“SPRING IN LOVE 24” (봄 사랑에)
Keempatnya menatap kerumunan media masa yang
menunggu di luar.
“apa yang harus kita lakukan?”ucap Jinai panik.
“ini akan menghancurkan reputasimu sebagai seorang
artis...”Santha mencoba untuk berfikir tenang lalu mulai memencet nomer di
ponselnya,”ya..., segera datang...,baiklah...dan cepatlah...”
Frans Chan menatap Santha dengan penuh harap. Hal
itu akan menjadi masalah besar baginya.
“aku sudah menghubungi bawahan ayahku..., mereka
akan menjeput kita dan menyelesaikan masalah ini...”ucap Santha.
Frans Chan sempat menghela nafas tenang ketika Hee
Chul datang,”he...Hee Chul..., dari mana kau tau?” tanya Frans Chan gugup.
“apa kalian keberatan jika aku membawa kekasihku
pergi?” tanya Hee Chul menahan nada amarahnya agar tetap stabil. Tak ada yang
berani menjawab hingga Hee Chul begitu saja menarik Frans Chan pergi.
Santha menatap Si Won tak percaya,”kau
membiarkannya begitu saja..., hah...lucu... untuk apa aku membantumu...”
Si Won menatap Santha dengan tatapan dingin dan
melempar marah obat di tangannya.
Hee Chul dan Frans Chan berhasil keluar dari
kepungan wartawan yang menyerang mereka dengan berbagai pertanyaan.
“masuk...”perintah Hee Chul setengah memaksa Frans
Chan.
“Hee Chul aku...”
“kau ingin menjelaskan mengapa kau terlibat
perkelahian itu?”geram Hee Chul marah dan menyerahkan ponselnya pada Frans
Chan,”semua sudah tersebar diinternet tentang perkelahian di club malam itu...”
“tapi ini...ini bukan seperti di berita Hee
Chul..., ku mohon percayalah padaku...”pinta Frans dengan kata-kata
menyedihkan.
“seperti apa Frans Chan? Seperti apa? Aku hanya
minta agar kau tak mencampuri urusan orang lain...”kata Hee Chul dengan tegas.
Frans Chan menatap Hee Chul tak percaya lalu
mendengus kesal,”kau fikir aku mau terlibat hal bodoh seperti itu? Kau konyol
Hee Chul dan ku tegaskan padamu..., aku hanya ingin menjemput temanku untuk
kembali...”Frans Chan melipat tangannya kedada dengan kesal.
“...”keduanya tak saling bicara selama perjalanan
itu.
Lina melangkah gontai menuju kamar perawatan Dhicca.
Hanya beberapa langkah di depan pintu Lina menghentikan langkahnya dan berbalik
ke lorong rumah sakit yang sepi. Lina menahan tangisnya sambil menatap
bungkusan uang di tangannya.
“apa yang harus aku katakan...”Lina terduduk sambil
menangis.
“ada apa Lina?”tanya Saeng yang tak sengaja melihat
Lina yang sedang dalam keadaan yang tak baik.
“Baksanim...”Lina menyeka air matanya dan berusaha
menutupi masalahnya,”Saeng Baksanim...,apa kau ada perlu denganku? Apa Dhicca
baik-baik saja?”
“tidak Lina..., dia tak apa-apa..., tapi aku baru
saja mendapat surat pemindahan perawatan Dhicca..., ada apa?” tanya Saeng
dengan nada curiga.
“a...apa? o...oh tidak..., itu...itu...,ada donatur
yang mau membiayai Dhicca...”ucap Lina berbohong,”baiklah aku akan kembali aku
rasa mereka menungguku...”
“m...,Lina...”Saeng membuat langkah Lina berhenti
dan menatapnya gugup,”aku ingin mengundangmu ke acara makan malam..., aku akan
meminta izin pada kekasihmu jika kau mau...”
“kekasih? “Lina mengerutkan alisnya dan
tersenyum,”jangan khawatir..., baiklah jam berapa acaranya?”
“kau bersedia? Pukul delapan, aku akan menjemputmu,
aku tau kau beradadi rumah Nam Gil...”ucap Saeng dengan wajah bahagia.
“baiklah...”Linda memberikan senyumnya kemudian
kembali ke kamar perawatan Dhicca.
“umma..., umma dari mana saja? Kata kak Linda
tadi...” ucap Tsatsa menuntut penjelasan.
Lina hanya diam sambil menatap Dhicca yang
menatapnya dengan tatapan sedih.
“umma..., apa wanita itu mengatakan untuk...”Linda
berkata pelan dan tak melanjutkan perkataannya.
Lina mengangguk pada kata-kata Linda yang
menggantung tadi hingga membuat Dhicca meneteskan air matanya,”nenekmu datang
Dhicca...”
“aku tau umma..., tapi aku tak ingin berpisah
dengan kalian..., aku menyayangi kalian...aku ingin tinggal bersama
kalian...”tangis Dhicca pecah tak tertahankan.
Lina segera memeluk anaknya berusaha membuatnya
tenang,”aku tau nak..., aku tau..., tapi dia keluarga kandungmu
satu-satunya..., dia akan membantumu nak...”
“lebih baik aku tak usah di obati dari pada
berpisah dengan kalian aku tak mau seperti ini umma..., aku tak mau..., aku
lebih suka kehidupan kita...aku lebih suka itu...”ucap Dhiccadengan bibir
bergetar.
“maafkan aku Dhicca..., maafkan aku...” pinta Linda
yang merasa bersalah,”aku yang mengatakan padanya..., semua ini agar kau sembuh
Dhicca agar kau kembali seperti dulu aku hanya ingin kau sembuh hanya ingin kau
kembali sehat...”Linda memukulkan kepalanya dengan putus asa ke tembok.
“kakak...,sudahlah...”Tsatsa berusaha menahan Linda
untuk menyakiti dirinya sendiri.
“biarkan aku yang bodoh ini Tsatsa...”Linda
mendorong Tsatsa pelan dan kembali memukulkan kepalanya. Dhicca beranjak dari
tempat tidurnya dengan perlahan.
“Dhicca...”ucap Lina yang khawatir pada kondisi
Dhicca yang masih bermasalah pada keseimbangan.
Namun Dhicca terus melangkah pelan lalu menarik
Linda dan memeluknya, keduanya duduk berpelukan sambil menangis.
“jangan menyalahkan dirimu Linda aku tau
maksudmu..., aku tau itu..., jangan sakiti dirimu lagi...”pinta Dhicca.
“aku menyayangimu Dhicca..., sungguh tak ada maksud
lain untukku...aku hanya ingin kau bisa bersamaku lagi..., hanya agar kau
kembali seperti dulu Dhicca..., aku menyayangimu seperti saudara
kandungku...”tangis Linda.
“aku tau...,aku tau itu...”angguk Dhicca
mengerti,”akupun menyayangimu Linda..., kita adalah keluarga selamanya..., kita
akan tetap menjadi keluarga...”
Lina menatap sedih kedua anaknya dan berusaha
menahan tangisnya, mencoba untuk tegar.
Esoknya ...
Taemin menatap Bella yang tertidur di tumpukan
papan. Tadi malam Bella mencari sisa bibit bunga yang tak terbakar dan
mengumpulkannya menjadi satu di sebuah bundaran dan menjadi seperti taman mini.
Taemin menatap Bella sambil tersenyum dan merapatkan jaketnya pada Bella.
Ponsel Bella yang berdering membuatnya terbangun
dengan menghentak,”ya halo..., baik kapten aku akan segera datang...ya...”
“ada apa?” tanya Taemin dengan khawatir.
“omo..., aigo...kenapa aku tertidur di saat akan
pertandingan...” ucap Bella yang langsung terburu-buru memasukkan barangnya ke
dalam tas.
“biar aku yang mengantarmu...” Taemin bersiap di
sepedanya. Tak lama keduanya telah melaju kencang, melewati kalakson mobil yang
kesal dengan ulah Taemin. Taemin tiba 2 menit terlambat dari pertandingan di
gedung olah raga yang telah ramai dengan sorakan para sporter.
“gomawo...”Bella langsung berlari masuk tanpa
memperdulikan apapun lagi. Bella terus berlari hingga tiba di ruang ganti dan
mengganti pakaiannya,”senior...”ucap Bella terengah.
“ah..., kau dari mana saja kau...untung saja belum
mulai...sekarang kau ada di posisi penyerang...” Hye Nie menjelaskan strategi
mereka hingga peluit pertandingan berbunyi.
“umma..., umma pulang saja..., biar aku yang
menemani Dhicca...”ucap Linda sambil menatap Dhicca yangtertidur pulas.
“tidak nak kau yang harus pulang..., bukankah hari
ini kau ada jadwal latihan?” tanya Lina mengingatkan.
“aku saja yang menjaga kakak..., hari ini aku tak
ingin masuk sekolah...lagi pula umma bukankah umma berjanji akan menonton
pertandingan perdana Bella?” Tsatsa mengingatkan Lina yang langsung menepuk
dahinya.
“omo..., umma melupakan itu...,baiklah kau tak apa
kan di sini? Umma akan segera kembali...”ucap Lina yang bergegas mengambil
tasnya dan pergi.
“kakak..., pergilah... kau tega menterlantarkan
klubmu?”Tsatsa menatap Linda yang akhirnya mau meninggalkan Dhicca.
“baiklah aku akan kembali..., oh ya Tsatsa bisakan
kau menghubungiku bila terjadi sesuatu?” pinta Linda sambil mengambil
mantelnya.
Tsatsa mengangguk,”tentu kak...”
“gomawo..., aku pulang dulu...”ucap Linda lemah
lalu berjalan pergi dari kamar itu.
“gomawo Tsatsa...”ucap Dhicca yang terbangun dari
tidurnya.
“ya kakak...,aku tau kau ingin sendiri jika kakak
ingin sesuatu aku ada di luar...”ucap Tsatsa yang juga meninggalkan ruangan
itu, meninggalkan Dhicca yang menangis saat itu.
“Rindi...”ucap Lina yang langsung masuk dengan
tergesah.
“kakak ada apa?”tanya Rindi heran,”Linda..., kenapa
kau tak pulang semalaman?”
“maaf ahjumma..., aku ada di rumah sakit...”teriak
Linda yang langsung masuk ke kamarnya.
“ada apa anak itu..., kakak...kak...kenapa kau...,
bahkan anak-anakmu tak pulang kau tak perduli kak...”sungut Rindi kesal merasa
tak di perdulikan oleh Lina.
“apa? Siapa?” tanya Lina yang aktivitasnya
terhenti.
“Bella kak..., semalaman dia tak pulang..., kau
bahkan tak tau...Frans Chan sedang mencarinya...” jelas Rindi kemudian menuju
dapur.
Lina bergegas kembali dan siap setengah jam
setelahnya,”Rindi aku akan pergi..., aku akan kembali nanti siang..., jangan
khawatir pada Bella...”
“ya kakak...”sahut Rindi yang terus sibuk memasak.
“ahjumma...”Linda menemui Rindi yang sibuk di dapur
dan hanya menatapnya sekilas,”jika..., jika ahjumma..., aish...”
“kau ini sedang bicara apa?”tanya Rindi heran.
Linda terdiam ragu sejenak lalu kembali
bicara,”ahjumma..., boleh aku pinjam uang ahjumma?”
“uang? Untuk apa? Kau tidak merencanakan kabur
seperti dulu lagikan?”selidik Rindi.
Linda menggeleng kuat,”ani...,tentu saja tidak
ahjumma..., hanya saja aku...aku ingin memberikan hadiah untuk Dhicca...”aku
Linda.
Rindi menatap Linda lekat,”untuk apa? Bukan kah dia
akan kembali..., kau ini aneh...”
“baiklah..., aku...aku juga tak memaksa
kok...”Linda berjalan gontai meninggalkan dapur menuju kamarnya. Linda menatap
kalung yang berada di mejanya sambil berkata,”apa aku harus menjualmu?tapi kau
satu-satunya petunjuk di mana orang tuaku...”
“kau gila Linda?..., ini...aku tak punya banyak...kau
tau sendiri semua uangku baru akan di bayarkan bulan depan...”ucap Rindi
menyerahkan amplop berisi uang pada Linda yang menatapnya tak percaya,”cepat
simpan itu...”
“gomawo ahjumma..., gomawo... aku akan menggunakan
sebaik-baiknya... gomawo...aku menyayangi kau ahjumma...”Linda mencium pipi
Rindi kemudian mengambil tas dan jaketnya lalu pergi.
“anak itu...,dasar aneh...”cibir Rindi yang
langsung menghapus bekas kecupan Linda dengan jengkel, namun tak lama kesunyian
membuat wajahnya kembali murung.
BRAK... dengan hentakan keras produser itu
membanting koran di tangannya hingga Frans Chan terkejud. Sambil menatap marah
dia mendengus kesal dan mulai berbicara dengan nada berat.
“apa kau berani bertanggung jawab dalam hal
ini?”tanyanya dengan intonasi di perlambat.
Frans Chan menelan ludahnya berusaha untuk tenang
lalu mengangguk,”ne..., aku akan mengundurkan diri jika tuan inginkan...”
“ya! Bagus kau sadar..., semua ini karena kau tak
berkompeten mengurus mereka...,sejak Hee Chul mengusulkanmu aku sudah ragu
padamu..., kau hanya bisa membuat kami rugi...!”bentaknya marah. Frans Chan
hanya diam menunduk mendengarkan penghinaan dari bosnya itu,”sekarang aku ingin
kau membuat surat pernyataan pengunduran dirimu...” perintahnya lagi,”ah dan
kau...harus mengganti rugi pada kami... kau bisa mengambilnya di sekertaris
Min...”
“baik...”Frans Chan hanya menurut lalu keluar dari
ruangan itu dengan tatapan sedih.
“apa katanya? Kau tidak...”ucap Lee Teuk yang
menunggunya bersama yang lain.
Frans Chan menatapnya dengan tatapan meminta maaf
lalu menundukdan berkata,”maafkan aku... maaf aku tak bisa menjadi manager yang
baik untuk kalian..., maafkan aku...”
“Frans Chan apa yang kau lakukan?” tanya Dong Hae
tak mengerti.
“maafkan aku..., aku tak bisa menemani kalian
lagi..., maafkan aku...”pinta Frans Chan menahan rasa sedihnya. Personil yang
lain langsung menenangkan Frans dan memberinya semangat untuk bangkit.
“sudahlah tak apa..., kau sangat baik bagi kami...,
kau manager terbaik bagi kami..., kami akan mengatakannya pada bos...”putus
Sung Min namun Frans Chan menggeleng.
“ini salahku..., kali ini biar aku mengatasi
masalahku sendiri..., di mana Hee Chul?” tanya Frans Chan yang mencari keberadaan
Hee Chul yang tak seperti biasanya.
“kurasa ada di ruang latihan...”jawab Shin Dong
dengan nada sedih lalu menepuk bahu Frans Chan,”kau terbaik bagi kami ...”
“gomawo Shin Dong...” Frans Chan segera berlari ke
ruang latihan yang ada di lantai dua. Saat itu Frans Chan bertemu Si Won yang
sedang bersandar didinding sambil berfikir hal lain yang membuatnya
tertegun,”kau..., sudah tak apa?” tanya Frans Chan takut-takut.
Si Won menatap Frans Chan dan berkata,”maafkan
aku..., gara-gara aku kau...”
“sudahlah lupakan..., aku bukan manager yang baik
bagi kalian..., dan kali ini kau harus berusaha sebisamu..., mengerti?”Frans
Chan menepuk kedua pipi Si Won agar dia kembali bersemangat.
“kau ini..., di saat seperti ini kau masih bisa
tersenyum?”kata Si Won jengkel.
Frans Chan tersenyum ramah pada Si Won,”aku bahagia
karena kau sudah tak marah lagi padaku..., dengan begini aku tak berhutang
apapun lagi..., aku akan tenang meninggalkan kalian..., baiklah sepertinya aku
harus menjelaskan pada Hee Chul..., sampai jumpa...” Frans Chan melewati Si Won
sambil melambaikan tangannya.
Si Won yang sempat menatap Frans Chan melangkah tak
mengerti menyusul Frans Chan lalu memeluknya dari belakang sambil berkata,”aku
menyukaimu...”
Frans Chan terdiam kaku dan tak bergerak karena
kaget.
“aku menyukaimu Frans Chan..., aku tak pernah
menyangka akan menahan perasaanku seperti ini..., tapi jika berpisah seperti
ini aku tak akan bisa mengatakannya lagi...” ucap Si Won yang terus memeluk
Frans Chan dalam posisi itu.
“a...apa? Si Won..., ku mohon jangan bercanda
seperti ini...”pinta Frans Chan berusaha melepas pelukan Si Won yang
erat,”tolong lepaskan aku..., Si Won jangan membuatku harus berteriak...”
Si Won melepaskan pelukannya dan menatap Frans Chan
menatap marah padanya.
“kau tak seharusnya melakukan seperti ini Si
Won..., maaf...”Frans Chan meninggalkan Si Won yang menatapnya dengan tatapan
kecewa.
“sudah ku bilang dia milikku...”ucap Hee Chul yang
muncul tiba-tiba dari belakang. Hee Chul menatap Si Won dengan pandangan
angkuh,”aku tak akan pernah melepaskannya, tak akan pernah...,T-Chan...”
Si Won menatap marah pada Hee Chul,”aku tak
menegrti denganmu Hee Chul, kau melakukan sejauh ini..., apa yang kau inginkan
sebenarnya?”
“saat kau menyuruhku untuk menemui Frans Chan,
bahkan sebelum kau menyuruhku untuk mengaku sebagai T-Chan aku sudah
menyukainya...” ucap Hee Chul dengan berani dan tersenyum sinis pada Si
Won,”aku mencintai Frans Chan...”
“kau...” geram Si Won.
Hee Chul tersenyum miring mengejek Si Won yang
kehabisan kata-kata,”sekalipun kau mengakui kau lah T-Chan..., akutak akan
melepaskan Frans Chan begitu saja...” HeeChul meninggalkan Si Won yang
memukulkan tangannya ke dinding hingga memar.
“kau kembali kapten..., syukurlah...” pekik Joana
yang langsung memeluk Linda dengan erat.
“kau ini..., lepaskan aku..., apa yang terjadi? Apa
yang terjadi selama dua minggu aku tak masuk?” tanya Linda yang melihat kondisi
ruangan klub panah yang berantakan.
Joana terdiam dan tertunduk,”selama kapten
sakit..., banyak anggota club yang tak masuk..., dan anggota club
idola...pernah datang ke sini...,maafkan aku kapten...,mian mian mian...aku tak
bisa menjaga club dengan baik..., maafkan aku kapten, maafkan aku...”pinta
Joana dengan perasaan yang sangat bersalah.
Linda menjatuhkan tasnya dengan lemas, langkahnya
gontai menuju ke arah sebuha busur panah yang tergeletak begitu saja,”ini
salahku..., aku tak merawat clubku dan malah sibuk dengan urusanku sendiri...,
Joana..., apa guru pembimbing masih ada di ruang guru?”tanya Linda cepat.
“ku rasa masih..., tadi ada rapat sepertinya baru
saja selesai...”
Tanpa menyelesaikan kata-kata Joana, Linda segera
berlari ke arah ruang guru.
“hei..., kau sudah sehat nak?”tanya Jil Sun guru
pembimbing club panah.
“sensanim..., katakan padaku apakah club panah akan
di tutup?”tanya Linda dengan wajah serius.
Kim Noe menatap Linda dan berusaha tenang
menjawab,”maafkan aku Linda..., selama kau sakit...club itu tak berfungsi...,
aku rasa banyak anggotamu yang keluar..., aku sebenarnya tak ingin mengatakan
ini tapi clubmu tak memiliki anggaran dana untuk meneruskannya...”jawab Kim Noe
dengan hati-hati.
“hanya karena tak ada dana sensanim?”ulang
Linda,”aku akan mempertahankan club...”
“tanpa anggaran dana nak? Tak akan bisa berjalan
tanpa itu...” Kim Noe menyangsikan rencana Linda yang terkesan tak mungkin
baginya,”lagi pula ku rasa kau juga belum pulih benar...” Kim Noe menatap
perban di tangan Linda.
Linda berlutut di depan Kim Noe sambil berkata
dengan nada memohon,”aku mohon sensanim akan aku lakukan apapun untuk membuat
clubku kembali..., akan ku lakukan apapun...aku mohon sensanim...”pinta Linda
tanpa memperdulikan Kim Noe yang mengkhawatirkan kondisi Linda.
Kim Noe menatap sedih Linda dan dia hanya mampu
menggeleng,”maaf Linda aku tak bisa melakukannya..., ini sudah keputusan kepala
sekolah...”
“apa yang harus aku lakukan agar dapat merubah
keputusannya sensanim? Bisakah sensanim mengatakannya pada kepala
sekolah?”pinta Linda dengan penuh harap.
Kim Noe hanya diam berfikir ketika Jil Sun kepala
sekolah datang dan berkata,”jika kau memenangkan kompetisi panah tahun ini aku
akan mempertimbangkan untuk membuka clubmu...”
“kepala sekolah...”pekik Kim Noe yang langsung
menunduk patuh.
“kepala sekolah, benarkah? Jika aku memenangkan
kompetisi panah maka club panah tetap di buka?”ulang Linda dengan penuh harap.
Jil Sun diam dan tersenyum,”aku tidak bilang akan
membuka nak..., tapi aku aku akan mempertimbangkannya...”
“sungguh? Baiklah akan ku menangkan itu dan kepala
sekolah, anda harus menepati janji anda...”Linda mengambil brosur pendaftaran
di meja Kim Noe dan berlari pergi meninggalkan ruangan itu.
“kepala sekolah..., apakah kepala sekolah
bersungguh?”tanya Kim Noe tak percaya.
“sejak awal itu memang tak mungkin tapi..., ketika
aku melihat anak itu memohon padamu aku tak bisa mengabaikan begitu saja
muridku..., sudahlah itu masih akan kufikirkan..., kau lanjutkan saja
tugasmu...”kata Jil Sun dengan tenang lalu masuk ke dalam ruangannya.
Linda menghentikan langkahnya dan menatap Dong Wook
yang sedang memainkan piano.
“kau...”pekik Dong Wook menghentikan
permainannya,”kau kembali...,tumben sekali”
“ya..., kau fikir jika Dhicca tak ada kau bisa
begitu saja meninggalkan club? Besok jadwal seperti biasa mengerti...!”perintah
Linda dengan tegas.
Dong Wook tertawa mengejek,”tidak kecuali kau
mengatakan dimana Dhicca”
“kau mengancam?”Linda berkata dengan nada
sinis,”baiklah biar ku katakan padamu..., bukan berarti aku menyetujuimu..., ku
rasa kau harus menuntaskan perasaanmu pada Dhicca dia ada di rumah sakit di
kota Gwang Ju...aku tak akan mengatakan lebih dari itu..., jadi ku harap besok
kau datang latihan seperti biasa...”Linda meninggalkan Dong Wook begitu saja.
“kapten...,bagaimana?” tanya Joana penuh harap.
Linda tersenyum pada Joana dan memegang kedua
pundaknya,”gomawo..., gomawo kau selalu ada di sini..., kau terlalu banyak
membantuku walaupun aku terus mengomelimu..., aku berhutang banyak
padamu...”Linda tersenyum lalu menghela nafas,”sekarang..., maukah kau berjuang
bersamaku? Aku akan mengikuti pertandingan agar club ini kembali di buka...,
maukah kau membantuku Joana?” tanya Linda.
Joana menatap Linda tak percaya dan mengangguk
dengan penuh semangat,”ne..., tentu saja kapten..., aku akan membantumu...”
“gomawo...” keduanya kemudian sibuk membersihkan
ruangan club panah bersama.
“tinggal satu poin dan kita akan menang...” ucap
Hye Nie di sela istirahat mereka,”Bella..., kau akan bermain di putaran
akhir...”
“tapi senior..., dari tadi dia terus bermain dan
tak pernah beristirahat...” Yenny memprotes keputusan Hye Nie sambil menatap Bella
yang kelelahan.
“kau bicara apa? Lalu memasukkanmu? Ini
pertandingan bukan latihan Yenny..., Bella lebih baik darimu..., dia kartu truf
kita...”ucap Hye Nie dengan tegas.
“tapi...”yang lain berusaha memprotes namun Hye Nie
tetap pada pendiriannya.
“baiklah aku akan turun..., tapi... bisakah kau
menurunkan dia juga?”pinta Bella sambil menunjuk Yenny dengan wajah biasa.
“kau ingin kita kalah?”bentak Hye Nie.
Bella meminum air mineralnya lalu tersenyum,”apa
itu susah bagimu? Jika kau tak mau aku tak akan bermain...”
“a...apa?! di saat seperti ini kau...,baiklah Yenny
kau masuk menggantikan San Mi..., ayo cepat waktu akan habis...”perintah Hye
Nie yang terlihat sangat marah.
“gomawo Bella...”ucap Yenny,”ini akan jadi terakhir
kalinya aku bermain...”
“wae? Kau ingin berhenti?”
“a...ani...hanya saja aku...” kata Yenny ragu.
“kakakmu datang bukan? Tunjukan padanya bahwa kau
bisa...”setelah berkata seperti itu Bella meninggalkan Yenny menuju lapangan.
“hai..., kita bertemu lagi nona pemarah...”pekik Kwang
Min, laki-laki yang pernah berpapasan dengan Bella di dekat jembatan dan
mengira Bella akan bunuh diri.
Bella menghela nafas kesal pada laki-laki itu,”kau
lagi..., kau ingin mencari masalah lagi denganku?”
“ani..., aku ingin melihatmu..., ah aku juga
bertanding untuk smaku..., sepertinya kita bersaing...”Kwang Min hanya
tersenyum pendek tanpa memperdulikan tampang kesal Bella,”kau sepertinya pemain
utama di sini?”
“apa urusanmu..., dasar maniak...”maki Bella
kemudian meninggalkan Kwang Min begitu saja menuju ke arena pertandingan. Bella
sempat menatap ke bangku penonton dan melihat Lina melambaikan tangan padanya
sambil berteriak memberi semangat,”umma...”
“heeeeeeeeiiii sedang apa kau! Ayooo...”teriak Hye
Nie yang langsung mengoper bola pada Bella.
Di menit terakhir..., Bella membawa lari bola
menuju ke ring. Lawannya yang tau Bella adalah pusat utama langsung menghadang
Bella secara frontal,”aish...”geram Bella yang menatap Yenny tak di jaga
seorang pun, Bella langsung mengoper bola padanya.
Dengan ragu Yenny menatap bola di tangannya dan
langsung mendribelnya. Di saat terdesak tim lawan akan melakukan pelanggaran
pada Yenny dengan melakukan kecurangan.
“perhatikan...”pekik Bella yang berusaha
menghalangi,DUGH..., BRUGH...,”akh...”pekik Bella ketika dia terjatuh tepat
setelah tangan pemain itu mengenai rusuk Bella, saat Bella terjatuh pemain yang
ikut oleng itu tersandung hingga menginjak kaki Bella dan jatuh tepat di
atasnya.
Permainan terhenti sejenak. Yenny segera
menghampiri Bella dan menatap penuh kekhawatiran.
“kau tak apa?”tanya Yenny.
“pabo kau Bella..., seharusnya kau biarkan saja dan
kau tinggal merebut bolanya...”pekik Hye Nie dengan menggebu-gebu.
“kapten..., kau gila? Kau kapten atau bukan?”ucap
Dae Na salah satu anggota dengan nada emosi.
“sudahlah senior...” Yenny membantu Bella
bangkit,”sepertinya kau terkilir...”
“yah..., aku harus istirahat...”putus Bella.
“apa...tidak...”putus Hye Nie menghalangi langkah
Bella,”walau kau sakit kau akan jadi senjata bagus..., kau cukup diam... dan
mengoper biar aku saja yang menyerang...”
“apa..., kapten...kau tak bisa begitu...”bantah
Myung An anggota lain.
“diam karena aku kaptennya...”bentak Hye Nie dengan
nada tinggi. Tak ada yang membantah dengan perkataannya dan kemudian kembali ke
lapangan dengan posisi masing-masing.
“kapten..., apa yang kau inginkan?”bisik Bella yang
berada di sebelah Hye Nie,”kau ingin menguasai pertandingan?”
“jika ya...? aku akan membuatmu tampak bodoh kali
ini...”ucap Hye Nie dengan sinis.
“kita lihat saja kapten..., aku akan berjuang
hingga akhir jika itu yang kau inginkan...”tekad Bella. Pertandingan di mulai dengan
sangat cepat. Berkali-kali pihak lawan dengan sengaja menubruk Bella hingga
terjatuh,”sangat manis...”ucap Bella sambil mencoba bangkit, tapi kakinya yang
terkilir bertambah parah hingga Bella harus menahan rasa sakitnya.
“kau tak apa?” tanya Yenny yang tau kesakitan
Bella.
“ani...”
“hei cepat...”teriak Hye Nie. Mereka kembali keposisi masing-masing. Tinggal 25 detik
terakhir dan poin saling mengejar jika lawan berhasil memasukkan maka akan ada pinalti
namun jika berhasil mempertahankan maka tim Bella yang akan memenangkannya.
“oper padaku...”teriak Hye Nie pada Bella.
Bella tersenyum sinis dan mendribel bolanya ke arah
ring tentu saja lawan tak akan tinggal diam begitu saja dan mencoba menahan
Bella yang akan menembakkan bola ke ring. Saat melompat Bella merubah arah
lemparannya dan mengoper pada Yenny yang siap dan menshoot ke arah ring.
Seperti gerakan lambat bola itu melambung tinggi di ikuti hentakan Bella yang
terjatuh.
Dhicca menatap langit yang bersinar cerah tanpa
berkedip sedikitpun. Waktu perpisahan itu akan segera tiba dan dia belum bisa
menerimanya, keluarga yang selama ini di cintainya harus di tinggalkan begitu
saja. Dhicca mengalihkan pandangannya saat pintu kamarnya terbuka.
“kau...”ucap Dhicca yang terkejut oleh kedatangan
Dong Wook.
“hai..., sudah lama kita...”
“Linda memberi tahumu?”tanya Dhicca cepat.
Dong Wook hanya mengangguk lalu duduk di sebelah
Dhicca,”kenapa kau tak mau siapapun tau?”
“apa? Soal penyakitku?”Dhicca berkata pelan dan
memalingkan pandangan ke luar,”apa itu penting? Bagaimana dengan Kim Auley? Dia
baik-baik saja kan?”
“kenapa kau malah bertanya tentang dia? Aku tak tau
dan aku tak perduli...”ucap Dong Wook sedikit emosi,”kau..., tak ingin bertemu
dengan kakakku?”
Dhicca menatap Dong Wook tak suka dan hanya sekejap
dia kembali berpaling,”untuk apa? Sudahlah..., sebaiknya kau pulang saja dan
jangan katakan pada siapapun di mana aku di rawat...”
“Dhicca...”Dong Wook menarik Dhicca agar menatap
matanya dengan tegas dia berkata,”aku menyukaimu...”
“hei..., jangan membuatku akan berteriak Dong
Wook...”bentak Dhicca berusaha memberontak.
“aku bersungguh-sungguh Dhicca..., tatap aku dan
katakan apa jawabanmu..., aku tak ingin menunggu lagi..., aku tak bisa
melihatmu menghindariku terus..., selama dua minggu..., aku mencoba mencari
kau...” Dong Wook menggenggam erat pundak Dhicca tanpa melepskan pandangannya
dari mata Dhicca.
“kenapa kau selalu memaksaku Dong Wook? Kenapa kau
selalu membuatku seperti ini? Aku tak tau...” Dhicca balas menatap Dong
Wook,”kau ingin tau...? kau ingin tau aku menyukaimu atau tidak? Kau hanya
ingin tau?”
Dong Wook tak berkomentar sedikitpun dan berusaha
mempertahankan posisinya.
“aku tak menyukaimu sama sekali..., aku tak
berharap bertemu denganmu... aku sangat membencimu....”jawab Dhicca dengan
tegas.
“a...apa?”pekik Dong Wook tak percaya.
“sekarang pergilah..., aku tak ingin berurusan
denganmu lagi...”genggaman Dong Wook melemah hingga dia berjalan gontai dan
kembali berbalik lalu mengeluarkan setangkai mawar putih pada Dhicca.
“baiklah..., aku memang tak memiliki harapan
apapun..., dari dulu kau memang menyukai kakakku...”Dong Wook tersenyum
sinis,”aku tak akan mengganggumu lagi...”Dong Wook pergi setelah meletakkan
mawar itu di sebelah Dhicca.
Pelahan tangan Dhicca meraih mawar itu,”maafkan
aku..., aku tak ingin kau akan lebih terluka lagi..., aku menyayangimu...”tangis
Dhicca pecah, sekeras dia berusaha menghentikan tangisnya dengan cepat fikiran
tentang Dong Wook yang pergi dengan wajah kecewa menghantuinya. Dhicca kini
menyadari perasaannya yang sebenarnya.
Sementara Linda terdiam di depan pintu tanpa bisa
melakukan sesuatu yang berarti.
“kita harus bicara Santha...”ucap Frans Chan.
Santha yang sedang bersantai di kebun belakang
rumahnya hanya diam dan mendengarkan kata-kata Frans Chan,”wae? Masalah
kemarin?”
“ya..., katakan padaku..., ada apa denganmu
sebenarnya?”
Santha menghela nafas ringan dan tersenyum pada
Frans Chan seolah mengejek,”kau sebaiknya tak usah mencampuri urusan orrang
lain Frans Chan..., aku tau masalahmu lebih berat ketimbang memikirkanku...”
“kau marah karena aku sibuk dengan urusanku
sehingga mengabaikanmu?” tanya Frans Chan setengah menyelidiki.
“apa maksudmu? Untuk apa aku marah dengan hal
sepele seperti itu?”
“katakan padaku..., ini tentang keluargamu?”Frans
Chan terus bertanya tanpa memperdulikan kata-kata Santha.
Santha tersenyum jengah pada Frans Chan dan
berkata,”jika ya..., itu bukan urusanmu...”
“maafkan aku Santha...”Frans Chan memeluk Santha
tiba-tiba,”maafkan aku yang kurang memperhatikanmu..., maafkan aku...”
“ya..., apa yang kau lakukan!”bentak Santha melepas
pelukan Frans Chan,”sudahlah aku sudah katakan padamu..., ini bukan urusanmu
mengerti...”
“aku bersalah padamu Santha..., kau sahabatku...aku
tau... dan aku tak akan memaksa lagi...”Frans Chan menyeka air matanya lalu
menggenggam tangan Santha,”sekarang aku berjanji padamu..., aku akan selalu di
sampingmu kapanpun kau perlukan...”
“pabo..., sudahlah Frans Chan kau tak usah
memikirkan masalahku...”
“ani..., aku akan terus berfikir bagaimana
membuatmu tersenyum seperti dulu..., karena kita sahabat...”ucap Frans Chan
sambil tersenyum tulus pada Santha,”jika kau marah padaku katakan yang
sejujurnya..., katakan apapun itu..., kau mengerti?”
“aish kau ini...” ucap Santha yang merasa sedikit
tersentuh.
“janji?”ulang Frans Chan sambil mengangkat jari
kelingkingnya.
“ara ara...”Santha mengaitkan sebelah kelingkingnya
dan membalas senyum Frans Chan,”kaupun..., jika kau ada masalah katakanlah
padaku..., aku jengkel padamu... kau tak pernah menghubungiku saat kau dan
keluargamu dalam masalah..., aku seperti tak berguna bagimu...”
“kau marah karena itu?”
“ya..., apa aku harus mengulangnya lagi? Aku
kesepian kau tau? Aku hanya mencari pelarian jika kau membuangku..., dan aku...
tentang keluargaku..., aku belum bisa mengatakannya untuk saat ini...”keluh
Santha sambil tertunduk.
“maafkan aku Santha..., tapi mulai saat ini...,
apapun masalahmu..., katakanlah padaku..., aku mengerti...dan sebaiknya kau
jelaskan pada Jinai..., jika tidak dia akan marah...dan selalu salah
paham...”saran Frans Chan dengan bijak.
“m...”Santha mengangguk setuju dengan usul Frans
Chan.
“m..., dan ada yang ingin ku tanyakan
padamu...”kata Frans Chan ragu,”aku ingin tanya tentang sepupumu...”
“siapa? Si Won?” tanya Santha sambil mengerutkan
alis.
“ya..., aku ingin tanya apa..., apa kau tau sesuatu
tentang dia? Maksudku... mengapa kau menyarankan aku sebagai guru privat
untuknya?” kata Frans Chan dengan perlahan.
Santha menatap ragu pada Frans Chan dia akan sempat
berkata namun mengurungkan niatnya dan memilih untuk diam.
“ada apa Santha? Kau tak ingin mengataknnya juga
padaku?”
“bu...buka maksudku..., aku...aku hanya aku
hanya..., aish... bagaimana aku menjelaskannya...”ucap Santha dengan suara
kecil.
“katakan apapun itu...”pinta Frans Chan penuh
harap.
“ara ara..., ini karena... dia..., dia menyukaimu...,
aku tau tak ada kesempatan jika dia hanya terus diam dan berpura-pura
mengacuhkanmu..., makanya aku membantunya dengan memintamu sebagai guru
privatnya...”aku Santha dan menatap Frans Chan dengan perasaan bersalah,”aku
baru tau dia menyukaimu sejak kecil..., aku baru tau jika T-Chanmu adalah...
sepupuku sendiri hingga aku melihat foto kalian berdua saat kecil..., aku ingin
mengatakannya padamu..., tapi sepertinya terlambat untuk Si Won..., dia memang
payah...”
“a...apa? T-Chan?”tanya Frans Chan dengan suara
bergetar,”a...aniyo...a...ani....”
“maafkan aku Frans Chan..., aku tak ingin membuatmu
bingung tapi..., sungguh akupun baru mengetahuinya...”pinta Santha.
Frans Chan hanya terdiam lama lalu
berkata,”aku...,aku akan pulang dulu..., sampai jumpa...”
“Frans Chan...”ucap Santha dengan perlahan namun
tak menghentikan langkah Frans Chan.
TBC . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar