“SPRING IN LOVE 29” (봄 사랑에)
Tsatsa diam di taman dan berfikir tentang kejadian semalam.
Bella yang sedang menyirami bunga dengan susah payah menuju
ke arah Tsatsa.
“apa yang kau fikirkan?”tanya Bella lalu duduk perlahan di
sebelah Tsatsa yang terkejut akan kedatangan Bella yang tak di sadarinya.
“aku...aku tak tau...”jawab Tsatsa kemudian diam.
“ada yang salah dengan kak Kyuhyun?”tanya Bella lagi, lalu
menatap tongkatnya,”aku tak yakin akan dapat berjalan normal...”
“apa yang kau fikirkan Bella?”Tsatsa terpekik tak
setuju,”kau pasti sembuh...”
“ya..., kau fikir sudah berapa kali aku melakukan
therapy?”Bella berkata dengan bosan.
“ya..., Bella... aku yakin... kau dapat sembuh...,
kakimu..., kakimu akan dapat berjalan normal lagi..., dokter mengatakan bahwa
hanya butuh waktu dan kepercayaan diri...mengerti... jadi teruslah berusaha...,
atau aku akan merasa bersalah padamu...”Tsatsa merendahkan kalimatnya dan
meraba tangan Bella,”jangan menyerah...”
“hemb..., aku hanya merasa akan sia-sia..., apa masalahmu?
Setelah kau pulang dengan kekasihmu?”Bella balik bertanya.
Tsatsa mendesah dan menarik nafas sebelum menceritakan apa
yang terjadi semalam,”aku tak tau..., apakah aku pantas menerima donor mata
itu..., aku tak sanggup memikirkan hal lain...”
“kau..., akan menerima donor mata? Seharusnya kau senang...”ucap
Bella dengan menatap Tsatsa heran.
“itu tak pasti..., aku tak tau siapa yang mau mendonorkan
matanya untukku..., Kyuhyun hanya mengantarku ke dokter semalam..., aku tak tau
siapa, aku tak bisa menerima begitu saja...”keluh Tsatsa dengan berat.
Bella mengerti dan mengangguk,”apakah kau sudah menceritakan
pada umma?”
Tsatsa menggeleng lemah,”belum..., aku belum mengatakan pada
umma...”
“apa kau takut jika matamu dapat kembali kau akan kehilangan
Kyuhyun?”Bella berkata pelan, Tsatsa telah menceritakan segalanya pada Bella.
Kali ini kata-kata Bella benar, itu yang di fikirkanya semalam.
“kau benar...”tunduk Tsatsa,”kau benar..., otokke... apakah
aku terlalu egois?” Tsatsa menyembunyikan wajah dengan kedua tangannya.
“kau telah mencintai Kyuhyun dengan sepenuh hatimu..., aku
tau dia akan bisa membaca itu..., apa kau fikir pengorbananmu akan sia-sia bila
kau bisa kembali melihat? Tidak Tsatsa..., jika kau mengerti itu..., bagaimana
kau mampu mendukungku...kau harus bisa mengendalikan dirimu..., aku yakin
Kyuhyun mencintaimu dengan tulus...”yakin Bella pada Tsatsa.
“gomawo...”senyum Tsatsa tangannya meraba mencari tangan
Bella lalu menggenggamnya,”aku senang..., aku senang kau adalah saudaraku...,
aku senang kau kembali bersamaku...”senyum Tsatsa terkembang. Walaupun Tsatsa
tak melihat senyum Bella, tapi dia dapat merasakan perasaan yang sama
dengannya.
Lina membuka pintu dan menatap terkejut pada Ji Yong.
“kau...”
“annyeong..., boleh aku bicara dengan mu nyonya?”pinta Ji
yong sopan.
Lina mengangguk bingung dan mempersilahkan Ji Yong
masuk,”sudah lama...” ucap Lina kaku,”kau ingin bertemu dengan Bella?”
“tidak aku hanya ingin berbicara dengan anda...”Ji Yong
duduk berhadapan dengan Lina dan mendesah ringan sebelum memulai
percakapan,”apa yang terjadi dengan Bella?”
Lina tau pertanyaan itu yang akan di tanyakan Ji yong dia
hanya menatap ke arah luar berharap Bella masih di taman bersama Tsatsa,”seperti
yang kau lihat..., Bella mengalami luka di kakinya, tapi aku tak ingin dia di
amputasi..., aku mengusahakan yang terbaik dan Bella tak jadi di amputasi dia
hanya di operasi..., setelah operasi dokter mengatakan bahwa jika ingin
berjalan normal..., Bella harus menghilangkan perasaan traumanya...”
Ji yong mengangguk pelan kemudian kembali bertanya,”apa yang
terjadi selain itu? Kenapa dia seperti orang asing saat melihatku?”
Lina diam lama tak
menjawab lalu menghela nafas ringan,”tekanan, rasa frustasi..., membuat alam
bawah sadarnya menghilangkan semua memori sebelum dia sadar..., itu sebabnya
dia..., dia melupakanmu...dan masalalunya...”
Ji yong diam tak berkata lagi hingga Bella masuk bersama
Kwang Min.
“umma..., bolehkah aku pergi hari ini?”tanya Bella meminta izin
dengan sangat hati-hati, Bella menatap Ji yong dan menunduk memberi
salam,”ternyata baksanim ini teman umma? Maaf aku telah menabrakmu...”
Kwang Min menatap Ji yong tak suka namun dia berusaha
mengalihkan pandangannya dengan menatap Lina dan berkata,”aku meminta izin pada
nyonya untuk mengajak Bella pergi...”
“oh m..., ya tentu...”angguk Lina.
“aku akan mengambil mantel dan tasku...”Bella melangkah
tertatih dengan tongkatnya menuju kamarnya.
“duduklah...”perintah Lina pada Kwang Min,”m... Ji Yong dia
kekasih Bella...”
Ji Yong sempat diam dan terkejut namun tak lama dia
tersenyum pada Kwang Min,”sepertinya kita pernah bertemu?”
“ya..., turnamen basket...”angguk Kwang Min kurang antusias.
“ah... ya...”angguk Ji yong mengingat.
“maafkan aku terlalu lama...”ucap Bella turun dengan
perlahan. Ji yong sempat takjub menatap Bella yang telah berubah.
“tak apa...”Kwang Min tau pandangan Ji Yong, dengan segera
Kwang Min menuntun Bella,”nyonya kami pergi..., aku akan mengantar Bella
kembali sebelum jam malam...”janji Kwang Min lalu menunduk menatap Ji yong
seolah ingin mengatakan,’Bella milikku...’
“ya..., hati hatilah...”pesan Lina,”Taemin...”panggil Lina.
“ne nyonya...”ucap Taemin yang sibuk mengganti pot.
“kau tau toko min jae..., tolong kau ambil bibit yang telah
ku pesan...”pinta Lina sambil menyerahkan uang dan alamat tokonya.
“baik...” Taemin segera menyelesaikan pekerjaannya kemudian
pergi.
Lina kembali menatap Ji yong yang masih tak
bergeming,”kau..., apakah perasaanmu pada Bella sudah benar-benar berakhir?”
tanya Lina.
Ji Yong menatap Lina kaget,”dari mana anda...”
“katakan padaku..., apakah kau masih menyukai Bella?” tanya
Lina mengulang,”aku tau..., jangan sungkan katakan padaku Ji yong..., jika kau
menyukai Bella...,kenapa kau meninggalkannya?”
“aku tak bermaksud meninggalkannya begitu saja..., aku hanya
takut akan melukainya..., aku tak ingin karena aku dia ...” Ji Yong berkata
ragu.
“sekarang..., Bella telah memiliki kekasih...,apa kau masih
berharap lebih?”Lina bertanya lagi dan membuat Ji Yong tersadar.
“baiklah..., aku mengakui..., aku masih menyukai Bella..”aku
Ji Yong.
Lina diam tak menyangka jawaban Ji Yong yang membuatnya
sedikit kasihan,”kau telah melepaskannya...”
“aku tau..., aku bersalah..., maafkan aku...sebaiknya aku
kembali...”Ji Yong segera beranjak dan menunduk pada Lina kemudian pegi.
Lina hanya menatap Ji yong hingga meninggalkan halamannya.
Di balik pintu Tsatsa terdiam mendengar percakapan Lina dan Ji Yong.
“kau melanggar apa?” ucap Bella saat motor Kwang Min
tiba-tiba terhenti.
“bukan aku..., di depan terjadi perkelahian...”Kwang Min
menatap perkelahian dua kelompok yang memacetkan jalan.
Bella menatap kearah kerumunan itu dan tiba-tiba dia menutup
telinganya ketakutan,”ani...ani...”
“Bella..., ada apa?”tanya Kwang Min saat mendengar Bella
berteriak kecil.
“ani...ani...”Bella terus menutup telinganya ketakutan
hingga semua orang yang terjebak kemacetan menatap ke arah Bella.
“Bella...” Kwang Min segera menepikan motornya dan
menurunkan Bella duduk di tepi jalan,”apa yang terjadi?”
“aku..., takut..., aku tak tau aku...aniii”Bella kembali
menutup telinganya ketika mendengar teriakan marah dari kedua kelompok itu.
Tanpa fikir panjang Kwang Min memeluk Bella dan menutup
kedua telinganya. Bella terdiam dan merasa sedikit nyaman dengan pelukan Kwang
Min yang melindunginya. Hingga polisi datang dan melerai perkelahian itu.
“kau tak apa?” tanya Kwang Min setelah itu.
“m...”angguk Bella. Kwang Min berusaha membantunya berdiri
namun Bella yang lemas sempat terjatuh.
“ada apa? Apakah dia korban? Bella...”pekik Frans Chan saat
menatap Bella yang tampak pucat.
“tidak..., dia bukan korban..., aku akan membawanya
kembali..., mian nona...”Kwang Min menuntun Bella perlahan melewati Frans Chan
yang masih terdiam. Frans Chan berbalik dan memandang sekali lagi, benar itu adalah
Bella..., tapi... ada apa dengannya? Ada apa dengan kakinya? Dan kenapa dia tak
terkejut bertemu denganku? Apakah dia sudah melupakanku? Benarkah dia Bella?
Batin Frans Chan terus di liputi pertanyaan yang ak terjawab hingga Kwang Min
memutar motornya dan pergi bersama Bella.
“ya..., Frans Chan..., apa yang kau lakukan...” ucap So Nam
salah seorang polisi lain.
“n...ne...”Frans Chan segera meninggalkan tempatnya dan
bergabung dengan polisi lain yang mengamankan beberapa preman.
“Bunga Tuan..., Bunga mawar yangcantik nyonya...”teriak
Tsatsa kurang bersemangat ketika dia menjual buket kecil bunganya di depan
toko. Fikirannya terbagi sekarang, antara masalahnya dan Bella. Kenyataan
selama ini yang tak dia ketahui tentang Bella akhirnya dia mengetahui itu.
Taemin menatap Tsatsa dengan pandangan kasihan dan
menghampirinya.
“ada apa?”tanya Taemin memulai,”hari ini kau tak
bersemangat...”
Tsatsa menghela nafas dan meletakkan bunga di tangannya ke
keranjang,”banyak yang aku fikirkan...”
“jangan terlalu banyak berfikir..., itu akan berakibat buruk
kau ingat...”nasehat Taemin mengingatkan.
“ne...”Tsatsa hanya menjawab singkatdan
melanjutkan,”Taemin...”
“ya?”
Tsatsa berkata ragu namun akhirnya dia bertanya,”kau sudah
bekerja lama dengan keluargaku...,
apakah kau tak ingin bekerja yang lebih layak selain ini?”
Taemin tersenyum kemudian mengusap kepala Tsatsa
lembut,”pekerjaan ini sangat layak..., aku mencintai bunga..., dan aku...telah
mencintai tempat ini...”kenang Taemin ketika dia dalam lilitan hutang dan Lina
datang membantunya.
“Taemin..., kau seperti orang tua...padahal kau hanya tua
setahun dari pada aku...”ucap Tsatsa jengkel. Tsatsa mencoba memukul Taemin
namun percuma karena Taemin menghindar hingga Taemin terdiam akan kedatangan
seseorang.
BUGH...,”kena kau...”ucap Tsatsa yang mengenai punggung
Taemin, Taemin hanya diam dan membuat Tsatsa bingung,”Taemin ada apa?”tanya
Tsatsa mencoba bangkit dan meraba tongkatnya,”Gomawo...”ucap Tsatsa saat
seseorang membantunya.
“ne..., aku ingin membeli bunga...,Rezty..., berapa banyak
yang kita perlukan??? Apakah Seung akan menyukainya? Kau yakin?” tanya Linda
sambil menatap bunga di depan.
“ya..., kau ini bagaimana Linda... dia itu kekasihmu
seharusnya kau tau apa yang dia suka...”ucap Rezty dengan tak sabarsambil
menatap sekeliling.
“kau ini..., kau tau bagaimana kesibukanku kan...bahkan aku
berkencan dengan Seung saja hanya 5 kali dalam setahun..., sisanya bertemu
dalam pekerjaan...”keluh Linda lalu mencium buket mawar di keranjang milik Tsatsa,”aku
mau yang ini...”ucap Linda.
“kau ini..., sudahlah cepat kau pilih dan kita harus egera
pergi...”ingat Rezty.
“yang mana nona?”Tsatsa meraba tangan Linda dan
tersenyum,”mawar putih nona?? Nona menyukai mawar putih?”
“hei..., ternyata kau bisa melihat? Aku fikir...”kata Linda
heran.
“tidak... nona..., aku tak bisa melihat tapi aku bisa
membedakan dari baunya saja..., nona tak suka bau yang tajam..., seperti
kakakku...”ingat Tsatsa sambil tersenyum,”ya..., Taemin..., apa yang kau
lakukan?kenapa kau hanya diam saja? ”ucap Tsatsa kesal. Namun Taemin tetap diam
dan memandang Linda dengan terkejut.
“sudahlah..., berapa harganya?”tanya Linda dan mengambil
beberapa lembar uang.
“nona..., ini terlalu banyak...”ucap Tsatsa sambil meraba
uang yang di berikan Linda.
“biarkan..., aku akan kembali lagi nanti..., aku
terburu-buru...kekasihku datang...”senyum Linda sesaat,”senang bisa berkenalan
denganmu..., aku baru datang dari jepang, tapi aku orang korea..., namaku Linda
Park...”ucap Linda memperkenalkan dirinya.
“wah namamu cantik..., sama seperti kakakku...,tapi
dia...sudah tiada...”ucap Tsatsa dengan nada rendah.
“hmmm..., aku turut berduka..., baiklah aku harus pergi...”
Linda tersenyum dan sempat menatap Taemin dengan pandangan aneh padanya karena
terus diam tak bergeming. Linda memasuki mobilnya bertepatan dengan datangnya
Lina bersama Herlina.
“ada apa dengan Taemin?”tanya Lina berkerut aneh menatap
Taemin.
“aku tak tau umma..., dari tadi dia aneh...”ucap Tsatsa
jengkel,”umma..., tadi ada seorang nona yang datang membeli bunga kita..., umma
tau..., namanya sama seperti kak Linda...”ucap Tsatsa dengan bersemangat.
“benarkah? Apakah dia sama dengan Linda?” tanya Herlina
menyela.
Lina hanya diam dan tak ingin kembali larut.
“tentu saja tidak ahjumma..., bayangkan saja..., dia sangat
anggun...”jelas Tsatsa.
“tapi..., dia memang Linda...”ucap Taemin kemudian. Lina dan
Herlina menatap Taemin dengan pandangan aneh.
“apa maksudmu Taemin?”tanya Lina kemudian.
“dia memang Linda...”ulangnya lalu menatap ketiganya
bergantian,”itu benar-benar Linda...”
“Taemin..., jangan
membuatku tertawa..., sudah 5 tahun Linda pergi meninggalkan kita dan
itu mustahil..., dia tak akan pernah kembali...”Lina berkata sedikit emosi bila
harus mengulang memori pahit itu.
“nyonya..., tapi...”
“sudahlah..., mungkin kau kurang sehat hari ini..., kau bisa
pulang lebih cepat dari biasanya...”putus Lina kemudian masuk ke dalam rumahnya
begitu saja.
Herlina hanya menatap diam dan membantu Tsatsa yang juga tak
dapat berkata apa-apa. Sedangkan Taemin hanya dapat kembali terdiam.
“umma...”ucap Tsatsa perlahan.
Lina menyeka air matanya dan berkata singkat,”ne...”
“umma menangis? Umma..., jangan seperti itu..., Tsatsa
mengerti umma tak ingin di ungkit tapi..., umma yang aku tau adalah umma yang
tegar...” ucap Tsatsa sambil menggenggam tangan ibunya.
Lina menatap anaknya dan memegang kedua pipi Tsatsa lalu
berkata,”ne..., umma tau..., jangan khawatir... emosi umma memang belum
stabil...”Lina meninggalkan Tsatsa dan menuju kamarnya di atas.
“ahjumma..., ada apa dengan umma hari ini?” tanya Tsatsa
bingung.
Herlina duduk di sebelah Tsatsa dan mendesah ringan,”saat
akan pergi ke kantor Hyung untuk memberi tahunya tentang persiapan pernikahan
umma mu bertemu dengan appamu...”.
“appa? Appa kembali?” tanya Tsatsa sedikit terkejut.
Herlina hanya mendesah singkat membetulkan. Tak lama Lina
kembali dengan wajah pucat pasi dan langsung membuka kamar mandi dengan tak
sabar.
“Lina..., ada apa?”tanya Herlina bingung.
“Tsatsa..., di mana ahjummamu?”ucap Lina dalam kepanikan.
“apa? Ahjumma?? Bukankah ahjumma ada di kamar? Dia tak
pernah meninggalkan rumah...”ucap Tsatsa bingung dan
tersadar,”jangan...jangan...”ketiganya mulai panik dan mencari Rindi kemana
saja.
“Taemin tutup toko..., kita harus mencari Rindi...” perintah
Lina yang langsung di turuti Taemin dan langsung ikut mencari Rindi.
“ada apa? Kenapa rumahku sesepi ini?” tanya Bella bingung.
“apa mereka pergi semua?” tanya Kwang Min. Bella segera
menghubungi Lina dengan ponselnya dan hanya mengangguk mengerti hingga akhirnya
menutup ponselnya sambil mendesah berat.
“ada apa?”tanya Kwang Min kembali.
“Ahjumma Rindi menghilang..., umma dan lainnya pergi
mencarinya...”Bella mengambil tongkatnya dan berjalan memasuki rumahnya bersama
Kwang Min,”maafkan aku..., gara-gara aku... kencan kita...”Bella memutus
kata-katanya dan menatap Kwang Min penuh permintaan maaf.
“ani...,jangan khawatir..., bukan salahmu sepenuhnya...”Kwang
Min mengusap kepala Bella dan tersenyum, namun tetap saja Bella merasa bersalah,”baiklah-baiklah...,
bagaimana jika kita berkencan di dekatsini saja?”tawar Kwang Min.
Bella menatap ragu namun kemudian mengangguk,”ne...”
Dengan perlahan Kwang Min membantu Bella menuju taman
sekitar.
“kau ingin bermain?”tanya Kwang Min sambil menunjuk geune(ayunan).
“ya..., kau gila..., kau tau aku seperti apa...”Bella
mengingatkan kondisinya namun Kwang Min berkedip jahil dan mengangkat Bella
yang terkejut,”hei..., ya Kwang Min..”
Perlahan Kwang Min meletakkan Bella di geune dan memegang
kedua sisnya,”tak ada yang masalah bukan?”
“tapi tongkatku...”Bella menatap tongkatnya yang terjatuh
setelah Kwang Min mengangkatnya,”dasar kau ini...”
“jangan marah dan biarkan saja..., tak akan ada yang
mengambil...”dengan santai Kwang Min duduk di geune sebelah.
“Kwang Min...”ucap Bella dengan perlahan,”kau tau? Na...
nomu nomu chulgopta(senang yang berlebihan)” ucap Bella.
Kwang Min menatap Bella lalu berkata,”wae(kenapa?)?”
“karena aku bersamamu..”
“kau ingin membuatku malu? Seharusnya aku yang berkata
seperti itu...”Kwang Min langsung berdiri dan memegang kedua besi geune tempat
Bella duduk kemudian menunduk menatap Bella
yang menatapnya juga,”ya...Kim Bella... selama 5 tahun aku selalu
menunggumu..., saat kau menerimaku kau tau betapa senangnya aku..., saat kau
bersama si senior bresngsek itu betapa cemburunya aku..., tapi sekarang kau
adalah milikku..., aku tak akan melepaskanmu tak akan pernah...”ucap Kwang Min
dan perlahan semakin menunduk dan mencium Bella.
Di tempat lain Ji yong yang mengikuti keduanya harus
menggertakkan giginya melihat keduanya saat itu, detik itu.
“mau kemana kau?” ucap Eun Hwa sambil melipat tangannya saat
Dhicca mengendap akan keluar.
“a...aku...aku ingin...”
“kau ingin menemui keluargamu?”
Dhicca hanya mengangguk ragu,”halmeoni..., izinkan aku
menemui mereka sebentar saja...”pinta Dhicca dengan memohon.
“tidak..., kau tidak boleh pergi..., aku tidak ingin kau
terlibat scandal mengerti kau ini cucu dari pengusaha perhotelan terkaya di
negri ini..., malam ini... kau ikut aku...”putus Eun Hwa dengan nada tegas.
“tapi halmeoni..., aku belum bertemu dengan mereka bahkan
selama ini kau melarangku untuk menghubungi mereka..., ini tidak adil...”ucap
Dhicca dengan menahan tangisnya.
“apa yang tidak adil..., aku tak ingin kau terpengaruh
lagi..., kau akan segera menjadi pewarisku ingat itu Dhicca...”Eun Hwa
membentak kemudian masuk ke dalam ruangannya dengan membanting pintu.
Dhicca terduduk kesal dan menangis.
“sudahlah nona..., percuma kau membantah nyonya besar tak
akan ada yang menang berdebat dengan nyonya...”ucap Jin Yuk asisten Eun Hwa.
“tapi apa halmeoni tau betapa aku merindukan mereka...aku
ingin bertemu dengan mereka...halmeoni tak adil....” ucap Dhicca lagi.
Jin Yuk menatap Dhicca dengan tatapan kasihan,”aku mengerti
nona..., kau bisa saja pergi tapi ku mohon jangan saat ini nona..., nyonya tak
ingin kau mengalami sesuatu karena kau
akan mewarisi perusahaannya sebentar lagi...” ingat Jin Yuk.
“sudahlah..., aku akan naik....”Dhicca mengambil tasnya dan
akan naik kekamarnya namun dia berhenti di tangga dan berbalik pada Jin
Yuk,”katakan padaku kau sudah lama bekerja dengan halmeoni?”
Jin Yuk mengangguk sopan pada Dhicca.
“apa kau tau..., siapa Jung Fleur Elle?? Bukankah itu nama
orang asing?”tanya Dhicca.
Jin Yuk terdiam mendengar nama itu di sebut,”dari mana nona
tau?”
“siapa dia? Apakah dia ahjummaku?”ulang Dhicca sambil
menatap ekspresi Jin Yuk.
“a...ani..., dia.... dia....”ucap Jin Yuk ragu.
“Jin Yuk..., kemari kau...”pekik Eun Hwa dari dalam
ruangannya.
“maaf nona...” Jin Yuk segera pergi dan meninggalkan Dhicca
dalam sebuah teka-teki besar.
Dhicca kembali ke kamarnya kemudian berjalan ke arah laci
meja riasnya dan mengambil sebuah foto di dalam kantung rajutan olahan tangan,
Dhicca menatap ayahnya bersama dengan wanita blasteran prancis jepang sedang
bergandengan tangan sedangkan ibunya ada di sebelah wanita itu tersenyum dengan
canggung, di bawahnya tertulis nama ‘Jung Yong Hwa’,’Jung Fleur Elle’, dan
‘Park Han Byul’ di baliknya ada sebuah kata-kata yang di tulis tangan dengan
huruf-huruf ramping yang anggun,”aku akan
mencoba, aku tak akan menangis,walaupun pedih..., aku yakin dan aku akan
mempertaruhkan nyawaku untuk dia yang akan hadir di dunia ini..., sungguh aku
hanya merelakan kebahagiannya..., kebahagiaanku, kami bertiga..., aku mencintai
Yong Hwa, aku menyayangi Han Byul..., aku akan memberikanmu kehidupan walaupun
tak ada yang menyukaiku...”
“Jung Fleur Elle..., siapa dia? Mengapa dia ada di antara
ayah dan ibuku?” tanya Dhicca lalu menatap sebuah foto di meja riasnya, foto
ayah dan ibunya yang tersenyum sambil memegang perut yang mulai membesar. Eun
Hwa memberikannya pada Dhicca sesaat setelah mereka tiba di tempat tujuan.
Dhicca kembali menatap foto itu. Menatap lekat wanita yang
seperti dia kenal, dia rindukan selama ini, mata yang membuatnya meneteskan air
mata rindu.
“aku harus mencari tau siapa dia...”yakin Dhicca dengan
pasti kemudian meletakkan kembali foto yang baru dia temukan ketika tiba di
rumah itu. Dhicca diam menatap cermin dan mencubit pipinya lalu berbicara
sendiri,”ya..., kau tak boleh menangis Jung Dhicca..., ani ani...aku masih
tetap Kim Dhicca..., jangan menangis... kau telah berjanji pada Linda..., kau
harus kuat...”yakin Dhicca dan tersenyum pada bayangannya di cermin.
“kau tak beres Frans Chan...”ucap So Nam setelah melakukan
penangkapan.
“gila apa? Aku normal mengerti...” ucap Frans Chan
meletakkan pistolnya yang masih terasa panas setelah dia menembakkan pada
tersangka yang mencoba kabur.
“bagaimana jika itu tadi mengenai kepalanya dia akan
mati..., kau baru saja di angkat menjadi kepala bagian..., jangan membuat
dirimu sulit...”makinya tak suka.
“apa tadi dia mati? Dia hanya terluka..., dan tak ada
larangan menembak tersangka yang mencoba melarikan diri...”cibir Frans Chan
kemudian duduk di kursinya, dan kembali termenung memikirkan pertemuannya
dengan Bella.
“kau ingin kopi ibu kepala??” tanya Yenny salah seorang
junior investigasi.
Frans Chan mengangguk dan kembali berkutat pada filenya.
“kau sedang memeriksa apa?” tanya Yenny sambil mengintip apa
yang sedang di kerjakan Frans Chan,”kasus di thailand? Wah untuk apa kau
menyelidiki kasus di daerah lain?”
“apa pentingnya untukmu?”ucap Frans Chan Jengkel dan kembali
merapikan filenya.
“Thailand?? Kau pernah tinggal di sana?” tanya So Nam sambil
mengerutkan alisnya.
“ya..., saat aku kecil...”jawab Frans Chan singkat lalu
meminum kopinya.
“aku tak pernah mendengarnya..., oh ya... besok kau akan di
angkat kan..., kau bisa membawa keluargamu untuk melihatmu di angkat...”ucap So
Nam yang sebenarnya menyimpan perasaan iri pada Frans Chan.
“apa pentingnya..., bawa atau tidak itu tak berpengaruh...”Frans
Chan hanya berkata singkat lalu mengambil mantelnya dan menatap jamnya,”sudah
waktunya...jam pulang sampai jumpa besok...” Frans Chan meninggalkan keduanya
yang terdiam menatap kepergiannya.
Frans Chan keluar dari kantor kepolisian lalu mengambil
sepedanya yang terpakir di belakang sambil menatap langit,”umma..., jika kau
tau... apakah kau akan marah padaku?? Aku hanya ingin mencari tujuan
hidupku..., dan aku telah menemukannya aku akan kembali..., tapi tidak
sekarang...” Frans Chan mendesah ringan kemudian menaiki sepedanya melewati
jalan malam di kota Seoul yang masih ramai.
Bella melangkah memasuki halaman rumahnya ketika dia menatap
seseorang yang di kenalnya duduk berlututdi depan toko bunga.
“ya..., ahjumma...”ucap Bella yang langsung mendekat. Bella
menatap Nickhun dengan sedikit curiga,”siapa kau?”
“aku Nickhun teman lama bibimu..., aku menemukannya di jalan
dan aku mengantarkannya...”jelas Nickhun dengan sopan.
Bella menatap Kwang Min hanya diam sambil mengangkat
bahunya. Bella membuka pintu rumahnya dan berjalan masuk.
“ayo ahjumma...”ucap Bella.
“aku tak mau..., aku ingin menemui Jong Hun..., biarkan aku
pergi...”ronta Rindi mencoba pergi namun Nickhun dengan sigap menahannya.
“apa yang kau lakukan Rindi sudahlah...” Nickhun mengangkat
Rindi yang terus meronta,”dimana kamarnya?” ucap Nickhun.
“di lantai atas, kamar nomer dua..., aku akan menghubungi
umma...”ucap Bella.
Nickhun membawa Rindi yang terus menerus memukuli tubuhnya
menuju kamar Rindi. Setibanya di kamar perlahan Nickhun meletakkan Rindi di
tempat tidur dan menyalakan lampu meja di sebelah tempat tidur Rindi.
“Rindi...”ucap Nickhun saat Rindi langsung duduk di sudut
tempat tidur ketakutan menatap Nickhun.
“pergi kau pergi... atau aku akan memanggil Jong
Hun...”teriak Rindi sambil melempar bantal pada Nickhun.
“maafkan aku...,saat kau membutuhkanku aku tak ada
bersamamu..., Jong Hun yang mengirimku pergi dari negara ini..., aku
meninggalkanmu menderita seperti ini..., maafkan aku Rindi...”ucap Nickhun
merasa bersalah.
“pergii....”Rindi terus memukuli Nickhun dengan bantal.
Sementara Nickhun tak menghindar sedikitpun dan menatap kamar Rindi yang baru
di sadarinya penuh dengan foto Jong Hun.
“kau sangat mencintainya..., kalau saja saat itu aku tak
memaksa akan mengatakan perasaanku padamu, Jong Hun tak akan mengirimkan ku ke
Belanda..., aku bisa membantumu..., tapi saat itu aku benar-benar tak bisa
menahannya..., aku ingin mengatakannya padamu...,dengarkan aku...” Nickhun
menahan tangan Rindi dan menariknya,”yang ingin ku katakan padamu lima tahun
yang lalu adalah bahwa aku mencintaimu Rindi..., saat kakakku menyimpan fotomu
di kamarnya aku langsung menyukaimu..., aku mengajukan diri sebagai bodyguardmu
supaya aku bisa mengenalmu, tapi semakin mengenalmu aku semakin mencintaimu...,
kakakku tau itu..., aku yang bersalah maafkan aku... tapi hingga sekarang aku
tetap mencintaimu....Rindi... aku akan membuatmu kembali..., itu janjiku pada
Jong Hun... dan kau...”Nickhun membungkam teriakan Rindi dengan menciumnya
lama.
Rindi terdiam dengan perlakuan Nickhun. Diam merasakan
sesuatu yang hilang diam, antara bingung nyata dan khayalan, bingung terhadapa
semua yang dia rasakan saat ini.
Linda menatap jam di tangannya dengan gugup,”ya...Rezty...,
apakah pesawat Seung telah datang?” tanya Linda dengan degupan yang kuat.
“kau ini..., asistennya sedang menjemputnya... itu artinya
dia akan segera datang..., kau bilang tak ingin menjemputnya...”ucap Rezty
sambil merapikan rambutLinda usai pemotretan.
“ya..., kau tau bagaimana gugupnya aku..., sudah 3 bulan aku
tak bertemu dengannya...”keluh Linda dengan tatapan sedih,”bahkan saat debutku
untuk pertama dia tak datang..., selalu bisnis yang terus dia urus...”
“heii..., kau ini... calon suamimu itu bukan hanya pemilik
agency ini pantas saja jika dia sibuk dengan bisnisnya...yang lain..., kau ini
jika telah merindukannya kenapa saat dia mengajakmu pergi kau tak ikut...”kata
Rezty yang membuat Linda mengangguk kalah,”sudah kau ingin menunggunya di lobi
atau hanya di ruang rias ini?”
“di lobi..., tak ada wartawankan?” tanya Linda.
“tidak..., mereka mengira kau sudah kembali ke apartemen...,
hei... bukannya kau akan berkencan dengan Seung...”goda Rezty dan membuat wajah
Linda merah padam.
“sudahlah...”Linda mengambil bunga di meja dan beranjak
keluar.
“ya..., berapa kali?” tanya Rezty antusias.
“ya..., apa yang kau katakan?” tanya Linda dan menutupi
wajahnya dengan buket bunganya.
“ayolah aku kan managermu..., sudah berapa kali kalian
melakukannya...” Rezty terus bertanya tanpa menyadari kedatangan Jun Ki di
lobi.
“berhentilah... upz...”bukh...Linda menabrak Jun Ki saat dia
menoleh kebelakang,”mian..., aku... eh bukankah kau orang yang ku tabrak waktu
itu?” tanya Linda mengingat.
Jun Ki mengangguk tanpa melepas pandangannya dari Linda saat
itu.
“kau mengenalnya?” ucap Rezty antusias.
Linda mengerutkan alisnya heran pada managernya yang
terlihat tertarik pada Jun kI,”apa maksudmu?”
“aduh..., kau tidak ingat apa yang produser katakan dengan
film pertamamu..., nah kau akan memulai proses syutingmu di tempat dia...”ucap
Rezty sedikit berbisik.
Linda mengangguk mengerti lalu kembali menatap Jun
Ki,”maafkan aku...”Linda menunduk dan berjalan melewati Jun Ki ketika Jun Ki
menariknya.
Jun Ki menarik Linda dan menatapnya,”jangan pergi lagi...”
“apa maksudmu?” tanya Linda tak mengerti dan mengerutkan
alisnya,”maaf bisa kau melepaskan aku?”
“kau sungguh tak mengingatku Linda?” tanya Jun Ki penuh
harapan.
“jangan membuat aku jengkel tuan..., siapa kau... aku tak
mengenalmu... kau mengerti...”jawab Linda ketus dan menghempaskan genggaman
tangan Jun Ki.
Namun Jun Ki mengejarnya, menarik Linda dan membuka bagian
bahu kanan Linda yang terdapat luka bakar. Jun Ki sempat terdiam hingga
seseorang menarik Linda dan menatapnya tak suka.
“apa yang kau lakukan terhadap kekasihku?” ucpnya tak suka.
“Hyun Seung..., ya... kapan kau datang...”ucap Linda lalu
memeluk Hyun Seung penuh kerinduan.
“baru saja..., dan aku melihatmu hampir di permalukan oleh
laki-laki ini...” ucap Hyun Seung dengan tatapan sinis pada Jun Ki.
“dia..., pemilik dojo panah tempat nona Linda akan melakukan
syuting tuan...” jawab sang asisten.
“ya..., sudahlah aku tak ingin kau ribut..., kau baru
datangkan... ini bunga untukmu...”ucap Linda berusaha mengalihkan Seung
terhadap hal lain.
“tunggu di sini aku akan menyelesaikannya sebentar..., aku
yakinkan kau aku tak berkelahi lagi...”ucap Seung dan meminta Jun Ki
mengikutinya.
Dengan berat Jun Ki mengikutinya di sebuah ruangan tak jauh
dari lobi.
“kau mengenal Linda?” ucap Seung cepat.
“ya..., apa yang terjadi dengannya...”
“sebaiknya jangan temui dia lagi..., karean dia tak akan
mengingatmu...” ucap Seung dengan tegas. Tatapannya dingin menatap Jun Ki yang
menunggunya melanjutkan kata-katanya,”Linda di temukan di pinggir pantai oleh
penduduk sekitar dan membawanya ke rumah sakit dalam keadaan kritis. Hingga dia
sadar,dia bahkan tak mengingat siapa dirinya dan darimana asalnya... tak
seorang pun yang mengenalnya yang ada hanya sebuah kalung bermata cincin yang
bertuliskan alamatnya, tak ada yang mengenalnya, dia terisolasi dan mengalami depresi
hingga bibiku yang seorang dokter di rumah sakit itu membawanya... membawa
Linda yang pendiam padaku..., aku membawanya ke lokasi pemotretan untuk
menghiburnya dan di sana aku melihat bakatnya yang hilang..., seperti yang kau
lihat Linda berubah seperti sekarang, ketakutannya dan penderitaannya berubah
setelah dia bersamaku..., jadi jangan dekati dia lagi..., kenal ataupun tidak
kau dengan dia...Linda adalah milikku...”ucap Hyun Seung dengan penuh percaya
diri.
Jun Ki membalas tatapan dingin Hyun Seung dengan senyuman
miringnya,”aku tak perduli..., aku tetap akan..., membuatnya kembali...”
“akan percuma bagimu...”putus Hyun Seung dengan nada
jengah,”kau lihat betapa Linda mencintaiku? Betapa dia terikat denganku..., dan
ikatan itu semakin kuat ketika kami melakukan hal itu..., kau sadar... Linda
telah menjadi milikku..., berhentilah untuk mengganggunya...”Hyun Seung
meninggalkan ruangan itu dengan pintu terbuka. Sengaja memperlihatkan pada Jun
Ki betapa mesranya dia dan Linda. Jun Ki hanya terdiam ketika menatap Linda
mencium Hyun Seung dan tertawa indah. Tawa yang tak pernah dia lihat setelah
terkahir bertemu.
Kata-kata itu terus terngiang di fikiran Jun Ki. Matanya
menatap kosong kakinya seperti terhempas jatuh. Tak ada yang dapat dia perbuat.
Sementara Rezty menatap kasihan pada Jun Ki dari balik pintu. Dia tau pada
akhirnya..., tahu siapa Jun Ki dalam kehidupan Linda, bahwa Jun Ki adalah
kekasih Linda yang selalu menunggunya. Hempasan gelombang yang membuat Jun Ki
benar-benar kehilangan arah.
“umma..., apakah umma sudah menemukan ahjumma?” tanya Tsatsa
setelah berkeliling kota bersama dengan Herlina dan Nam Gil. Keempatnya
berkumpul di area parkir kota yang cukup ramai.
“kak..., apa kau sudah mengecek makam Jong Hun?” tanya Nam
Gil.
“sudah aku tak menemukannya di manapun...” kata-kata Lina
terputus dan dia mengangkat ponselnya,”Bella..., apa? Rindi telah kembali ke rumah..., ne...
ne...”.
Frans Chan yang sedang bersepeda di sebrang jalan melihat
keempatnya dan mengerem mendadak sepedanya hingga membuat orang-orang di
sekitarnya terkejut.
“umma...”desah Frans Chan,”Tsatsa...,ahjussi...”Frans Chan
terus menatap Lina dantanpa sadar meneteskan air mata.
Dhicca memegang ponselnya dengan kesal di dalam mobil saat
sedang menunggu lampu merah dan dia beserta Eun Hwa akan pergi ke pesta makan
malam.
“ada apa? Kau harus tersenyum..., akan banyak bangsawan di
sana...”ucap Eun Hwa yang memperhatikan raut wajah jengkel pada Dhicca.
“aku tak suka pergi ketempat yang hanya mementingkan
uang...”jawab Dhicca yang langsung membuang wajahnya dan menatap ke luar
jendela mobil dan menatap Lina,Tsatsa serta Nam Gil,”umma...”ucap Dhicca dengan
suara yang serak. Kata-katanya seperti tertahan di tenggorokan dengan segera
Dhicca membuka kaca mobilnya. Dan akan berteriak memanggil ketika melihat
ekspresi Lina yang terkejut dan memandang sesuatu. Dhicca terdiam ketika
menatap iklan electronic yang terpasang sangat besar iklan Linda.
Lina menjatuhkan ponselnya saat menatap iklan besar
itu,benarkah itu anaknya? Benarkah itu Linda yang telah meninggal lima tahun
yang lalu, benarkah apa yang di lihatnya?
“bukankah itu ... Linda...”ucap Nam Gil yang terkejut.
“ya..., paman... ada apa? Kak Linda? Di mana?” tanya Tsatsa
bingung. Kesal akan hilangnya penglihatannya membuatnya jengkel tak tau
sesuatu.
“Li...Linda...”ucap Lina yang terus memandangi iklan produk
itu hingga berulang kali,”anakku...”
Linda meneteskan air matanya,benarkah dia? Benarkah anakku
tidak mati? Atau ini hanya ilusi tapi..., Nam Gil melihatnya..., aku tak
salah... apa benar yang di katakan Taemin saat mengatakan Linda datang?
Anakku..., anakku benarkah itu kau? Bisik hati Lina yang terus menangis haru.
Sementara Frans Chan yeng menatap iklan besar itu ikut
terdiam dan kembali menatap keluarganya penuh ingin tau, apa yang terjadi...,
haruskah aku datang sekarang..., perang batin dalam diri Frans Chan mengusik
pendiriannya.
Dan Dhicca saat itu langsung di tarik oleh Eun Hwa untuk
masuk, bersamaan dengan lampu lalu lintas yang berubah hijau.
“halmeoni..., lepaskan aku...lepaskan aku...” pinta Dhicca
yang langsung membuka pintu mobil dan berusaha meloncat dari mobil itu.
“tidak Dhicca...” mobil berhenti mendadak sementara Dhicca
terguling ke sisi trotoar jalan.
Sontak orang-orang yang berada di sekitar terkejut dengan
aksi Dhicca.
Dhicca langsung berdiri dan berlari menyebrangi jalan tanpa
memperhatikan sekitar.
“Umma..., Umma...”panggil Dhicca berulang.
Lina menoleh dan menatap Dhicca yang sedang menyebrangi
jalan.
“Dhicca...”ucap Lina.
Nam Gil dan Herlin menoleh ke arah Dhicca dan sedikit
terpekik.
“Dhicca...awas...”ucap Herlina saat menatap mobil yang
melaju kencang.
Frans Chan yang melihat itu tanpa di sadarinya dia
menghempaskan mobilnya dan langsung melompat ke arah Dhicca yang terdiam
terkejut....
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar