FULL CREDIT!
Chingu, jika ingin mengcopy postingan di blog ini, tolong cantumin credit fullnya ya dan link aktifnya ok ^^ and no bashing..., gunakan bahasa yang baik bila berkomentar.., Kamsahamnida ^^
"YunaArataJJ@KBPKfamily"

Sabtu, 03 Maret 2012

[FF] “SPRING IN LOVE 28” (봄 사랑에)



“SPRING IN LOVE 28” ( 사랑에)

5 tahun kemudian...
“umma..., ada yang ingin membeli buket mawar...”ucap Tsatsa sambil meraba perlahan bunga di tangannya.
“ya Tsatsa...”sahut Lina yang tengah sibuk menanam bunga di kebun belakang.
Setelah lima tahun berjalan. Puing rumah yang terbakar itu mulai di bangun kembali, tentu saja dengan bantuan nenek Herlina yang menginvestasikan uangnya ke usaha toko bunga Lina. Sedikit perubahan memang, Lina mulai menanan bunganya sendiri yang dapat tumbuh di pekarangan rumahnya,”gomawo tuan...”ucap Lina setelah membungkus mawar yang di minta dengan cantik.
“umma..., aku akan menjual mawar-mawar kita di depan...”ucap Tsatsa dengan bersemangat.
“tidak..., kau harus istirahat...,Tsatsa.., sudah ku katakan berkali-kali kau harus istirahat nak...”ucap Lina memperingatkan Tsatsa, yang bersemangat membantunya bekerja.

“umma..., aku tak ada kegiatan lain selain belajar untuk merasakan dan bernyanyi..., hanya tidur di kamar saja sudah membuatku kesal umma...”ucap Tsatsa dengan nada sebal.
“ya..., bukan masalah itu Tsatsa..., kau harus banyak beristirahat...,ingat apa yang di bilang Nam Gil? Atau aku akan membawamu untuk therapy?”ancam Lina.
“baiklah umma...” ucap Tsatsa mengalah pada ancaman Lina, Tsatsa mengambil tongkatnya dengan meraba,”apakah ahjumma...menangis lagi? Semalaman ahjumma terus menangis...”
Lina mendesah berat dan mengantar Tsatsa ke arah ruang tamu,”ya..., ahjummamu aku tak tau..., aku tak ingin menyerah tapi..., aku tak ingin dia tersiksa dan selalu berteriak saat di therapy...”keluh Lina dengan nada pasrah,”Bella belum pulang?”
“ya..., kurasa..., aku tak mendengar langkah kakinya umma..., umma apakah bibi Herlina akan datang lagi? Apakah paman Hyung mengajak umma berkencan lagi?”tanya Tsatsa antusias.
“Tsatsa..., sejak kapan kau jadi akrab dengan Hyung?”tanya Lina curiga.
“umma...,aku mendukung umma dengan paman Hyung..., sudah 5 tahun umma..., apakah paman Hyung tak melamar umma?”ingat Tsatsa terkikik geli.
“Tsatsa..., berhenti seperti itu..., umma dan paman Hyung hanya bersandiwara ingat...”ucap Lina menahan rasa malunya dan beranjak ke dapur ketika Taemin datang usai mengantar bunga.
“nyonya..., masih ada yang lain?”tanya Taemin.
“tidak Taemin..., hari ini aku akan menutup toko lebih cepat...”ucap Lina dari arah dapur.
“benarkan...,umma akan berkencan dengan paman Hyung...”pekik Tsatsa dan membuat Taemin tersenyum.
“Tsatsa...,aku hanya akan makan malam dengannya...”sungut Lina lalu meletakkan air putih dan obat di depan Tsatsa.
“tetap saja..., umma harus berdandan secantik mungkin...”tambah Tsatsa. Lina hanya diam dan memberikan obat pada Tsatsa yang langsung meminumnya.
“Taemin..., bisakah kau menjemput Bella? Aku khawatir..., hingga saat ini dia belum juga kembali...”pinta  Lina.
“tentu...”angguk Taemin, yang langsung melesat pergi.
“Rindi...”ucap Lina saat Rindi melangkah turun dengan tatapan kosong,”apa yang ingin kau lakukan?”
“...”Rindi menatap Lina sesaat namun segera berbalik ketakutan kembali ke atas.
“Rindi....”pekik Lina mengejar Rindi ke kamarnya. Rindi menggigil di sudut lemari yang tersembunyi sambil menatap Lina ketakutan. Lina menatap adiknya penuh kasih sayang dan mencoba mendekat,”ada apa? Apa aku melakukan kesalahan?” Rindi beringsut gemetar,”maafkan aku jika aku bersalah..., kau tak ingin makan?”
Rindi hanya menggeleng dan berusaha menghindar.
“baiklah...”senyum Lina,”aku akan meninggalkanmu...,jika kau perlusesuatu aku ada di bawah...”Lina meninggalkan Rindi di kamarnya. Dengan berat Lina bersandar di pintu kamar Rindi,”aku yang salah...”Lina meninggalkan tempatnya dan menuju ke pekarangan belakang.

“bisa tidak kau berjalan cepat..., dasar cacat...”maki seorang wanita dengan ketiga temannya saat Bella menuruni tangga hati-hati dengan tongkat ketiak penyangganya.
“ya..., jika kalian ingin lewat...lewat saja... jalan di sebelah masih luas... jika kalian berniat menggangguku..., kalian akan berurusan berat...”balas Bella dengan berani.
“ya..., apa maksudmu... jangan merasa kau hebat..., kau mantan pemain basket dan cacat sekarang...”makinya dengan kasar.
Bella memandang benci ke arah wanita itu dan berbalik tak memperdulikan.
“hei..., kau tuli? Dasar wanita cacat..., apa yang membuat senior Hyun Min dan Kwang Min mengejarmu?!”wanita bernama Lee Dae itu menarik Bella hingga dia oleng dan akan jatuh ketika Kwang Min datang tepat pada waktunya dan menangkapnya.
“apa yang kalian lakukan?!”ucap Kwang Min marah.
“kami tak suka kau bersama wanita cacat ini..., apa kau tak takut fansmu akan mencemoohmu bersama si cacat ini...”Lee Dae mencaci dengan nada sinis di ikuti kedua temannya.
“siapa kalian? Fansku? Aku bukan artis dan aku tak mengakui adanya club fans Kwang Min...”putus Kwang Min lalu mengangkat Bella menjauh.
“turunkan aku...”pinta Bella menahan malu.
Kwang Min menurunkan Bella perlahan lalu mengusap rambut Bella,”jika ada sesuatu jangan memaksakan diri untuk bertindak sendiri..., sudah ku katakan aku selalu bersamamu...”
“ish..., kau kira aku selemah itu..., tidak aku akan membela diriku selama aku benar...”yakin Bella tanpa rasa takut.
“baiklah...,ingat bahwa aku kekasihmu oke...”yakin Kwang Min.
“ya..., apa yang kau lihat dariku? Aku..., seperti mereka katakan..., aku cacat...aku bahkan kehilangan memoriku..., aku tak mengingatmu...”ucap Bella sambil menatap Kwang Min sedikit lirih.
“aku tak perduli..., aku hampir tak percaya dapat bersamamu dan menjadi kekasihmu sekarang... padahal dulu kau...”Kwang Min menghentikan kata-katanya dan membuat Bella heran.
“maksudmu? Aku apa?”tanya Bella memperjelas.
“sudahlah bukankah kau sudah harus kembali? Aku akan mengantarmu...” ucap Kwang Min mengalihkan pembicaraan mereka.
“ani..., aku bisa pulang sendiri..., kau... kau tak perlu mengantarku...”ucap Bella menahan.
Kwang Min mengerutkan alisnya heran,”kau malu aku bertemu keluargamu?”
“a...anii..., aku hanya...”Bella tak mampu menjawab dan sedikit menundukkan kepalanya,”mianhe..., aku hanya merasa aneh..., kita baru saja berpacaran..., dan aku merasa... aku belum siap...”.
“kau belum cukup yakin padaku satu bulan ini?”tanya Kwang Min sedikit kecewa.
“tidak..., sungguh...mian...” Bella tak mampu berkata lagi dan hanya menunduk.
“baiklah..., biarkan aku yang mengatakan sendiri pada keluargamu..., aku akan mengantarmu..”putus Kwang Min. Bella menatapnya tak percaya ketika Taemin datang.
“Bella...” ucap Taemin lalu menunduk pada Kwang Min,”ayo pulang..., nyonya mencarimu...”
“ne..., Kwang Min aku...”
“aku akan ikut bersamamu...”putus kwang Min menghentikan kata-kata Bella.
Bella menatap Kwang Min tak yakin,”kau yakin?”
“tentu saja..., aku ingin memperkenalkan diri pada keluargamu...., kita telah berpacaran selama satu bulan ingat...”yakin Kwang Min dan langsung mengambil tas Bella,”ayo..., aku akan mengantarmu dengan motorku...”
“tapi...Taemin...”tanya Bella ragu.
“pergilah..., aku akan pulang..., tolong jaga Bella..., salam kenal aku pelayan di toko Bella...”ucap Taemin kemudian cepat pergi.
“ayo...”Kwang Min menuntun Bella dengan perlahan.

“umma harus berdandan cantik...”yakin Tsatsa di toko bunga.
“ya... untuk apa..., Herlina... kau ingin membuatku malu...”pekik Lina saat Herlina datang mendandaninya habis-habisan.
“kau ini..., kau akan makan malam bersama Hyung..., kau harus bisa meyakinkan Halmeoni..., itu restoran yang di pesannya semalam..., kurasa dia tak sabar menyuruhmu menikah dengan Hyung...”Herlina mengedipkan sebelah matanya pada Lina.
“apa maksudmu..., itu takmungkin...”elak Lina malu.
“umma...”ucap Tsatsa sambil beranjak dari tempatnya dan tertatih berjalan ke arah Lina,”lupakan appa...”
Lina terdiam sambil menatap Tsatsa yang menggenggam tangannya kuat.
“umma..., aku ingin kau bahagia..., aku tak ingin halmeoni memakimu lagi...”ingat Tsatsa saat ibu Hyun Jong datang karena menyangka Lina mendekati anaknya lagi hingga menyewa preman untuk menerornya. Dan Hyung melindungi Lina saat itu, hal itu yang membuat Tsatsa bersimpati pada Hyung.
“Tsatsa..., jangan fikirkan itu..., umma tau apa yang umma lakukan... jangan fikirkan hal itu lagi okey..”yakin Lina sambil membelai pipi Tsatsa lembut.
“Tsatsa benar Lina..., kurasa Hyung menyukaimu...”yakin Herlina sambil mengikatkan pita di gaun Lina yang tampak cantik.
“aku tak ingin membicarakan itu...”desah Lina tak bersemangat.
“baiklah..., aku tak ingin merusak ekspresimu hari ini...”putus Herlina yang tak memperpanjang pembicaraan mereka.
“kau akan ikut kan?”Tanya Lina kemudian.
“tidak..., aku akan di rumah ini..., Hyung yang akan menjemputmu...”senyum Herlina saat melihat ekspresi Lina.
“maksudmu...”tanya Lina khawatir namun suara deru motor membuatnya menoleh keluar,”Bella...”
Bella turun dari motor dengan perlahan di bantu Kwang Min yang menuntunnya hati-hati.
“umma..., mianhe..., aku berada di perpustakaan terlalu lama dan ... dan dia...”ucap Bella ragu memperkenalkan Kwang Min yang langsung menunduk sopan pada Lina.
“salam kenal nyonya, saya Kwang Min...,kekasih Bella....”ucap kwang Min dengan nada sopan.
“Bella tak pernah mengatakannya..., benarkah?”pekik Tsatsa dengan wajah senang.
“ya..., jangan membuatku malu Tsatsa...”ucap Bella yang tertunduk.
“aku senang pada akhirnya kau memiliki kekasih..., padahal kau orang yang sangat susuah untuk di dekati...”tambah Tsatsa meraba tangan Bella dan tersenyum padanya.
“ah..., ternyata kapten kita memiliki kekasih..., chukkae...”ucap Herlina dengan tulus tersenyum pada Bella.
“aku harap kau menjaga anakku...”ucap Lina yang sempat terdiam akhirnya tersenyum tulus pada Kwang Min,”jangan mengecewakan Bella okey...”
“tentu saja nyonya..., aku akan menjaga Bella...”janji Kwang Min dengan yakin.
“Hyung datang...”pekik Herlina saat mendengar deru mobil memasuki halaman.
Degup jantung Lina bertambah cepat dan membuat Lina tak karuan. Hyung memasuki rumah Lina sambil menatap bunga di toko depan.
“Hyung lama sekali kau...”Herlina menjemput Hyung dan menariknya hingga berhadapan dengan Lina.
Hyung diam dan mengamati Lalu berkomentar,”lumayan...”
“apa? Hanya itu komentarmu? Aissssshhh..., katakan saja kau terpesona dengan Lina..., sudah sana kalian pergi..., Halmeoni sebentar lagi pasti akan menelpone ku untuk memastikan kalian pergi atau belum...”Herlina menarik Lina mendekat pada Hyung.
“paman..., jaga ummaku...”pesan Tsatsa sambil tersenyum jahil.
“sudahlah biarkan saja..., dia kekasih ibuku...”jawab Bella setengah menggeleng.
“oh...”angguk Kwang Min sambil menunduk pada Hyung.
“kau ini Herlina...,sudahlah ayo...”Hyung menarik tangan Lina.
Lina terdiam dan menatap tangan Hyung yang menggenggam tangannya.
“ada apa? Ayo...” Hyung menarik Lina agar dengan cepat mengikutinya.
“tidak...” Lina hanya diam dan menurut sambil mengambil tasnya,”aku berangkat...”ucap Lina dan pergi bersama Hyung.
“hati...hati...”Herlina melambaikan tangannya dengan semangat.
“ahjumma...”ucap Tsatsa berjalan meraba ke arah Herlina,”apakah hari ini..., akan terjadi sesuatu?”
Herlina menatap Tsatsa dan Bella kemudian tersenyum,”tentu saja..., sebentar lagi aku akan menjadi ahjumma kalian sesungguhnya...”
“apa? Benarkah? Paman Hyung akan melamar umma?” tanya Tsatsa.
“kau ingin pulang atau tetap tinggal sebentar?” tanya Bella pada Kwang Min yang sempat terdiam menatap ke arah mobil Hyung.
“oh m..., sebaiknya aku kembali..., besok aku akan menjemputmu...”putus Kwang Min.
“tak perlu..., aku harus ke rumah sakit untuk therapy...”tolak Bella.
“kata umma kau akan pindah therapy ke rumah sakit suasta di dae gu...”ucap Tsatsa mengingatkan.
“di pindah lagi? Tak ada yang sanggup sepertinya...”ringis Bella yang telah 15 kali pindah rumah sakit untuk mentherapy kakinya.
“jangan patah semangat..., aku yakin kakimu akan sembuh...”Herlina tersenyum pada Bella yang membalasnya dengan senyum.
“biar aku yang mengantarmu...”seru Kwang Min menggenggam tangan Bella,”kali ini kau tak keberatan kan?”
Bella mendesah tersenyum lalu mengangguk,”baiklah...”
“gomawo...”kwang Min mengecup kening Bella dan berlari pergi sebelum Bella memarahinya.
“ish..kau...”dengus Bella merasa malu.
“woww..., dia sangat menyukaimu...”ucap herlina tersenyum jahil.
“sudahlah ahjumma..., aku akan naik dulu...”ucap Bella lalu melangkah naik.
“ahjumma..., apa benar paman akan melamar umma?”tanya Tsatsa mengulang.
Herlina menuntun Tsatsa duduk,”ya..., halmeoni meminta Hyung untuk segera menikah dengan ummamu..., tapi seperti kau tau ibu appa mu menolak..., tapi halmeoni tak perduli dan merancang lamaran itu...”
“ahjumma tak ikut?”tanya Tsatsa heran.
“ani..., aku bertugas untuk menjaga kalian, halmeoni dan Nam Gil yang akan datang...” ucap Herlina.
“baiklah..., aku menunggu saat itu..., aku ingin umma bahagia..., bagaimana dengan appa?”Tsatsa berkata lirih dan tertunduk.
“tentu saja dia masih di paris..., aku tak tau kapan dia akan kembali setelah pernikahannya dengan Nie Sha...”Herlina menekan rendah pada kata pernikahan.
Tsatsa mengerti dan  melanjutkan,”aku tau..., walaupun appa tak mengingat kami... umma sangat mencintai appa..., tapi aku tak ingin umma di hina oleh Halmeoni lagi..., aku ingin umma menikah dengan paman Hyung...”putus Tsatsa.
“kau benar..., saat Lina datang aku tau hatinya sangat terluka bagaimanapun juga Hyun Jong adalah cinta pertamanya...”ingat Herlina lalu beranjak dari tempatnya,“apa ahjummamu sedang tidur?”
“ahjumma Rindi? Aku rasa ya..., ahjumma bisakah kau membawaku ke taman belakang? Aku ingin menghirup udara malam yang segar..., bukankah bunganya telah bermekaran...”pinta Tsatsa. Herlina mengangguk pelan dan membantu Tsatsa ke luar.

Lina sempat terdiam ragu saat Hyung menarik kursinya dengan sangat sopan, tak biasanya dia seperti itu,”kau membuatku takut...”ucap Lina berbisik.
“diamlah..., kau kira untuk apa aku berbuat seperti ini..., Halmeoni akan datang...”balas Hyung ketika para pelayan datang dengan berbagai menu hidangan yang sangat mewah.
“halmeoni? Bukankah ini acara makan malam kita saja?”tanya Lina tak mengerti.
“entahlah aku tak tau...apa yang halmeoniku sendiri rencanakan..., dia hanya ingin kita makan malam bersamanya...”tambah Hyung yang memang tak tau rencana apa yang akan terjadi.
“benarkah kau tak tau?”tanya Lina sambil memjukan dirinya setengah berbisik.
“kau kira aku seperti apa sih...”sungut Hyung.
Lina hanya diam dan kembali duduk tegap ketika Nam Gil datang.
“Nam Gil..., ada apa kau datang kemari?”tanya Lina kebingungan.
“aku...”
“aku yang menyuruhnya datang...”ucap sang nenek yang masuk dengan beberapa orang dan De Jin yang menatapnya dengan benci.
“halmeoni..., ada apa ini?”tanya Hyung yang langsung bangkit menuntut penjelasan.
“kau duduk lah...” ucap sang nenek pada Nam Gil yang mengambil posisi di sebelah Lina masih dalam kebingungan.
“halmeoni...”tuntut Hyung.
“ya..., sampai kapan kau akan terus berpacaran..., aku ingin kau menikah dengan Lina...”jelas sang nenek dengan tegas.
“a...apa...”pekik keduanya terkejut.
“halmeoni..., halmeoni tak bisa seenaknya seperti ini..., ini menjadi urusanku dengan Lina...”protes Hyung dengan sedikit menahan emosinya.
“untuk apa kau menunda? Sudah 5 tahun berlalu dan aku tak perduli..., aku akan melamarkan Lina untukmu...”bantah sang nenek yang langsung menatap Lina,”kau setuju bukan Lina?”
Lina tergagap ragu lalu memandang wajah De Jin yang sangat tak menyukainya,”a...aku...”
“ibu lihat sendirikan...wanita itu bahkan hanya berpura-pura menyukai Hyung..., sudahlah bu..., aku akan mencarikan yang lebih baik dari pada wanita ini...”De Jin menatap dingin Lina dan berpaling pada si nenek yang mengerutkan alisnya.
“ada apa dengan kau ini? Aku memintamu kesini bukan untuk membantahku..., kau hanya ku minta sebagai bibi Hyung... mengerti...”ucap sang nenek yang tak suka,”jadi bagaiman? Aku tak ingin kalian memperlama lagi..., sudah 5 tahun aku menunggu..., aku ingin mendapatkan cucuku..., setelah kedua orang tua Hyung meninggal..., atau jika kalian tak menginginkan ini aku bisa... menarik hak ku atas Hyung” nenek Hyung berkata lirih setengah memaksa pada Lina.
Lina menatap bingung Hyung yang ikut bingung.
“kak..”bisik Nam Gil dengan perlahan,”benar apa kata nyonya ini..., sudah saatnya kau menikah..., maafkan aku bila aku lancang walaupun kita tak ada hubungan darah setidaknya aku ingin kau bahagia...”Nam Gil meyakinkan setiap kata-katanya pada Lina.
“kau gila...,aku...aku...”balas Lina yang tak dapat berkata lagi ketika Hyung berbicara lantang.
“baiklah jika itu yang halmeoni mau..., aku akan menikah dengan Lina...,tapi setelah itu aku tak ingin halmeoni mencampuri lagi urusan kami...”Hyung membuat De Jn dan Lina terkejut menatapnya.
“kau menyetujui menikah dengan perempuan ini?”pekik De Jin tak suka.
“ya..., apa yang kau maksud?” Lina bertanya pelan.
“sudahlah..., kau tak akan menghindari ini...”balas Hyung lalu menatap sang nenek yang menatapnya dengan senang.
“bagus nak..., aku akan mempersiapkan segalanya..., kau tak perlu khawatir..., secepatnya kita akan melangsungkan pernikahan kalian...” sang nenek mengeluarkan kotak beludru coklat dan berisi sebuah cincin dengan mata rubi biru yang sangat mewah,”aku sudah memberikan ini pada Nie Sha..., tapi dia tak menyukainya dan lebih senang pada cincin yang lebih mahal dari pada ini..., jika kau menolak cincin ini..., aku tak keberatan...”
Hyung menatap cincin itu dan segera mengambilnya lalu menatap Nam Gil,”apakah kau..., memperbolehkanku untuk menjadikan kakakmu pendampingku?”tanya Hyung.
Nam Gil menatap Lina meminta persetujuan namun De Jin menyela,”kau yakin Hyung? Kau tidak menyesal menikah dengan wanita yang telah memiliki seorang anak dari orang lain?”
“De Jin...”bentak sang nenek tak suka.
Hyung menatap ragu namun kemudian menggenggam cincin itu dan menarik Lina,”apakah bibi mengira aku main-main? Aku dan Lina..., benar kata Halmeoni... sudah lama kami berpacaran dan sekarang aku akan melamarnya..., jika bibi masih saja mengganggu Lina dan mencampuri urusan kami aku tak akan segan untuk mengatakan hal itu...”ancam Hyung yang langsung di pandangi Lina yang masih tak percaya.
“ya...,Hyung...., kau sungguh-sungguh?”tanya Lina menatap Hyung tajam.
Hyung menatap Lina dan berbalik menghadapnya,”halmeoni benar Lina..., kau harus melupakan masalalumu..., aku ingin kau menjadi pendampingku...”.
Lina menatap Hyung bingung, apa yang harus dia lakukan? Dia tau, cepat atau lambat ini harus terjadi..., tapi mereka hanya berpura-pura walau perasaan itu sedikit ada..., tapi Lina masih mencintai Hyun Jong. Ingatannya kembali saat dia datang ke pernikahan Hyun Jong dan Nie Sha. Nie Sha yang tau Lina mantan istri Hyun Jong hanya mencemoohnya dan mengatakan hal yang menyakitkan hingga Lina menandatangani surat perceraian itu. Detang jantungnya bergemuruh marah saat mengingat itu, dia tau tak ada kesempatan baginya untuk mengembalikan Hyun Jong ke sisinya. Lina teringat kata-kata Tsatsa yang membuatnya mengambil keputusan saat itu.
“ya..., aku bersedia...”jawab Lina pada akhirnya.
“benarkah?” yakin Hyung tak percaya.
“m...”angguk Lina.
“bagus..., sekarang Hyung... kenakan cincin itu aku ingin melihat Lina mengenakannya...”ucap sang nenek dengan mata berbinar.
Hyung menurut dan mengenakan cincin itu pada Lina kemudian mencium cincin di tangan Lina. Dan memeluknya,”kau tak menyesal?”bisik Hyung.
“apa yang harus ku sesalkan? Aku tak mempunyai hubungan apapun dengan dia..., dan umurku semakin tua..., dan kelihatannya kau mulai menyukaiku...”sindir Lina ikut berbisik,dan Hyung melepas pelukannya lalu mengerutkan alis menatap Lina,”aku akan mulai menyukaimu...”
Hyung menatap mata Lina semakin dalam dan kemudian tanpa di sadarinya Hyung mencium Lina di hadapan semua orang. De Jin hanya melongos kesal dan meninggalkan ruangan itu dengan menghentak.
“aku akan repot..., sesegera mungkin aku akan mempersiapkan pernikahan kalian..., bulan depan...”putus sang nenek kemudian bersalaman dengan Nam Gil,”terimakasih kau mau datang dan mempercayakan kakakmu pada Hyung...”
“ya nyonya aku mohon jaga kakakku...”pinta Nam Gil dengan sopan dan membalas senyum nenek itu. Hyung kembali memeluk Lina secara formal. Hatinya saat itu tak menentu..., keduanya masih mengganjal sesuatu yang perlu mereka bicarakan.

“bagus sekali actingmu...”ucap Lina usai makan malam itu di sebuah jembatan cantik di tengah kota Seoul. Lampu yang bersinar membuat suasana bertambah romantis.
“apa?”
“sudah lima tahun..., dan aku kira kau sudah menemukan kekasih yang kau inginkan...”Lina meminum air mineralnya dan terus menatao ke arah sungai.
Hyung menatap Lina dan hanya diam.
“ada apa?”tanya Lina sambil menatap Hyung.
“aku telah menemukannya...”jawab Hyung singkat.
Lina mengerutkan alisnya pada Hyung,”lantas kenapa kau melakukan itu?”
Hyung meminum minuman kalengnya hingga habis dan meremasnya,”kau fikir itu siapa? Apa kau masih terlalu mencintai Hyun Jong?”
Lina sadar apa yang di maksud dan berbalik dari tatapan Hyung.
“kau masih mencintainya tetapi mengapa kau juga menerima ku?”tuntut Hyung membalik kata-kata Lina dengan sengaja.
“aku...”ucap Lina ragu.
Hyung terus menatap Lina kemudian menariknya dan menciumnya lama. Lina yang terkejut langsung mendorong Hyung.
“apa yang kau lakukan?”pekik Lina marah.
“awalnya..., aku memang menolak ide gila dari adikku..., selama 5 tahun kita bersandiwara agar kami tak di usir dari rumah..., kau tau..., aku jatuh cinta padamu sejak saat aku semakin mengenalmu..., selama ini aku masih menjaga perasaanmu..., tapi saat bibi De Jin selalu membuatmu celaka..., yang ingin ku lakukan adalah melindungimu..., aku tau apa yang akan bibi lakukan untuk membatalkan pernikahan kita...”jelas Hyung sambil tertawa kesal,”Jika kau tak menginginkanku..., aku akan mengatakan pada halmeoni kita putus...”
Lina diam tak menjawab dan menunduk berusaha berfikir,”aku..., aku tak berfikir banyak ketika kau benar-benar melamarku..., kau benar aku masih mencintai Hyun Jong..., aku tau kami tak akan bisa kembali..., aku tau sudah saatnya...sudah saatnya aku menghentikan perasaan itu..., kau tau... sama sepertimu... aku mulai menyukaimu..., memang belum 100% tapi aku akan berusaha untuk mencintaimu...”ya, itulah keputusannya sejak sekian lama..., Lina menyadari tak seharusnya dia terus berharap akan kembali. Lina juga menyadari sedikit demi sedikit hatinya terisi oleh Hyung yang terus melindunginya. Saat dia mengambil keputusan antara Hyun Jong dan Hyung yang teringat di fikirannya hanya Hyung yang tersenyum tulus padanya.
Hyung tak percaya dan menatap Lina,”benarkah? Setelah sekian lama kau mau membuka hatimu untukku?”yakin Hyung.
Lina mengangguk pasti. Hyung menarik Lina dan memeluknya erat lalu mencium kepala Lina,”ini yang ku tunggu selama lima tahun..., aku menunggu saat ini...”
Lina tersenyum dan balas memeluk Hyung erat. Seerat keputusan yang dia ambil saat itu.

Keesokan harinya...
“benarkah? Apakah umma akan menikah dengan paman Hyung?”tanya Tsatsa saat mereka makan bersama pagi itu.
“umma..., benarkah?” tanya Bella memastikan.
Lina yang sedang memasak menghentikan aktivitasnya dan mengangguk,”ya..., semalam Hyung melamar umma..., ash.. sudahlah... kalian makan saja...”Lina meletakkan dua piring berisi omlet.
“akhirnya...”ucap Tsatsa senang.
“sudahlah...,Bella hari ini kau therapy bersama Taemin..., umma harus menunggu halmeoni Hyung yang akan datang hari ini...”jelas Lina merasa tidak enak.
“jangan khawatir umma..., Bella akan di antar dengan kekasihnya...”sindir Tsatsa.
“kau ini...”ucap Bella jengah.
“benarkah? Wow..., umma harap dia akan memperlakukanmu seperti barang berharga nak..., umma tak ingin kau menangis okey...”Lina tersenyum sambil memegang pipi Bella lembut.
“ya umma...” ketiganya makan bersama saat Rindi turun.
“Rindi...”pekik Lina yang langsung mendekat.
“kakak..., aku ingin aku ingin ke makam Jong Hun..., bisakah kau mengantarku sebentar? Aku tak akan lama...”pinta Rindi dengan penuh harap, ingatannya tentang Jong Hun membuatnya sedikit normal.
“ne..., aku akan mengantarmu..., kau makanlah dulu...”angguk Lina menyetujui.
“tidak..., aku ingin sekarang..., aku mohon...”pinta Rindi sambil merapatkan kedua tangannya.
Lina mendesah ringan dan mengangguk,”baiklah...”Lina mengambil mantelnya dan menuntun Rindi perlahan menuju mobilnya.
“aku akan sendiri lagi...”keluh Tsasta sambil meraba meja dan mengambil gelas air putihnya.
“bukankah kekasihmu akan datang? Apakah dia masih sibuk?”tanya Bella sambil terus makan.
“kau lihat konsernya bukan..., aish...sudahlah..., aku akan menjual bunga hari ini...”ucap Tsatsa kemudian beranjak dari tempat duduknya berusaha mencari tongkatnya ketika seseorang mendekatkan ketangan Tsatsa.
“gomawo Bella...”
“itu bukan aku...”ucap Bella lalu mengambil tongkatnya saat mendengar deru motor Kwang Min,”jaga Tsatsa Kak..., aku akan pergi...” Bella mengenakan tongkatnya dan berjalan pergi meninggalkan keduanya.
“kakak...”ucap Tsatsa sambil meraba wajah Kyuhyun,”kau datang?”
“tentu saja..., maafkan aku..., aku tak datang selama sebulan ini..., aku ingin mengajakmu pergi...”Kyuhyun menuntun Tsatsa duduk di ruang tamu.
“tapi bagaimana dengan rumah aku tak bisa...”
“pergi saja Tsatsa aku akan menjaganya...hingga nyonya datang...” ucap Taemin yang telah datang untuk bekerja.
“Taemin..., gomawo..., ayo...”Kyuhyun menuntun Tsatsa perlahan menuju mobilnya.
“kemana?”tanya Tsatsa.
“kau akan tau nanti...”ucap Kyuhyun penuh rahasia.
Tsatsa hanya menggeleng bingung dan diam.

Lina melipat kedua tangannya dan menatap Rindi yang sedang membersihkan makan Jong Hun dengan pakaiannya. Hatinya miris saat melihat adiknya dalam kondisi sekarang ini. Hingga Rindi kembali menangis dan tidur di sebelah makam Jong Hun.
“seharusnya aku ikut denganmu...”tangis Rindi.
“Rindi...”Lina berusaha membantu Rindi bangkit namun Rindi tak beranjak dari tempatnya,”jika seperti ini terus..., Jong Hun tak akan bahagia di sana..., kau ingin melihat Jong Hun tersiksa?”tanya Lina dengan lembut.
Rindi hanya diam dan menatap makam Jong Hun dengan sedih,”aku ingin bersama Jong Hun...”
“Rindi..., kau tak merasa kasihan denganku? Rindi..., aku kakakmu..., aku tak ingin melihat kau seperti ini..., bangunlah...”pinta Lina. Rindi sempat menatap Lina marah namun kemudian bangun dan menurut. Lina menuntunnya kembali, Rindi terus menoleh ke arah makam Jong Hun.
“Rindi...”ucap Nickhun yang datang ke makam Jong Hun tak sengaja berpapasan dengannya.
Lina diam dan menoleh pada Nickhun,”kau memanggil adikku?”
“ya..., tentu saja aku aku adalah..., aku adalah adik Jong Hun...”ucap Nickhun lalu menatap Rindi,”Rindi...”
Rindi hanya diam ketakutan menatap Nickhun dan bersembunyi di balik tubuh Lina,”maaf...ku rasa kau tak tau...”
“apa yang terjadi dengannya? Aku baru saja kembali dari Belanda..., apa yang terjadi setelah kematian kakakku?”tuntut Nickhun.
“Rindi..., dirinya terguncang hebat dengan kepergian Jong Hun jadi adikku..., adikku...”Lina tak dapat meneruskan kata-katanya dan menatap Nickhun memohon pengertian.
“...” Nickhun diam dan hanya menatap Rindi yang bersembunyi di balik tubuh Lina tak mengenali dirinya,”baiklah..., boleh kah aku berkunjung ke rumah?”
“tentu saja...”Lina mengeluarkan selembar kartu nama pada Nickhun,”aku harap kau bisa membantunya dari kesedihan itu...”
Nickhun mengangguk mengeri dan menyimpan kartu namanya,”gomawo...”
Lina meninggalkan Nickhun yang terus menatap Rindi miris.

“aku harus bertemu dokter Ji Seob...”ucap Bella sambil menyerahkan surat kepindahannya.
“baiklah..., langsung saja...”perawat itu mengarahkan Bella ke sebuah ruangan.
“kau..., adiknya Dhicca bukan?” ucap Ji Seob saat Bella memasuki ruangannya bersama Kwang Min.
“ne...,anda tau dari mana?”tanya Bella bingung.
“ah..., aku dulu dokter yang pernah bekerja di rumah sakit tempat kakakmu di rawat..., bagaimana kabarnya?”tanya Ji Seob.
“aku tak tau..., tak ada kabar..., baksanim...bisakah kau mentherapyku saja?”tanya Bella yang merasa tak nyaman dengan pertanyaan Ji Seob.
“oh baiklah...”Ji Seob melakukan pengecekan awal pada kaki Bella dan Kwang Min dengan setia menunggu di ruang tunggu hingga Bella selesai.
“kau pasti bosan...”Bella menatap Kwang Min dengan pandangan meminta maaf.
“kau kira aku seperti apa..., tak perlu khawatir...”Kwang Min membantu membawa tas Bella dan mengikuti langkah Bella yang tertatih,”apa kata dokter?”
“aku harus kembali minggu depan..., hemb ku rasa sama dengan yang lain..., kakiku tak akan bisa kembali normal...”keluh Bella tertunduk lemas hingga Bella tak menyadari ada sesorang berbelok,”ouch...”
“ah..., mianhe...”ucap Ji Yong yang langsung memnungut tumpukan filenya.
“tidak aku yang bersalah..., mianhamnida baksanim...”pinta Bella sambil membetulkan tongkatnya.
“kau tak apa Bella? Ish kau ini membuat ku khawatir...”Kwang Min membantu Bella lalu membantu Ji Yong yang terdiam menatap Bella.
“mianhe..., aku sungguh tak sengaja..., mianhe baksanim...”Bella menunduk lalu tersenyum pada Ji Yong dan tak mengenalinya sam sekali.
“ini baksanim...”Kwang Min menyerahkan kertas Ji Yong namun Ji Yong terus terdiam menatap Bella yang tak memberikan respon sama sekali,”maaf baksanim...”ucap Kwang Min yang menyadarkan Ji Yong.
“oh..., maaf...baiklah maafkan aku...”ucap Ji Yong terbata.
“ayo Bella...”Kwang Min menuntun Bella menjauh dari Ji Yong yang masih tak mengerti, apa yang salah. Itu benar-benar Bella..., tapi kenapa? Kenapa Bella seperti tak mengenalinya sama sekali, fikiran itulah yang berkecamuk dalam diri Bella.
Ji Yong berbalik menatap Bella dan bertatapan dengan Kwang Min yang tersenyum penuh arti pada Ji Yong.

“gomawo Hyu Gie, Joana..., jika tidak karenamu... dojo panah ini tak akan seperti ini...”ucap Jun Ki setelah makan bersama di sebuah restoran di tengah kota bersama karyawan yang lain merayakan peresmian suksesnya dojo yang dia dirikan.
“ne..., m... ini semua demi Linda...”senyum Hyu Gie sambil mengingat.
“ya..., untuk kapten..., kenapa bos berhenti dari dunia artis?”tanya Joana heran. Sudah setahun Jun Ki berhenti dari dunia entertaiment dan memilih membuka dojo panahan serta resort dan perhotelan.
“aku hanya ingin dia tau hingga sekarang pun aku tak percaya dia telah tiada..., aku akan menukannya aku tau itu kenyataan yang tak mudah...tapi jenazah itu..., bukan Linda...”yakin Jun Ki. Dia yakin bahwa Linda akan kembali dan bersamanya lagi kenangan itu begitu menyakitkan hingga dia memutuskan untuk berhenti. Ketiganya akan menuju mobil masing-masing saat seorang karyawan lainnya terpekik menatap papan iklan di sebuah hotel.
“lihat..., itu bintang pendatang baru...,sangat cantik lihatlah...aku dengar dia berasal dari luar negri...”tunjuk karyawan itu.
Jun Ki menoleh ke arah papan iklan yang bersinar itu dengan tatapan rindu. Dia datang..., benarkan dia belum mati..., bisik hati Jun Ki menatap mata indah itu.
Iklan selama lima menit itu membuat semua terpana dan diam. Iklan di akhiri dengan senyuman dan kedipan mata centil.
“Linda...”pekik Hyu Gie tak percaya mengusap matanya dan menatap iklan itu lagi.
“kapten...itu kapten..”tambah Joana.
“ya benar dia bernama Linda Park...”tambah karyawan lain dan berdecak kagum akan kecantikan Linda pada iklan produk handphone terbaru.
“...” Jun Ki dengan cepat masuk ke mobilnya tanpa perduli keheranan para karyawannya yang lain. Dengan cepat dia menekan nomor di handphonenya,”benarkah? Di mana dia?”tanya Jun Ki cepat. “Baik aku akan ke sana, tidak aku hanya ingin berkunjung kau ada waktukan? Baiklah...” setelah menutup telponnya Jun Ki melajukan mobilnya menuju suatu tempat.
Sementara di tempat lain...
“sial kita tak bisa keluar...”ucap seorang wanita menatap kerumunan di luar.
“jangan khawatir Rezty..., aku akan pulang lewat pintu belakang...”ucap wanita lain yang langsung mengenakan topi lebarnya,”aku pergi...”
“Linda...,Linda....”pekik Rezty kesal. Namun percuma dengan lincah wanita itu melewati karyawan lain dan hilang di belokan gedung.
Linda berjalan sambil menutup topinya rapat. Dia berlari ketika di rasanya seseorang mengikutinya. Di parkiran belakang tanpa sengaja Linda menabrak Jun Ki yang beru turun dari mobilnya.
“ah...maaf...”ucap Linda mengambil topinya yang terjatuh kemudian menunduk menatap Jun Ki,”maaf aku tak melihatmu turun dari mobil..., hei...”Linda mengerutkan alisnya saat Jun Ki diam dan meneteskan air matanya.
“Linda...Linda...”ucap Jun Ki berulang lalu memeluk Linda,”aku merindukanmu..., aku benar... itu bukan kau...”
“hei lepaskan..., lepaskan aku...”Linda meronta dan menendang kaki Jun Ki hingga dia terdiam,”apa yang kau lakukan? Aku tak mengenalmu jadi jangan sembarangan menyentuhku...”
“Linda...”
“cih..., kau membuatku seperti orang aneh..., aku harus segera pergi..., kau mungkin salah orang..., ini untukmu...”Linda memberikan sapu tangannya pada Jun Ki dan kemudian pergi. Dengan Jun Ki yang terus terdiam memegang sapu tangan itu dan menatap Linda yang terus menghilang.
Malam Musim semi 5 tahun setelah kepergiannya..., dia kembali..., kembali sebagai orang asing..., dia Linda bukan? Dia benar-benar Linda yang ku tunggu bukan? Gadisku yang terkadang aneh dan selalu memanggilku Ollpaemi? Sosok itu terlalu jauh dari bayangan yang di fikirkan Jun Ki. Linda terasa asing baginya...

“senior tidak pulang?” tanya seorang polisi muda.
Di balik meja kerja dia mendongak dan bersandar,”sebentar lagi..., kalian pulang lah terlebih dahulu...”ucapnya dengan nada ramah.
“kau ini..., kau baru di tempatkan di sini..., tak usah memporsir diri...”pekik seorang polisi pria lainnya.
“ne..., senior..., aku tak bisa bersantai..., walaupun aku baru hari ini di tempatkan di bagian investigasi..., aku harus melakukan sesuatu..., jangan khawatir...”balasnya dengan senyumnya.
“baiklah..., kami pulang dulu..., jangan lupa kunci...” perintahnya.
“ne...senior..., selamat malam...”wanita itu menunduk kemudian kembali berhadapan dengan komputernya,”umma..., ternyata kau sudah memperbaikinya..., umma... aku merindukanmu..., tapi untuk saat ini aku belum bisa kembali..., mianhe...”ucap Frans Chan dengan kesedihan yang membuatnya menopang dagunya berat.

“ayo cepat..., aku tak suka udara malam...”
“halmeoni..., ini sangat segar...”ucapnya sambil menghirup udara malam saat itu.
“Dhicca...ayo...!!”pekik Eun Hwa dari dalam mobil dengan nada tak sabar.
“ne halmeoni...”Dhicca masuk ke dalam mobil sang nenek dan tersenyum bahagia menatap lampu kota Seoul yang telah lama dia tinggalkan,”umma..., Bella, Tsatsa,kakak...ahjumma...aku akan segera bertemu kalian...”ucap Dhicca dalam hati sambil menggenggam kalung pemberian Linda yang selalu menggantung di lehernya selama 5 tahun terakhir.

TBC............

Tidak ada komentar:

Posting Komentar