“SPRING IN LOVE 23” (봄 사랑에)
“Tidak!”Pekik Hyung
Joon dan Lina bersamaan. Keduanya saling bertatapan lalu berpaling pada Herlina
yang berwajah kecewa dengan penolakan rencananya.
“kenapa? Ini akan
menguntungkan mu Lina...”ucap Herlina mencoba mempengaruhi,”kau bisa memastikan
apakah suamimu itu mencampakkanmu atau...”
“lalu bagaimana
dengan ku? Apa untungnya untukku? Aku akan sial bila selalu
bersamanya...”tuntut Hyung Joon tak menyukai rencana Herlina.
Herlina menggeleng
kuat,”kakak..., apa kakak lupa apa yang di katakan nenek pada kakak?”ingat
Herlina.
Hyung Joon
mengerutkan alisnya dan menatap Herlina ragu,”kau seperti anak kecil Herlin...,
aku bisa mencari sendiri jika aku mau..., wajahku tampan dan aku cukup mapan..”
“sampai batas waktu
yang di minta Halmeoni?”potong Herlina,”kakak..., kau tau..., kau hanya butuh
bertunangan saja tidak hingga menikah, aku yakin bila Halmeoni akan menyukai
Lina..., Halmeoni menyukai wanita yang menyayangi anak-anak...”Herlina terus
mempengaruhi Hyung Joon yang berfikir keras.
“tidak...”ucap Lina
sambil menggeleng kuat.
Herlina menatap Lina
dengan kecewa,”kenapa? Bukankah kau ingin menemui Hyun? Kau sudah menyerah? Aku
tau kau tak menyukai kakakku..., tapi ku mohon hingga kakakku menemukan wanita
yang di cintainya..., ku mohon..., dampingilah kakakku Lina...aku percaya
padamu...aku mohon...”
“aku tidak bisa
Herlina..., sekalipun Halmeoni akan menjodohkanku...” tolak Hyung Joon.
Herlina menatap
Hyung Joon kesal,”ini bukan hanya untuk kakak! Karena aku tidak mau kita harus
tinggal lagi di keluarga itu..., aku tidak mau kak..., maaf Lina aku akan
pulang..., fikirkanlah kalian berdua...”Herlina berlari cepat keluar
meninggalkan Hyung Joon dan Lina yang masih terdiam.
“maafkan adikku...,
masalah lama membuatnya sedikit aneh...” Ucap Hyung Joon,” sebaiknya aku
menyusulnya..., semoga anakmu cepat sembuh...” .
Lina menunduk dan
hanya menatap kepergian Hyung Joon dengan pandangan lelah.
“a...au...sakit...a...apa
yang kau katakan?”ulang Linda sambil menahan rasa sakit di tangannya.
Geun Suk seperti
terkejut dengan kata-katanya sendiri lalu melepaskan Linda,”sudahlah...,
lupakan..., pergilah...”
Linda bertahan di
tempatnya lalu berkata,”Geun Suk..., aku bersalah padamu..., aku benar-benar
meminta maaf padamu..., aku tak akan membuatmu sulit lagi..., selain itu aku
ingin berterimakasih padamu telah menyelamatkan adikku..., sekali lagi...,
kamsahamnida...., maafkan aku...”Linda berjalan mundur dan meninggalkan rumah
itu dengan perasaan setengah lega dan sedikit perasaan aneh,”sial...”maki Linda
sambil menendang batu di depannya. Linda terus jalan hingga dia bertemu dengan Dong
Wook di pertokoan.
“kau..., aku ingin
bicara denganmu...”Dong Wook langsung menarik Linda ke dalam kedai kue dan
memesan segelas limun.
“aku mau pergi...,
cepatlah...”kata Linda dengan tak sabar.
“aku hanya ingin
bertanya di mana Dhicca?” tanya Dong Wook langsung,”mengapa tak ada yang ingin
memberi tau apa yang terjadi padanya...”
“aku tak akan pernah
memberi tau mu..., aku telah berjanji pada Dhicca..., jadi percuma saja kau
telah menarikku...”jawab Linda ketus lalu berdiri tanpa meminum limunnya,” kau
jangan terlalu mengganggunya..., jika kau menyukainya aku tak yakin dia akan
menyukaimu..., aku pergi...”Linda meninggalkan Dong Wook yang terus menatapnya
dengan pandangan mencela.
“tunggu...”ucap Dong
Wook yang mengejar Linda,”memang kenapa jika aku menyukainya? Jika kau tak
menyukaiku..., aku tak perduli..., aku menyukai Dhicca...”
Linda tersenyum
sinis dengan pandangan tak suka pada Dong Wook,”apa yang kau harapkan? Kau tak
pernah mengatakan langsung pada Dhicca bukan? Jika Dhicca tak menyukaimu...,
jangan memaksanya...”
“jika dia memang tak
menyukaiku aku akan mundur dan tak akan pernah mengganggunya lagi...”jawab Dong
Wook dengan yakin.
“wow..., kau terlalu
percaya diri..., walaupun kau berjanji seperti itu aku tak akan pernah memberi
taumu kecuali Dhicca sendiri yang ingin mengatakannya..., jangan buang
tenagamu..., jika kau ingin bertanya mengapa, kau tunggu saja Dhicca datang ke
sekolah...”Linda tanpa memperdulikan Dong Wook lagi segera meninggalkannya dan
berjalan cepat sepanjang trotoar. Linda berhenti dan duduk di pinggir toko
sambil memegang kepalanya yang kembali terasa sakit.
“aku sudah ingat
semuanya..., tapi kenapa rasa sakit ini tak pernah hilang...”ringis Linda
sambil menahan rasa sakitnya. Di saat itu sekelompok laki-laki berjas
mengelilinginya.
“kau yang bernama
Dhicca?” tanya salah satu laki-laki itu.
Linda terdiam dan
bangkit sambil menatap curiga,”siapa kalian?” tanya Linda berani.
“aku bertanya apakah
kau Dhicca?” tanyanya mengulang sambil menatap kondisi Linda.
“jika ya..., apa
yang kau mau?” Linda berbohong dan mempersiapkan diri untuk kabur saat
laki-laki berjas yang lain menariknya ke dalam mobil,”hei...apa yang kalian
lakukan? Lepaskan aku..., apa yang kalian inginkan..., aku akan melaporkan
kalian pada polisi...”teriak Linda hingga orang-orang di sekitar memandang
mereka. Namun tenaga yang tak sebanding membuat Linda kalah dan menurut masuk
ke dalam mobil itu yang membawanya entah kemana.
“ayo kita
mulai...”ucap Frans Chan sambil mempersiapkan bukunya.
“aku tak ingin kau
berada di sini..., pergilah...”usir Si Won dengan nada dingin.
Frans Chan menatap
Si Won tak mengerti,”ada apa lagi denganmu...”
“taruhan waktu itu
aku batalkan..., kau tak perlu mengajariku lagi..., pergilah aku sedang tak
ingin kau ganggu...”ucapan Si Woon benar-benar membuat Frans Chan terdiam dan
tanpa banyak berkata dia keluar.
“ada apa
dengannya..., dasar aneh...”maki Frans Chan kesal dan langsung meninggalkan
tempat itu begitu saja.
“Frans
Chan...”panggil Du Jinai saat keduanya berpapasan di jalan.
“Jinai...”
“aku ada perlu
denganmu..., ayo ikut aku...”Jinai menarik Frans Chan kesebuah tempat.
“te...tempat apa
ini?”tanya Frans Chan.
“ssst..., diam
saja...” ucap Jinai sambil mengintip ke arah sebuah jendela.
“apa? Ada apa?”tanya
Frans Chan tak sabar.
“aku lihat Shanta
masuk ke pub ini..., aku takut jika dia...”ucap Jinai panik.
“a...apa? sejak
kapan? Apa yang dia lakukan?”Frans langsung mengikuti Jinai mengintip pub itu.
“entahlah..., aku
tak tau...”Jinai mengangkat bahunya lemas.
“bagaimana jika kita
tanya Shanta dulu saja?” saran Frans Chan.
Jinai menatap ragu
namun akhirnya dia hanya bisa mengangguk setuju.
“kakak tak bisa
menjawabkan? Sekarang bisakah kakak membiarkan aku pergi dan tak menggangguku
lagi..., aku akan melupakan semuanya dan mulai menganggap kakak adalah
guruku..., permisi...”Bella tersenyum sinis kemudian pergi begitu saja
meninggalkan Ji Yong.
Bella berlari
meninggalkan rumah sakit. Dia tak memperdulikan anggapan orang lain yang sedang
memandangnya.
Bella berlari hingga
tiba di sebuah jembatan dan berteriak ke arah sungai di bawahnya,”aku akan
melupakanmu kak aku akan melupakanmu.........”
“hei..., kau
gila...”pekik seseorang dan BRUGH...,Bella jatuh terjengkang kebelakang.
“hei...apa yang kau
lakukan..., lepaskan aku..., dasar maniak...”maki Bella sambil berdiri dan
menatap marah pada orang itu.
“apa yang kau
lakukan? Kenapa kau berfikiran pendek...”omelnya lagi.
Bella mengerutkan
alisnya lalu tersenyum kesal dan berkata,”kau kira aku ingin bunuh diri...,
pabo...”Bella meninggalkan laki-laki yang terus mengikutinya itu,”apa lagi
sekarang dasar maniak...”heridk Bella yang tak suka diikuti.
“aku kira kau...,
baiklah aku minta maaf padamu aku Jo Kwang Min aku hanya tak ingin jika kau
atau siapapun mengakhiri hidup sia-sia...”ucap Kwang Min yang merasa tak enak.
“ya..., siapa yang
ingin mengakhiri hidup? Kau menjengkelkan..., oh ya... kau jangan suka
mencampuri urusan orang lain..., kau hanya akan membuat orang lain
jengkel...”Bella berlari dan langsung naik ke dalam bus.
“menarik...”ucap
Kwang Min sambil tersenyum.
“a...apa maksudmu
Kim Bum... kau sedang mengatakan apa?” Tsatsa mencoba mengalihkan pembicaraan
saat itu.
“kau jangan
berpura-pura tak mengerti Tsatsa..., aku sudah menunggu lama untuk hal ini...,
katakan padaku..., jangan menggantungku terlalu lama Tsatsa...”ucap Kim Bum
menahan emosinya untuk bersabar.
“aku..., dan kau...
kita sudah lama berteman dan selamanya kita akan berteman..., aku ... aku...”kata-kata
Tsatsa terbata dan sempat terdiam lama,”maafkan aku Kim Bum..., kau adalah
teman terbaikku...”
Kim Bum menunduk
lalu sempat terdiam hingga akhrinya mencoba untuk tersenyum pada
Tsatsa,”baiklah, aku mengerti..., aku tau akan begini...ya tentu saja kau dari
dulu selalu menganggapku teman..., tentu...baiklah aku tak akan mengganggumu
lagi, selamat tinggal Tsatsa...”Kim Bum menyunggingkan sedikit senyumnya pada
Tsatsa, dan berbalik.
“tunggu..., kita
tetap bertemankan?” Tsatsa maju ke depan Kim Bum dan menatapnya dengan
bersalah,”maafkan aku Kim Bum..., maafkan aku..., aku harap kau masih
menganggapku teman...”
Kim Bum menghela
nafas dan mengusap rambut Tsatsa pelan,”ya..., tentu saja..., kita berteman,
aku harus pergi..., Tsatsa...berjanjilah padaku kau tak akan menangis lagi...,
bila kau terluka..., jangan pernah menangis di hadapan orang yang kau
sukai...”Tsatsa mengangguk mengerti,”baiklah aku harus pergi...”
“maafkan aku Kim
Bum..., aku berjanji tak akan menangis...” janji Tsatsa,Kim Bum tersenyum pada
Tsatsa kemudian meninggalkannya begitu saja.
“Tsatsa...”tegur Nam
Gil.
“paman..., ada
apa?”tanya Tsatsa yang sedikit terkejut.
“kau dan anak
itu..., apakah dia...”
Tsatsa menggeleng
kuat,”tidak paman, Kim Bum hanya ingin berpamitan..., ada apa paman? Apa
kakak..., apa kak Dhicca mengalami masalah lagi?”
“tidak..., hari ini
kakakmu akan melakukan therapy pertamanya..., oh iya kau tak lihat kakakmu
Linda? Sejak tadi dia tidak kembali...”tanya Nam Gil.
Tsatsa mengangkat
bahunya,”aku tak tau bukankah kakak seharusnya sudah pulang dari tadi...,ah...
mungkin dia sedang bersama temannya...”
“ya..., mungkin...
ayo... kau tak ingin membantu kakakmu?”
Tsatsa mengikuti Nam
Gil kembali ke ruangan tempat Dhicca di rawat.
“Tsatsa kau lihat
Bella?”tanya Lina ketika Tsatsa datang,”Nam Gil apa ini waktunya?”
“aku tak tau bu...,
mungkin dia tersesat...”kata Tsatsa asal.
“ya kak..., aku
sudah mendapat pemberitahuan..., kau siap Dhicca?”tanya Nam Gil pada Dhicca
yang terlihat pucat dan lemas.
“ya paman...”angguk
Dhicca.
Rindi berjalan pelan
sambil menatap sekeliling tempat dia melakukan syuting drama pertamanya. Rindi
menghela nafas ringan dan tertunduk ketika seseorang menyapanya.
“kau..., baik-baik
saja kan?”
Rindi mencari suara
itu hingga mendongak ke atas pohon mae besar.
“kau..., kau sedang
apa di situ? Kemana saja kau?”omel Rindi pada Nickhun yang berada di atas
pohon.
“sst...tenangdan
diamlah..., aku tau kekasihmu tak akan membiarkan ku ada didekatmu..., jadi
cukup kau dengarkan saja...”pinta Nickhun menenangkan.
“...”Rindi diam dan
pura-pura bersandar pada pohon besar itu.
“maafkan aku saat
itu aku tak ada, aku mengejar pelaku dan aku tak tau jika kau dalam masalah
yang lebih besar saat ku tinggalkan..., saat aku kembali aku melihatmu selamat
dan aku tak bisa kembali karena aku tau aku sudah tak di butuhkan..., aku
mencari pelaku itu..., segalanya selesai dan dalam proses tapi sepertinya Jong
Hun terlalu marah padaku...”Nickhun tersenyum santai sambil menatap ke celah
ranting,”maafkan aku tak bisa menjagamu seperti janjiku...”
“sudahlah..., aku
tak ingin kau bernada berat seperti itu..., aku tau dan itu bukan salahmu...,
Jong Hun hanya emosi sesaat..., tak usah kau fikirkan...”kata Rindi pelan.
“aku tak bisa tak
memikirkan bahwa itu adalah kesalahan terbesarku..., ah...menyesakkan tak dapat
melakukan tugas dengan sempurna...”
Keduanya terdiam
lama hingga Rindi bertanya,”mengapa kau ingin menjadi penjagaku?”
Nickhun sempat
tertawa dan mencibir,”kau lucu..., terkadang...”
“apa yang kau
tertawakan? Aish...lebih baik aku pergi...”Rindi berbalik kesal.
Namun Nickhun
berkata,”aku belum mempunyai alasan yang tepat mengapa..., jika kau ingin
mengetahuinya segera..., aku akan menemukan jawabannya untukmu...”
“semoga saja kau
tidak berbohong padaku...”ucap Rindi dengan jengah dan berlalu pergi dari
tempat itu.
“kau sedang apa di
sana?”tanya Jong Hun.
Rindi
menggeleng,”aniyo..., aku hanya sedang ingin menenangkan diri sebelum
melanjutkan semua ini...”Rindi beralasan lalu menggandeng Jong
Hun,”pangeran..., apakah kau mau makan siang bersamaku?”tanya Rindi setengah
menggoda.
“baiklah...putri...”sahut
Jong Hun. Keduanya tertawa bersama sambil terus bergandengan.
“lepaskan
aku...!”Linda berusaha meronta dengan kedua laki-laki besar yang terus
menjaganya.
“nona..., silahkan
masuk...”
Linda baru menyadari
rumah besar di depannya dan menatap tercengang,”a...apa yang kalian inginkan?”
“nyonya telah
menunggu anda nona...”salah seorang laki-laki menuntun Linda masuk kerumah
bergaya eropa itu.
“tolong jelaskan
padaku... aku...”kata-kata Linda terhenti ketika melihat sebuah foto besar
tepat di sebelah kanan. Foto itu, foto seorang wanita yang sangat mirip dengan
Dhicca, sementara foto pria di sebelahnya terlihat seperti dirinya.
“kau sudah datang
Dhicca?”kata-kata yang berat dan tegas membuat Linda berpaling dan cukup
terkejut.
Ragu-ragu Linda
menatapnya dan mulai berkata,”siapa kau?”
Wanita tua itu
tertawa mengerikan lalu menatap Linda tajam,”kau? Kau berbicara seolah-olah aku
sama denganmu..., seharusnya kau lebih sopan pada nenekmu sendiri...”
“a...apa? halmeoni?
Tidak..., maksudku aku...aku...”Linda berusaha untuk mengaku bahwa dia bukan
Dhicca yang di maksud namun wanita tua itu memotong kata-katanya.
“aku sudah lama
mencarimu nak..., kau benar-benar tumbuh di lingkungan yang buruk...”wanita itu
mendekat dan menatap Linda sedikit heran,”sepertinya butuh banyak waktu untuk
mengubahmu nak...”
“tunggu!”Linda
berkata dengan suara keras dan sedikit gemetar,”aku..., bukan maksudku..., apa
yang membuat kalian mencari Dhicca?”
“apa? Jadi kau bukan
Dhicca?”wanita itu melotot pada Linda,”katakan padaku siapa kau? Jin Yuk! Apa
yang kau lakukan? Kau membawa siapa ke rumah ini?”
“katakan padaku apa
yang kau inginkan dari Dhicca?”ulang Linda sekali lagi.
“siapa kau?”
“nyonya aku akan
menjawab pertanyaanmu jika kau memberitahuku apa yang kau cari dari
Dhicca...”ucap Linda dengan berani.
“kau sangat berani
nak..., baiklah akan ku beri tau satu hal padamu..., aku...aku adalah ibu dari
ayah Dhicca..., aku adalah neneknya..., kau puas...”jelasnya dengan suara
angkuh dan berwibawa.
“a...apa..ne...nek...kau
tidak menipukan?”
Wanita tua itu
tertawa dan menatap mata Linda lalu berpaling,”aku sudah menjawab pertanyaanmu
bukan? Sekarang jawab pertanyaanku tadi...”
“aku..., aku adalah
... aku adalah . . . “Linda ragu untuk mengungkapkan yang sebenarnya, dia belum
seratus persen percaya pada wanita tua itu,”aku bukan Dhicca..., aku Linda...”
“kau menipu kami?”
bentak wanita itu,”aku akan menuntutmu..., Jin Yuk bawa dia kekantor polisi dan
selidiki lagi dimana Dhicca berada!”perintah nenek itu lagi,”kecuali kau mengatakan
di mana Dhicca...”
“...”
Frans Chan dan Jinai
mengunjungi rumah Santha yang tampak sepi.
“apakah Santha
pergi?” tanya Frans Chan menatap ragu hingga akhirnya dia mendorong gerbang
besar itu.
“rumah sebesar
ini..., ayo cepat...” Jinai menarik Frans Chan,”itu dia pelayannya...,bi...bibi
tunggu...”
“ada apa nona-nona
kemari? Ada janji dengan nona Shanta?” tanya pelayan itu yang langsung
meninggalkan pekerjaannya.
“ti...tidak..., tapi
kami ingin mencari Santha..., apa dia ada?” tanya Frans cepat.
“ada di halaman
belakang..., nona bisa ke sana lewat sini...”tunjuk pelayan itu. Tanpa banyak
bicara lagi keduanya segera menemui Santha.
“Santha...”panggil
Jinai yang tak menemui seorangpun di situ,”di mana dia?”
“Santha...”Frans
Chan berusaha memanggil namun tak ada sahutan siapapun di situ.
“bibi itu menipu
kita..., ayo kembali...”Jinai berjalan kesal kembali ke tempat pelayan itu
melanjutkan pekerjaannya,”bi..., bibi jangan membohongi kami lagi..., kemana
Santha?”
“a...apa nona?
Sungguh tadi nona ada di belakang...”pelayan itu menatap Jinai ketakutan.
“ku rasa dia pergi
tanpa sepengatuan siapapun..., atau kita harus mencari di tempat itu lagi?”
saran Frans Chan.
“aish..., aku tak
mengerti mengapa Santha seperti ini..., biar aku menghubunginya dulu..., kita
akan pastikan dulu...”Jinai mulai menekan ponselnya.
“bagaimana?”
“tak ada jawaban...,
baiklah kita ke sana...” keduanya langsung berlari pergi saat seseorang datang
dan bertanya pada pelayan itu.
“ada apa mereka ke
sini?” tanya Si Won.
“nona Santha
tuan...”
“Santha..., kemana
dia?”Si Woon mengerutkan alisnya heran.
“kau..., sedang apa
di sini?”tanya Hong Ki saat saat di lapangan basket sekolah.
“apa urusan kau? Kau
sendiri sedang apa di sini?” ucap Bella ketus.
“lucu..., kenapa kau
kembali dingin seperti dulu?”cibir Hong Ki yang mengoper bola pada Bella. Bella
menghela nafas kesal dan melempar bola itu ke ring.
“aku tak pernah
berubah dari dulu aku memang begini..., jika kau ingin berlatih aku akan
meninggalkanmu...”Bella berkata dingin lalu mengambil tasnya dan pergi,”pabo
kau Bella..., apa yang kau lakukan padanya? Dia hanya ingin menyapamu...,
aishhhhh...dasar paaaaaaaaaaabbbboooo...”teriak Bella kesal.
“hei..., kau gila?
Berteriak sendiri...,Bella?”pekik Taemin.
Bella yang sempat
terkejud segera menghela nafasnya sekali,”kau..., ada apa kua di sini?”
“aku tak sengaja
lewat..., aku sedang mencari pekerjaan..., setelah toko terbakar aku jadi sulit
mendapatkan pekerjaan...”keluh Taemin sambil menatap sepedanya.
“m..., kami belum
bisa membangun kembali jika kondisi kak Dhicca belum membaik...”ucap Bella
dengan intonasi yang sedikit berbeda.
“ya..., aku tak
pernah memikirkan yang lain...”
Bella sempat terdiam
lama lalu berfikir,”bisakah kau membawaku kerumah?”
“baiklah di daerah
wonju kan? Naiklah...”
“bukan Taemin tapi
ke rumahku..., bukan rumah paman Nam Gil...”ralat Bella.
“apa? Apa yang ingi
kau cari?”tanya Nam Gil penasaran.
“kau ikuti saja
aku...,ayolah.”pinta Bella, Taemin akhirnya menuruti Bella dan membawanya.
“Linda..., ada apa?
Kenapa kau kembali? Dhicca sudah masuk ke ruang therapy...”ucap Lina yang heran
melihat Linda kembali dengan wajah seperti orang tersiksa,”ada apa? Kau sakit
lagi?” tanya Lina sambil memegang perban di kepala anaknya.
“ani...,
umma...aku..., ada yang datang...”ucap Linda ragu ketika wanita tua itu muncul.
“kau... Lina? Aku
ingin bicara denganmu..., aku Jung Eun Hwa...”wanita tua itu tersenyum angkuh
menatap Lina.
Lina hanya diam
mengangguk dan mengikuti wanita tua itu.
“kak..., siapa
dia?”tanya Tsatsa menatap tak suka pada wanita tua itu.
“dia..., yang akan
segera menyembuhkan Dhicca...” ucap Linda yang kemudian tertegun diam.
“aku tak suka
berbasa-basi padamu aku hanya ingin mengatakan terimakasih kau sudah menjaga
cucuku selama ini...” ucap Eun Hwa dengan cepat setibanya di cafe rumah sakit.
“cucu? Apa Dhicca
adalah cucu anda nyonya?” tanya Lina terbata.
“ya..., jika kau tak
percaya aku akan membawa buktinya... Jin Yuk bawa semua berkasnya
kemari...”perinta Eun Hwa pada seorang pelayannya yang langsung menurut.
Lina membaca semua
berkas bukti, dan menatap Eun Hwa sedikit ragu,”aku tau suatu saat keluarganya
akan datang..., tapi ada yang ingin aku tanyakan padamu sebagai halmeoni
Dhicca..., kenapa kau menempatkannya di panti jika kau mencarinya seperti
ini?”tuntut Lina teringat masa lalunya.
“apa itu penting
bagimu?” Lina hanya diam dan menatap tajam Eun Hwa.
“baiklah..., akan ku
ceritakan...”Eun Hwa diam sebentar dan kembali bicara,” seperti kau tau..., aku
pengusaha kaya di negri ini..., banyak yang mengincar hartaku dan berusaha
menghilangkan semua pewarisku termasuk anakku..., tentu saja Yong Hwa dan Han Byul
yang tak tau akan di tipu berlibur bersama cucuku..., tapi mereka tak pernah
kembali padaku..., anakku dan istrinya mati mengenaskan dan cucuku tak pernah
di temukan..., aku telah lama menyelidikinya dan aku yakin jika kau melihat
foto ini kau tak akan menganggapku penipu...” Eun Hwa mengeluarkan sebuah foto.
Lina memperhatikan foto itu lama dan kemudian tersenyum,”itu ibunya..., apa kau
percaya?”
“ya aku percaya
padamu...”angguk Lina,”itu ibunya bukan? Boleh aku membawanya? Dhicca akan
senang melihatnya...”
“ya ini ibunya...,
itu yang akan ku bicarakan denganmu...”Eun Hwa mengeluarkan bungkusan besar dan
meletakkannya di depan Lina.
“a...apa ini
nyonya?”
“itu untukmu karena
kau sudah merawat Dhicca..., dan aku tak akan membiarkan pewarisku satu-satunya
begitu saja..., aku akan membawanya, aku akan membawa Dhicca untuk menyembuhkan
penyakitnya...”ucap Eun Hwa tegas,”aku sudah menyelidiki rumah sakit di amerika
akan dapat menyembuhkannya...”
“a...apa? tapi...,
tapi bagaimana bisa..., maksudku... bagaimana menjelaskan pada Dhicca dan
anak-anakku yang lain...”
“aku tak perduli
dengan anakmu..., aku hanya perduli pada cucuku yang membutuhkan pengobatan
yang lebih baik dari pada di sini...”Eun Hwa berkata tegas pada Lina yang
langsung terdiam,”aku akan mempersiapkannya selama satu bulan ini..., kau punya
waktu selama itu untuk menjelaskan dan menyelesaikan semuanya...”Eun Hwa
beranjak dari tempatnya dan meninggalkan Lina yang terdiam.
Frans Chan dan Jinai
mengendap masuk ke club malam itu. Keduanya menatap ke segala arah mencari
Santha.
“kau menemukannya
tidak?”tanya Frans Chan yang tak merasa enak berada di situ.
“aku rasa dia ada di
atas...”Jinai menarik Frans Chan melewati orang-orang yang asik menari,”lihat
apa kataku...,Santha...”
Santha berbalik dan
menjatuhkan minuman di tangannya,”ka...kalian kenapa ada di sini?”
“apa yang kau
lakukan di sini Santha? Kau..., kau mabuk?” tanya Frans Chan yang mencium
alkohol dari tubuh Santha.
“itu bukan urusan
kalian..., pergi dari sini...”tanpa memperdulikan keduanya Santha mengambil
sebuah botol lagi yang langsung di rebut oleh Jinai.
“hentikan Santha...,
ini bukan kau yang kami kenal...” bentak Jinai marah.
Santha tersenyum
sinis dan mengambil botol yang lain sambil berkata,”yang kalian kenal? Apa
kalian masih perduli padaku? Kembalilah dan urus urusanmu sendiri...”
“Santha...”Frans
Chan berusaha menarik botol itu namu seseorang menariknya hingga terjatuh
kebelakang.
“apa yang kalian
lakukan padanya..., pergi darinya...”ucap laki-laki pemabuk itu dengan nada kasar.
“Frans Chan..., kau
tak apa kan?” tanya Jinai dan membantu Frans Chan bangkit.
“Santha ayo kita
pergi...”Frans Chan berusaha membujuk Santha sambil menariknya. Namun lagi-lagi
pria itu menarik Frans Chan dengan kasar.
“hei sudah aku
bilang kan! Pergi kalian dari wanitaku...”bentaknya, tangannya terangkat dan
akan memukul Frans Chan ketika Santha menariknya dan menatapnya marah.
“hentikan..., siapa
yang wanitamu hah? Aku bukan wanitamu...”kata Santha dengan nada dingin dan
akan berjalan pergi ketika pria itu menariknya.
“apa yang kau
bilang? Hei..., mau sampai kapan kau menolakku...sekarang ikut
aku...!”bentaknya sambil menarik Santha dengan kasar.
“Tidak!” Santha
menghempaskan tangan laki-laki itu, semua orang yang ada di club malam itu
menatap ke arah mereka,”lepaskan..., kau tampak menjijikkan...”
“kau benar-benar!”
dengan emosi yang sangat tinggi laki-laki itu mengayunkan tangannya dan akan
memukul Santha ketika Frans Chan tanpa fikir panjang menjadi tameng bagi Santha
dan membuat pukulan keras itu mengenai wajahnya.
“Frans Chan...”pekik
Jinai yang langsung menghampiri Frans Chan yang jatuh terduduk dengan bibirnya
mengeluarkan darah.
BLUGH..., satu
pukulan keras mengenai pria itu hingga terjungkal,”apa yang kau lakukan pada
seorang wanita itu bukanlah tindakan terpuji...”maki Si Won dengan nada emosi.
“huh..., berani
kau...”pria itu takterima atas pukulan Si Won dan menyerang balik padanya.
Perkelahian itu membuat ribut club malam dan berlangsung lama.
Frans Chan tak dapat
berbuat banyak dengan perkelahian itu. Pemilik club malam menghubungi polisi
yang langsung mengamankan keduanya ke kantor polisi.
“kau tak apa?”tanya
Si Won pada Frans Chan. Saat itu Frans Chan, Jinai dan Santha ikut menemani
untuk menjadi saksi.
“aku tak apa..., kau
sendiri yang..., parah...”Santha melihat kondisi Si Won yang mengenaskan dengan
luka lebam di wajahnya.
“aduh..., kita
membuat artis besar dalam masalah...”ucapJinai panik lalu menatap Santha
marah,”kau..., berhutang pada kami untuk menjelaskan semuanya...”
Santha hanya diam
dan kembali meminum obat penghilang rasa mabuknya.
“sudahlah...,
tuan..., apakah anda punya pereda luka?” tanya Frans Chan pada salah seorang
polisi, yang langsung mengambil sebuah salb luka.
“gomawo...”Frans
Chan segera mengobati luka di wajah Si Won dengan hati-hati,”gomawo kau sudah
menolongku...”
“sudahlah..., aku
bisa sendiri...”ucap Si Won dan langsung mengambil obat itu dari tangan Frans
Chan.
“kenapa kau ada di
sana? Cari masalah saja...”ucap Santha setengah menyindir.
“aku
mencarimu...”jawab Si Won singkat.
Santha tersenyum dan
menatap Si Won mengejek,”mencariku atau mengikutinya?”
“kau ini..”geram Si
Won.
“sudahlah...”lerai
Frans Chan pada keduanya.
Jinai terdiam
menatap keluar dan berbalik dengan wajah tegang,”gawat...”
Keduanya ketiganya
menatap Jinai.
“tunggu
Rindi...”Rierie menghentikan langkah Rindi.
Rindi berbalik dan
tersenyum,”ya nona ada apa?”Rindi mencoba tersenyum seramah mungkin pada Rierie
walaupun agak kesal karena menghentikan langkahnya yang terburu-buru dan di
tunggu oleh Jong Hun.
“aku ucapkan selamat
padamu atas debut pertama dramamu...”
“ya...gomawo...”Rindi
mencoba untuk menahan ketidak sabarannya.
“dan..., aku hanya
ingin memperingatkanmu..., aku masih mencintai Jong Hun..., jika aku tak
mendapatkannya..., kau pun tak akan mendapatkannya..”Rierie tersenyum jahat
kemudian meninggalkan Rindi yangterdiam tak percaya. Rindi bersandar lemas
kedinding mencerna kata-kata Rierie tadi hingga Jong Hun datang.
“ada apa? Apa
yangterjadi padamu? Apa ada sesuatu yang membuatmu tak enak badan?” tanyaJong
Hun dengan penuh perhatian.
“a...ani...”Rindi
mencoba untuk berdiri namun lututnya masih gemetar dan membuatnya jatuh
terduduk.
“hei..., ada apa
denganmu? Kau sakit?” tanya Jong Hun dengan penuh perhatian.
“a...ani...anio...”geleng
Rindi kuat, dia menatap Jong Hun kemudian memeluknya sambil menangis,”aku
mencintaimu...”
“hei..., ada
apa?”ucap Jong Hun dengan nada bingung,”kau
kenapa? Ada yang mengganggumu? Atau ...”
“tidak...tidak...,
tetaplah bersamaku seperti ini..., tetaplah bersamaku seperti ini Jong Hun aku
mencintaimu...”tangis Rindi. Jong Hun yang tak mengerti hanya diam dan membelai
punggung Rindi berusaha menenangkan kekasihnya itu.
TBC...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar