin ke gedung sebelah
tapi ku rasa kami benar-benar salah tempat....”ucap Bella beralasan.
“kalian...”ucap
Saeng namun Tsatsa menariknya keluar dan Bella sempat menunduk pada Hyun Jong
yang masih terdiam bingung.
“ku
mohon Baksanim...,kami hanya...”ucap Tsatsa berusaha membujuk.
“apa
sebenarnya yang kalian lakukan?”tanya Saeng menyelidiki.
“kami
hanya ingin bertemu dengan seseorang...”ucap Tsatsa setengah berbohong.
“aku
hanya di paksa untuk ikut...”ucap Bella dengan nada dingin.
“haha...”kata
Tsatsa kesal,”Baksanim aku mohon...”ucap Tsatsa memelas.
Saeng
sempat berfikir lalu mengangguk,”baiklah..., tunggu di sini dan aku akan
mengantar kalian...”
Saeng
kembali masuk ke ruangan Hyun Jong, keduanya menunggu di ruang tunggu sambil
menatap sekitar.
“aku
tak menyangka...”ucap Tsatsa.
Bella
hanya memandang heran lalu kembali berpaling setelah mengerti apa yang di
maksud Tsatsa,”ku rasa setiap orang bisa berubah...”
“tapi...,
apa benar dia appaku?”tanya Tsatsa.
“tak
ada yang tau..., kau tanyakan saja langsung pada umma...”jawab Bella singkat.
“ya...,
tak bisakah kau...”
“anio...”jawab
Bella cepat saat Saeng kembali.
“ayo...aku
akan mengantar kalian...”ucap Saeng, ketiganya memasuki lift tanpa ada
pembicaraan yang berarti.
“Saeng...”sapa
Hyung yang berpapasan di lift,”siapa mereka? Kau berpa...”
“pabo...,
mereka anak Lina, ku rasa kau mengenalnya...”ucap Saeng dengan nada aneh.
“ah...ya...,
bagaimana kabarnya? Ku dengar...”ucap Hyung bersimpati.
“tak
apa..., kami harus kembali...”ucap Saeng saat lift terbuka.
“baiklah...”Hyung
hanya menatap sekilas sebelum pintu lift kembali tertutup.
“kelihatannya
kalian di kejar pengamanan gedung ini...”ucap Saeng saat sekelompok penjaga
datang mendekat,”mereka bersamaku..., maaf jika mengganggu kalian...”
“baiklah
tuan...”ucap para penjaga yang sempat menatap sebal pada Tsatsa dan Bella.
“aku
benar-benar mengkhawatirkanmu ...”ucap Jong Hun sambil membelai kepala Rindi
lembut.
“aku
tak apa..., hanya saja aku...”ucap Rindi sambil menunduk.
“cut...”ucap
sutradara lalu maju ke arah Rindi dan Jong Hun,”kau bisa berkonsentrasi tidak?
Kau harus tersenyum kau ingat? Ulang sekali lagi..., tunjukkan ekspresi
mu...”omelnya.
Rindi
hanya menunduk meminta maaf lalu menatap Jong Hun yang balas menatapnya,”maafkan
aku Jong Hun aku rasa aku terlalu terbawa masalah...”
“aku
mengerti...”Jong Hun tersenyum lembut sambil membelai pipi Rindi lembut.
“gomawo...”ucap
Rindi sambil tersenyum. Keduanya kembali memulai proses syuting dengan tatapan
sinis seseorang.
Hee
Chul menarik Frans Chan yang berusaha menghindarinya ke sebuah ruangan. Frans
Chan hanya terdiam dan memalingkan wajahnya tanpa menatap Hee Chul.
“lepas
kan aku...”kata Frans sambil memberontak.
“kau
terus menghindariku..., katakan padaku, kau marah padaku?” tanya Hee Chul,”ku
mohon Frans Chan.., apakah aku begitu kau benci?” mata Hee Chul menyaratkan
kesedihan yang termat dalam hingga Frans menatapnya merasa bersalah.
“aku
..., aku tak membencimu..., aku juga tidak begitu saja menyukaimu..., aku hanya
merasa aku terlalu banyak menyusahkanmu..., kau kumohon jangan terlalu
menyudutkanku lagi...”ucap Frans dengan nada yang di biasakan.
Hee
Chul menatap Frans sekali lagi lalu melepas genggaman tangannya dan
berpaling,”aku tak mengerti Frans Chan, apa aku tak bisa memilikimu..., kua
belum menjawabku..., aku menyukaimu... apa kau benar-benar tak ingin
menerimaku? Atau memang perlakuanku terlalu berlebihan terhadapmu? Katakan
padaku..., apa yang harus ku rubah hingga kau mau menerimaku?”
Frans
Chan sempat terdiam lalu berbicara,”apa yang kau sukai dariku? Aku bukan
siapa-siapa..., aku tidak memiliki kecantikan yang melebihi artis-artis
lainnya, aku hanya rakyat biasa Hee Chul...”
“jangan
membuatku tertawa Frans Chan, kua kira apa yang kau fikir sama? Lihat
dirimu..., dari dulu aku menyukai mu..., kebaikan hatimu..., aku jatuh cinta
padamu sejak kau datang dalam hidupku...”ucap Hee Chul alu menatap Frans Chan
dengan penuh keyakinan.
Frans
Balas menatap Hee Chul lalu mendesah berat sesaat,”aku takut akan mengecewakanmu...”
Hee
Chul memeluk Frans dengan erat,”tak akan..., aku takut aku yang akan
mengecewakanmu...”
“hei
aku tak bilang aku menerimamu...”ucap Frans setengah memberontak.
“kau
ingin membuatku kecewa lagi?” tanya Hee Chul tanpa melepas pelukannya.
“kau
semakin membuatku aneh Hee Chul...” Frans balas memeluk Hee Chul. Hee Chul
tersenyum bahagia tanpa menyadari seseorang menatap keduanya dengan tatapan
kecewa.
Dhicca
menatap sekitarnya dengan pandangan lemah sambil menatap tanggalan Dhicca
menghentak lemah,”apa aku harus terus berbaring di sini?” keluh Dhicca dalam
hati.
Tak
lama seorang dokter datang dan memeriksa denyut nadi Dhicca tanpa berbicara
sedikitpun.
“bisakah
kau mengatakan padaku kapan aku di perbolehkan keluar dari sini Baksanim?” tanya
Dhicca.
Dokter
itu menatap Dhicca dan sempat tersenyum dingin,”apa yang kau harapkan jika kau
keluar cepat? Jika kau sudah tak betah kau bisa meminta suster untuk membawamu
keluar...”jawabnya datar.
“kau
membuatku semakin buruk baksanim...” cibir Dhicca dengan jengah.
“baiklah
aku akan segera pergi..., kau normal..., teraphy akan di adakan
secepatnya...ini jadwalmu aku akan segera menyerahkannya pada ibumu...”ucap
sang dokter dengan cepat.
“ish...”kata
Dhicca kesal lalu menatap keluar.
“kau
lucu...”ucap sang dokter lalu memberikan permen coklat pada Dhicca.
“untuk
apa?” tanya Dhicca heran.
“menenangkanmu...”jawab
sang dokter singkat lalu meninggalkan Dhicca sendiri.
Dhicca
tersenyum sinis lalu meletakkan begitu saja coklatnya di meja.
“aku
bisa pulang sendiri..., aku bukan orang yang penyakitan...”ucap Linda bersikeras
ketika Jun Ki hendak mengantarnya pulang,”hei olppaemi...”
“ara...ara...,
dasar wanita serampangan...”ucap Jun Ki kesal dan menghentikan mobilnya di
sebuah halte.
“ya...,
kau mengesalkan..., aku akan bekerja lagi besok...jangan marah padaku
lagi...”Linda keluar dengan setengah membanting pintu mobil, Linda meninggalkan
Jun Ki dan naik ke bus trans yang lewat.
“haish...,
bahkan sifat mengesalkannya pun belum berubah...”ucap Jun Ki lalu meninggalkan
tempat itu.
“apa
kau mau tinggal di rumahku saja?” goda Jong Hun sambil menyerahkan minuman
kaleng pada Rindi.
“anio...”ucap
Rindi malu lalu menatap ke arah Nickhun yang bersandar pada sebuah pohon. “ada
apa dengannya?”tanya Rindi kemudian.
Jong
Hun sempat menatap lalu tersenyum dingin,”aku memecatnya ...”
“kenapa?”tuntut
Rindi.
“kenapa?
Dia tidak menjagamu dengan benar, aku sudah mengatakan padanya..., tapi ku rasa
dia menyukaimu...”ucap Jong Hun dengan sinis.
“aku?”tanya
Rindi tak mengerti sambil menunjuk dirinya sendiri.
“aku
tak akan melepaskanmu apapun yang terjadi...”ucap Jong Hun sambil memeluk Rindi
tiba-tiba hingga kaleng yang di pegang Rindi terjatuh.
“Ya...,
kau membuatku malu kau mengerti..., ya....ku mohon lepaskan aku...”pinta Rindi
setengah memberontak.
“ani...”ucap
Jong Hun setengah membandel dan membuat wajah Rindi memerah semerah tomat,”saranghamnida....”.
Rindi hanya terdiam dan tak menjawab apapun lagi.
“menjengkelkan...”ucap
Tsatsa saat keduanya tiba di rumah sakit.
“apa?
Aku?”tanya Bella dengan ketus.
“ya...,
kau memang mengesalkan...”Tsatsa memalingkan wajah dan menatap seseorang yang
di kenalnya,”ka...kakak...”langkah Tsatsa terhenti ketika Saeng Baksanim
menegurnya.
“kau
tak mau menjenguk kakakmu?”tanya Saeng yang berdiri tiga langkah dari Tsatsa.
“Saeng
duluan saja, aku ada urusan sebentar...”ucap Tsatsa yang langsung meninggalkan
keduanya.
“aku
duluan Baksanim...”ucap Bella tanpa perduli diikuti Saeng yang hanya menggeleng
heran pada sikap ke duanya.
Tsatsa
setengah bersembunyi mengintai Kyuhyun yang sedang berbincang dengan seorang
wanita.
“tinggalkan
aku Kyuhyun..., jangan mendekat padaku..., kondisiku begitu memalukan...”ucap
wanita itu dengan histeris sambil melempar Kyuhyun dengan bunga miliknya.
“aku
tak akan meninggalkanmu lagi..., tak akan..., aku tau yang sebenarnya dan kau
tak boleh menolakku...”ucap Kyuhyun dengan bersikeras.
“tinggalkan
aku...”pintanya dengan nada dingin.
“tidak...”ucap
Kyuhyun keras. Wanita itu membalik kursi rodanya ke arah rumah sakit diikuti
Kyuhyun yang terus mengejar wanita itu. Tsatsa diam termenung di tempatnya
tanpa berkata air matanya mengalir tak terduga.
“aku
sudah mengantarkan surat kakak dan aku sudah meminta untuk tidak mengatakan
pada siapapun di mana kakak di rawat...”lapor Bella sambil meletakkan tasnya di
atas meja.
“gomawo
Bella..., aku berhutang padamu..., di mana Tsatsa?”tanya Dhicca sambil
menaikkan sedikit kepalanya.
“m...,
chonmaneyo kak...”ucap Bella singkat saat Lina masuk dan membawa makanan untuk
Dhicca.
“Bella
kapan kau datang?”tanya Lina sambil meletakan makanannya di atas meja.
“baru
saja umma..., mana kak Linda dan...kak Frans?”tanya Bella sambil membuka sebuah
majalah.
“bukannya
sudah pulang?”tanya Lina bingung lalu menyiapkan tempat makan bagi Dhicca
ketika Tsatsa datang dengan gontai.
“ku
rasa kami berselisih jalan...”jawab Bella lalu menatap Tsatsa penuh tak minat.
“ada
apa Tsatsa?” tanya Dhicca sambil menyuap makanannya.
“tidak...,
hanya merasa capek umma...’ucap Tsatsa lalu terduduk lemas di sebelah Bella.
“hm...,
apa kalian sudah makan? Di bawah ada kantin...”ucap lina lalu menyerahkan
beberapa lembar uang pada Bella,”tolong umma untuk membelikan air mineral...,
umma lupa membelinya tadi...”ucap Lina tersenyum meminta tolong.
“ne
araso umma...”ucap Bella yang langsung beranjak.
“kau
tak ingin menemani Bella, Tsatsa?” tanya Lina bingung karna Tsatsa hanya diam
termenung.
“aku
malas umma...”ucap Tsatsa yang tak beranjak sedikitpun.
“cih...”ucap
Bella yang langsung pergi tanpa memperdulikan Tsatsa lagi.
Bella
berjalan menatap sekeliling, matanya terarah pada lapangan bola di area rumah
sakit. Tanpa fikir panjang Bella langsung beranjak ke sana dan mendribel bola
yang tertinggal di sana. Beberapa hari terakhir Bella kurang fokus dari
latihannya hingga permainannya sering mendapat teguran, besok adalah hari
pertandingan turnamen Bella yang pertama. Tanpa menatap sekeliling Bella
melupakan tugasnya. Di saat tak di sadarinya seseorang menatapnya setengah
kagum.
Linda
melangkah dan menatap sepetak rumah kecil. Dia melangkah ragu dan beranjak
memencet bel dengan perasaan tak enak.
Tak
lama pintu terbuka dan seseorang terdiam menatapnya.
“kau...”ucap
Jang Geun Suk ragu dan terdiam menatap Linda yang hanya tersenyum lemah padanya,
mata Geun Suk mengarah pada perbanan di tangan Linda.
“aku
datang hanya ingin berbicara padamu...”ucap Linda dengan perlahan.
“baiklah...,
ayo masuk...”, Linda mengikuti Geun Suk masuk. Dengan perasaan tak nyaman Linda
duduk sambil menunduk,”apa yang kau inginkan?”tanya Geun Suk secara langsung.
“aku
hanya ingin meminta maaf padamu dan...”Linda berkata dengan nada lambat hingga
Geun Suk tersenyum sinis padanya.
“untuk
apa? Karena kau sudah meninggalkan grup dan mencampakkannya?” tanya Geun Suk
dengan nada ringan.
“aku...,
aku tak bermaksud..., aku hanya, aku benar-benar meminta maaf...
Mianhamnida...”Linda bangkit dan menunduk.
Geun
Suk hanya tersenyum sinis menertawakan apa yang di lakukan Linda,”kau fikir itu
sepadan dengan apa yang telah kau lakukan? Kau menghancurkan mimpi mereka
dengan mudah...”sudut Geun Suk.
Linda
terdiam lama lalu menjawab,”aku memang bersalah..., aku penyebabnya... maka
dari itu maafkan aku..., aku tak pernah memikirkan akan menjadi seperti ini...,
aku sungguh menyesal...”Linda berlutut pada Geun Suk dan terus mengatakan maaf.
“baiklah...,
cukup sudah..., kau tak perlu berbuat seperti ini...”ucap Jang Geun Suk yang
merasa tak enak.
“aku
benar...benar...” Linda akan melanjutkan namun Geun Suk menariknya bangkit.
“ku
katakan sudah cukup..., atau aku tak akan melepaskanmu lagi...”
Keduanya
terdiam sambil bertatapan.
“Herlin...”pekik
Lina terkejut saat herlina datang bersama Hyung Joon.
“aku
ingin menjengukmu dan anakmu...”ucap Herlin sambil tersenyum.
“ayo
masuk...”kata Lina kemudian, Herlina menarik Hyung Joon yang terlihat enggan.
Keduanya
menatap kondisi Dhicca yang sedang tertidur dengan sedkit tersentuh.
“maaf
aku tidak bisa menjamu kalian dengan pantas...” ucap Lina dengan nada sedih.
“tidak
apa-apa...”Herlina menggenggam tangan Lina dengan erat sambil tersenyum
menenangkan,”aku ke sini ingin menjengukmu setelah kejadian itu..., ku rasa
bibi marah tapi bibi tidak bisa melarang Hyung...”
Tsatsa
yang baru saja kembali dari toilet terkejut menatap Hyung dan kembali
bersembunyi.
“apa
maksudmu?” tanya Lina tak mengerti.
“kau
tau ... aku berniatuntuk...”Herlina menggantung kata-katanya hingga membuat
Hyung Joon dan Lina mengerutkan alis mereka.
“Herlina...,
jangan merencanakan sesuatu yang tak aku suka...”ancam Hyung dengan nada
protes.
Herlina
hanya tersenyum penuh misteri pada keduanya.
“kau
membuatku penasaran Herlin...”tuntut Lina tak sabar.
“Haish....”Bella
menyentak bola basketnya dan terduduk di bawah ring.
Bella
menyeka keringatnya ketika seseorang datang.
“mengapa
kau tak pernah menemuiku? Bagaimana kondisimu?” tanya Ji Yong yang tiba-tiba
berada di belakang Bella.
“ka...kakak...”ucap
Bella yang langsung bangkit berdiri.
“kau
seperti melihat hantu saja...” goda Ji Yong sambil tersenyum manis.
Bella
hanya membalikkan badannya tanpa berbicara, tiba-tiba Ji Yong menarik tangannya
dan membawa ke sebuah tempat.
“kak
lepaskan...”kata Bella dengan menyentak keras.
“apa?
Mengapa kau menghindariku?”tanya Ji Yong tanpa melepas genggamannya,”kau
cemburu?”
“a...apa
maksud kakak?” Bella memalingkan wajahnya yang merah padam dan membuat Ji Young
tertawa,”apa yang lucu kak!”
“kau...,
dari dulu wajah tomatmu tetap tak berubah...” ucap Ji Yong sambil mengusap
lembut rambut Bella.
“hentikan...”sentak
Bella hingga dia dapat menarik kembali lengannya,”aku tidak cemburu..., memang
siapa aku bagi kakak?!”
Ji
Yong hanya menghela nafas dan merapikan jasnya,”kau bisa di baca Bella...,
jangan membohongi dirimu...”
“apa?
Jangan membual lagi..., sudahlah kak..., umma menungguku...”Bella melangkah
pergi, namun tak lama dia berbalik dan bertanya,”aku hanya ingin bertanya pada
kakak...., apakah artiku untuk kakak?”
Ji
Yong menatap Bella lekat sebelum mengatakan sesuatu...
Tsatsa
berjalan mundur tanpa menatap ke belakang hingga dia menabrak seseorang .
“au...,
mian...mian...”pekik Tsatsa sambil bangkit berdiri.
“kau....”ucap
Kyuhyun terkejut.
“kakak...,
mian...mian...”Tsatsa menunduk meminta maaf dengan wajah merah padam.
“rupanya
kakakmu di rawat di sini?”ucap Kyuhyun sambil menatap ke kamar 401.
Tsatsa
hanya mengangguk pelan sambil mengangguk pelan,”aku akan menjenguknya setelah
... m...” Kyuhyun berkata ragu dan membuat wajah Tsatsa terangkat.
“tidak
apa kak..., jangan di paksakan..., kakak urus saja pacar kakak...”Tsatsa
terdiam sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"dari
mana kau...”
“a...ani...”Tsatsa
menggeleng kuat,”aku...aku hanya tak sengaja melihat kakak dengan pacar
kakak...,maaf kak...”
“h...,
ku rasa hubungan kami kacau..., dia selalu menutup diri dari ku...”Kyuhyun
berkata dengan raut wajah kesedihan.
“ku
rasa dia begitu menyayangi kakak...”Tsatsa mencoba tersenyum pada Kyuhyun.
“menyayangi
atau membenciku? Dia..., ku rasa dia sudah tak percaya lagi padaku...”
Tsatsa
mencoba untuk menyentuh lengan Kyuhyun namun di urungkan niatnya sambil
mengepalkan tangannya dan meninju pelan bahu Kyuhyun,”wanita mempunyai rahasia
untuk melindungi apa yang dia cintai..., kakak hanya butuh kesabaran dan
pengertian..., jangan menyerah kak..., aku yakin wanita yang kakak cintai itu
pasti..., pasti ingin melindungi kakak dari masa sulitnya..., dia hanya tak
ingin melibatkan kakak...dia hanya ingin kakak bahagia...”
Kyuhyun
menatap Tsatsa dengan wajah cerah sambil tersenyum, Kyuhyun mengusap kepala
Tsatsa lembut,”Kamsahamnida..., nona manis...., wah... ku rasa kau lebih dewasa
di bandingkan aku...”
“kakak...”ucap
Tsatsa dengan wajah malu.
“baiklah...,
aku harus pergi...”ucap Kyuhyun, Tsatsa hanya mengangguk sedikit kecewa, namun
Kyuhyun berbalik dan meninju pelan bahu Tsatsa,”kita berteman?”
“...”Tsatsa
diam tak menjawab hingga Kyuhyun mengulang pertanyaannya.
“kau
tak ingin menjadi temanku?”tanya Kyuhyun.
“a...,
ani..., tentu saja aku mau...”Tsatsa menjawab mantab dan tersenyum,”pergilah
kak..., sekali lagi ... kamsahamnida untuk bantuan kakak..., yang dulu...”
Kyuhyun
mengangguk pelan kemudian berbalik pergi.
Tsatsa
diam dan berbisik pelan,”baru di mulai tapi harus di akhiri..., apa aku harus
selalu begini...”
“Tsatsa...”panggil
Kim Bum dari belakang dan membuat Tsatsa terkejut.
“Ki...Kim
Bum...,kau...”
“sudah
2 minggu..., aku tak bisa menunggu lama...”tuntut Kim Bum lalu menarik Tsatsa
pergi.
“he...hei...,
Kim Bum... apa yang kau lakuakan?”tanya Tsatsa bingung.
“...”Kim
Bum tak menjawab dan hanya terus menarik Tsatsa ke sebuah kebun.
“Kim
Bum..., ku mohon...”Tsatsa menarik nafas panjang dan menekukkan lututnya.
“aku
ingin mengatakan sekali lagi Tsatsa..., kau selalu menghindariku...., kali ini
dengarkanlah aku...”ucap Kim Bum dengan bersungguh-sungguh.
“Kim....
Bum...”
“kau
tau..., sebentar lagi aku akan ke Amerika..., kau tau kan apa yang dulu pernah
akan ku katakan?” tuntut Kim Bum sambil menggenggam erat kedua bahu Tsatsa
dengan keras,”aku akan bertanya padamu walaupun aku tau jawabannya tak sesuai
dengan akhir yang aku inginkan..., aku suka padamu Tsatsa ..., dari dulu... aku
selalu ingin kau tersenyum walaupun kau hanya menganggapku sebagai teman...,
sekarang... katakan padaku maukah kau menjadi pacarku?”
Tsatsa
terdiam setengah melotot tak percaya, jantung Tsatsa sempat berdetak cepat...
TBC...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar