“SPRING IN LOVE 28” (봄 사랑에)
5 tahun kemudian...
“umma..., ada yang ingin membeli buket mawar...”ucap Tsatsa
sambil meraba perlahan bunga di tangannya.
“ya Tsatsa...”sahut Lina yang tengah sibuk menanam bunga di
kebun belakang.
Setelah lima tahun berjalan. Puing rumah yang terbakar itu
mulai di bangun kembali, tentu saja dengan bantuan nenek Herlina yang
menginvestasikan uangnya ke usaha toko bunga Lina. Sedikit perubahan memang,
Lina mulai menanan bunganya sendiri yang dapat tumbuh di pekarangan rumahnya,”gomawo
tuan...”ucap Lina setelah membungkus mawar yang di minta dengan cantik.
“umma..., aku akan menjual mawar-mawar kita di depan...”ucap
Tsatsa dengan bersemangat.
“tidak..., kau harus istirahat...,Tsatsa.., sudah ku katakan
berkali-kali kau harus istirahat nak...”ucap Lina memperingatkan Tsatsa, yang
bersemangat membantunya bekerja.
“umma..., aku tak ada kegiatan lain selain belajar untuk
merasakan dan bernyanyi..., hanya tidur di kamar saja sudah membuatku kesal
umma...”ucap Tsatsa dengan nada sebal.
“ya..., bukan masalah itu Tsatsa..., kau harus banyak
beristirahat...,ingat apa yang di bilang Nam Gil? Atau aku akan membawamu untuk
therapy?”ancam Lina.
“baiklah umma...” ucap Tsatsa mengalah pada ancaman Lina,
Tsatsa mengambil tongkatnya dengan meraba,”apakah ahjumma...menangis lagi?
Semalaman ahjumma terus menangis...”
Lina mendesah berat dan mengantar Tsatsa ke arah ruang
tamu,”ya..., ahjummamu aku tak tau..., aku tak ingin menyerah tapi..., aku tak
ingin dia tersiksa dan selalu berteriak saat di therapy...”keluh Lina dengan
nada pasrah,”Bella belum pulang?”
“ya..., kurasa..., aku tak mendengar langkah kakinya
umma..., umma apakah bibi Herlina akan datang lagi? Apakah paman Hyung mengajak
umma berkencan lagi?”tanya Tsatsa antusias.
“Tsatsa..., sejak kapan kau jadi akrab dengan Hyung?”tanya
Lina curiga.
“umma...,aku mendukung umma dengan paman Hyung..., sudah 5
tahun umma..., apakah paman Hyung tak melamar umma?”ingat Tsatsa terkikik geli.
“Tsatsa..., berhenti seperti itu..., umma dan paman Hyung
hanya bersandiwara ingat...”ucap Lina menahan rasa malunya dan beranjak ke
dapur ketika Taemin datang usai mengantar bunga.
“nyonya..., masih ada yang lain?”tanya Taemin.
“tidak Taemin..., hari ini aku akan menutup toko lebih
cepat...”ucap Lina dari arah dapur.
“benarkan...,umma akan berkencan dengan paman Hyung...”pekik
Tsatsa dan membuat Taemin tersenyum.
“Tsatsa...,aku hanya akan makan malam dengannya...”sungut
Lina lalu meletakkan air putih dan obat di depan Tsatsa.
“tetap saja..., umma harus berdandan secantik mungkin...”tambah
Tsatsa. Lina hanya diam dan memberikan obat pada Tsatsa yang langsung
meminumnya.
“Taemin..., bisakah kau menjemput Bella? Aku khawatir...,
hingga saat ini dia belum juga kembali...”pinta Lina.
“tentu...”angguk Taemin, yang langsung melesat pergi.
“Rindi...”ucap Lina saat Rindi melangkah turun dengan
tatapan kosong,”apa yang ingin kau lakukan?”
“...”Rindi menatap Lina sesaat namun segera berbalik
ketakutan kembali ke atas.
“Rindi....”pekik Lina mengejar Rindi ke kamarnya. Rindi
menggigil di sudut lemari yang tersembunyi sambil menatap Lina ketakutan. Lina
menatap adiknya penuh kasih sayang dan mencoba mendekat,”ada apa? Apa aku
melakukan kesalahan?” Rindi beringsut gemetar,”maafkan aku jika aku bersalah...,
kau tak ingin makan?”
Rindi hanya menggeleng dan berusaha menghindar.
“baiklah...”senyum Lina,”aku akan meninggalkanmu...,jika kau
perlusesuatu aku ada di bawah...”Lina meninggalkan Rindi di kamarnya. Dengan berat
Lina bersandar di pintu kamar Rindi,”aku yang salah...”Lina meninggalkan
tempatnya dan menuju ke pekarangan belakang.
“bisa tidak kau berjalan cepat..., dasar cacat...”maki
seorang wanita dengan ketiga temannya saat Bella menuruni tangga hati-hati dengan
tongkat ketiak penyangganya.
“ya..., jika kalian ingin lewat...lewat saja... jalan di
sebelah masih luas... jika kalian berniat menggangguku..., kalian akan
berurusan berat...”balas Bella dengan berani.
“ya..., apa maksudmu... jangan merasa kau hebat..., kau
mantan pemain basket dan cacat sekarang...”makinya dengan kasar.
Bella memandang benci ke arah wanita itu dan berbalik tak
memperdulikan.
“hei..., kau tuli? Dasar wanita cacat..., apa yang membuat
senior Hyun Min dan Kwang Min mengejarmu?!”wanita bernama Lee Dae itu menarik
Bella hingga dia oleng dan akan jatuh ketika Kwang Min datang tepat pada
waktunya dan menangkapnya.
“apa yang kalian lakukan?!”ucap Kwang Min marah.
“kami tak suka kau bersama wanita cacat ini..., apa kau tak
takut fansmu akan mencemoohmu bersama si cacat ini...”Lee Dae mencaci dengan
nada sinis di ikuti kedua temannya.
“siapa kalian? Fansku? Aku bukan artis dan aku tak mengakui
adanya club fans Kwang Min...”putus Kwang Min lalu mengangkat Bella menjauh.
“turunkan aku...”pinta Bella menahan malu.
Kwang Min menurunkan Bella perlahan lalu mengusap rambut
Bella,”jika ada sesuatu jangan memaksakan diri untuk bertindak sendiri...,
sudah ku katakan aku selalu bersamamu...”
“ish..., kau kira aku selemah itu..., tidak aku akan membela
diriku selama aku benar...”yakin Bella tanpa rasa takut.
“baiklah...,ingat bahwa aku kekasihmu oke...”yakin Kwang
Min.
“ya..., apa yang kau lihat dariku? Aku..., seperti mereka
katakan..., aku cacat...aku bahkan kehilangan memoriku..., aku tak mengingatmu...”ucap
Bella sambil menatap Kwang Min sedikit lirih.
“aku tak perduli..., aku hampir tak percaya dapat bersamamu
dan menjadi kekasihmu sekarang... padahal dulu kau...”Kwang Min menghentikan
kata-katanya dan membuat Bella heran.
“maksudmu? Aku apa?”tanya Bella memperjelas.
“sudahlah bukankah kau sudah harus kembali? Aku akan
mengantarmu...” ucap Kwang Min mengalihkan pembicaraan mereka.
“ani..., aku bisa pulang sendiri..., kau... kau tak perlu
mengantarku...”ucap Bella menahan.
Kwang Min mengerutkan alisnya heran,”kau malu aku bertemu
keluargamu?”
“a...anii..., aku hanya...”Bella tak mampu menjawab dan
sedikit menundukkan kepalanya,”mianhe..., aku hanya merasa aneh..., kita baru
saja berpacaran..., dan aku merasa... aku belum siap...”.
“kau belum cukup yakin padaku satu bulan ini?”tanya Kwang
Min sedikit kecewa.
“tidak..., sungguh...mian...” Bella tak mampu berkata lagi
dan hanya menunduk.
“baiklah..., biarkan aku yang mengatakan sendiri pada
keluargamu..., aku akan mengantarmu..”putus Kwang Min. Bella menatapnya tak
percaya ketika Taemin datang.
“Bella...” ucap Taemin lalu menunduk pada Kwang Min,”ayo
pulang..., nyonya mencarimu...”
“ne..., Kwang Min aku...”
“aku akan ikut bersamamu...”putus kwang Min menghentikan
kata-kata Bella.
Bella menatap Kwang Min tak yakin,”kau yakin?”
“tentu saja..., aku ingin memperkenalkan diri pada
keluargamu...., kita telah berpacaran selama satu bulan ingat...”yakin Kwang
Min dan langsung mengambil tas Bella,”ayo..., aku akan mengantarmu dengan
motorku...”
“tapi...Taemin...”tanya Bella ragu.
“pergilah..., aku akan pulang..., tolong jaga Bella...,
salam kenal aku pelayan di toko Bella...”ucap Taemin kemudian cepat pergi.
“ayo...”Kwang Min menuntun Bella dengan perlahan.
“umma harus berdandan cantik...”yakin Tsatsa di toko bunga.
“ya... untuk apa..., Herlina... kau ingin membuatku
malu...”pekik Lina saat Herlina datang mendandaninya habis-habisan.
“kau ini..., kau akan makan malam bersama Hyung..., kau
harus bisa meyakinkan Halmeoni..., itu restoran yang di pesannya semalam...,
kurasa dia tak sabar menyuruhmu menikah dengan Hyung...”Herlina mengedipkan
sebelah matanya pada Lina.
“apa maksudmu..., itu takmungkin...”elak Lina malu.
“umma...”ucap Tsatsa sambil beranjak dari tempatnya dan
tertatih berjalan ke arah Lina,”lupakan appa...”
Lina terdiam sambil menatap Tsatsa yang menggenggam
tangannya kuat.
“umma..., aku ingin kau bahagia..., aku tak ingin halmeoni
memakimu lagi...”ingat Tsatsa saat ibu Hyun Jong datang karena menyangka Lina
mendekati anaknya lagi hingga menyewa preman untuk menerornya. Dan Hyung
melindungi Lina saat itu, hal itu yang membuat Tsatsa bersimpati pada Hyung.
“Tsatsa..., jangan fikirkan itu..., umma tau apa yang umma
lakukan... jangan fikirkan hal itu lagi okey..”yakin Lina sambil membelai pipi
Tsatsa lembut.
“Tsatsa benar Lina..., kurasa Hyung menyukaimu...”yakin
Herlina sambil mengikatkan pita di gaun Lina yang tampak cantik.
“aku tak ingin membicarakan itu...”desah Lina tak
bersemangat.
“baiklah..., aku tak ingin merusak ekspresimu hari
ini...”putus Herlina yang tak memperpanjang pembicaraan mereka.
“kau akan ikut kan?”Tanya Lina kemudian.
“tidak..., aku akan di rumah ini..., Hyung yang akan
menjemputmu...”senyum Herlina saat melihat ekspresi Lina.
“maksudmu...”tanya Lina khawatir namun suara deru motor
membuatnya menoleh keluar,”Bella...”
Bella turun dari motor dengan perlahan di bantu Kwang Min
yang menuntunnya hati-hati.
“umma..., mianhe..., aku berada di perpustakaan terlalu lama
dan ... dan dia...”ucap Bella ragu memperkenalkan Kwang Min yang langsung
menunduk sopan pada Lina.
“salam kenal nyonya, saya Kwang Min...,kekasih
Bella....”ucap kwang Min dengan nada sopan.
“Bella tak pernah mengatakannya..., benarkah?”pekik Tsatsa
dengan wajah senang.
“ya..., jangan membuatku malu Tsatsa...”ucap Bella yang
tertunduk.
“aku senang pada akhirnya kau memiliki kekasih..., padahal
kau orang yang sangat susuah untuk di dekati...”tambah Tsatsa meraba tangan
Bella dan tersenyum padanya.
“ah..., ternyata kapten kita memiliki kekasih...,
chukkae...”ucap Herlina dengan tulus tersenyum pada Bella.
“aku harap kau menjaga anakku...”ucap Lina yang sempat
terdiam akhirnya tersenyum tulus pada Kwang Min,”jangan mengecewakan Bella
okey...”
“tentu saja nyonya..., aku akan menjaga Bella...”janji Kwang
Min dengan yakin.
“Hyung datang...”pekik Herlina saat mendengar deru mobil
memasuki halaman.
Degup jantung Lina bertambah cepat dan membuat Lina tak
karuan. Hyung memasuki rumah Lina sambil menatap bunga di toko depan.
“Hyung lama sekali kau...”Herlina menjemput Hyung dan
menariknya hingga berhadapan dengan Lina.
Hyung diam dan mengamati Lalu berkomentar,”lumayan...”
“apa? Hanya itu komentarmu? Aissssshhh..., katakan saja kau
terpesona dengan Lina..., sudah sana kalian pergi..., Halmeoni sebentar lagi
pasti akan menelpone ku untuk memastikan kalian pergi atau belum...”Herlina
menarik Lina mendekat pada Hyung.
“paman..., jaga ummaku...”pesan Tsatsa sambil tersenyum
jahil.
“sudahlah biarkan saja..., dia kekasih ibuku...”jawab Bella
setengah menggeleng.
“oh...”angguk Kwang Min sambil menunduk pada Hyung.
“kau ini Herlina...,sudahlah ayo...”Hyung menarik tangan
Lina.
Lina terdiam dan menatap tangan Hyung yang menggenggam
tangannya.
“ada apa? Ayo...” Hyung menarik Lina agar dengan cepat
mengikutinya.
“tidak...” Lina hanya diam dan menurut sambil mengambil
tasnya,”aku berangkat...”ucap Lina dan pergi bersama Hyung.
“hati...hati...”Herlina melambaikan tangannya dengan
semangat.
“ahjumma...”ucap Tsatsa berjalan meraba ke arah
Herlina,”apakah hari ini..., akan terjadi sesuatu?”
Herlina menatap Tsatsa dan Bella kemudian tersenyum,”tentu
saja..., sebentar lagi aku akan menjadi ahjumma kalian sesungguhnya...”
“apa? Benarkah? Paman Hyung akan melamar umma?” tanya Tsatsa.
“kau ingin pulang atau tetap tinggal sebentar?” tanya Bella
pada Kwang Min yang sempat terdiam menatap ke arah mobil Hyung.
“oh m..., sebaiknya aku kembali..., besok aku akan
menjemputmu...”putus Kwang Min.
“tak perlu..., aku harus ke rumah sakit untuk
therapy...”tolak Bella.
“kata umma kau akan pindah therapy ke rumah sakit suasta di
dae gu...”ucap Tsatsa mengingatkan.
“di pindah lagi? Tak ada yang sanggup sepertinya...”ringis
Bella yang telah 15 kali pindah rumah sakit untuk mentherapy kakinya.
“jangan patah semangat..., aku yakin kakimu akan
sembuh...”Herlina tersenyum pada Bella yang membalasnya dengan senyum.
“biar aku yang mengantarmu...”seru Kwang Min menggenggam
tangan Bella,”kali ini kau tak keberatan kan?”
Bella mendesah tersenyum lalu mengangguk,”baiklah...”
“gomawo...”kwang Min mengecup kening Bella dan berlari pergi
sebelum Bella memarahinya.
“ish..kau...”dengus Bella merasa malu.
“woww..., dia sangat menyukaimu...”ucap herlina tersenyum
jahil.
“sudahlah ahjumma..., aku akan naik dulu...”ucap Bella lalu
melangkah naik.
“ahjumma..., apa benar paman akan melamar umma?”tanya Tsatsa
mengulang.
Herlina menuntun Tsatsa duduk,”ya..., halmeoni meminta Hyung
untuk segera menikah dengan ummamu..., tapi seperti kau tau ibu appa mu
menolak..., tapi halmeoni tak perduli dan merancang lamaran itu...”
“ahjumma tak ikut?”tanya Tsatsa heran.
“ani..., aku bertugas untuk menjaga kalian, halmeoni dan Nam
Gil yang akan datang...” ucap Herlina.
“baiklah..., aku menunggu saat itu..., aku ingin umma
bahagia..., bagaimana dengan appa?”Tsatsa berkata lirih dan tertunduk.
“tentu saja dia masih di paris..., aku tak tau kapan dia
akan kembali setelah pernikahannya dengan Nie Sha...”Herlina menekan rendah
pada kata pernikahan.
Tsatsa mengerti dan
melanjutkan,”aku tau..., walaupun appa tak mengingat kami... umma sangat
mencintai appa..., tapi aku tak ingin umma di hina oleh Halmeoni lagi..., aku
ingin umma menikah dengan paman Hyung...”putus Tsatsa.
“kau benar..., saat Lina datang aku tau hatinya sangat
terluka bagaimanapun juga Hyun Jong adalah cinta pertamanya...”ingat Herlina
lalu beranjak dari tempatnya,“apa ahjummamu sedang tidur?”
“ahjumma Rindi? Aku rasa ya..., ahjumma bisakah kau
membawaku ke taman belakang? Aku ingin menghirup udara malam yang segar...,
bukankah bunganya telah bermekaran...”pinta Tsatsa. Herlina mengangguk pelan
dan membantu Tsatsa ke luar.
Lina sempat terdiam ragu saat Hyung menarik kursinya dengan
sangat sopan, tak biasanya dia seperti itu,”kau membuatku takut...”ucap Lina
berbisik.
“diamlah..., kau kira untuk apa aku berbuat seperti ini...,
Halmeoni akan datang...”balas Hyung ketika para pelayan datang dengan berbagai
menu hidangan yang sangat mewah.
“halmeoni? Bukankah ini acara makan malam kita saja?”tanya
Lina tak mengerti.
“entahlah aku tak tau...apa yang halmeoniku sendiri
rencanakan..., dia hanya ingin kita makan malam bersamanya...”tambah Hyung yang
memang tak tau rencana apa yang akan terjadi.
“benarkah kau tak tau?”tanya Lina sambil memjukan dirinya
setengah berbisik.
“kau kira aku seperti apa sih...”sungut Hyung.
Lina hanya diam dan kembali duduk tegap ketika Nam Gil
datang.
“Nam Gil..., ada apa kau datang kemari?”tanya Lina
kebingungan.
“aku...”
“aku yang menyuruhnya datang...”ucap sang nenek yang masuk
dengan beberapa orang dan De Jin yang menatapnya dengan benci.
“halmeoni..., ada apa ini?”tanya Hyung yang langsung bangkit
menuntut penjelasan.
“kau duduk lah...” ucap sang nenek pada Nam Gil yang mengambil
posisi di sebelah Lina masih dalam kebingungan.
“halmeoni...”tuntut Hyung.
“ya..., sampai kapan kau akan terus berpacaran..., aku ingin
kau menikah dengan Lina...”jelas sang nenek dengan tegas.
“a...apa...”pekik keduanya terkejut.
“halmeoni..., halmeoni tak bisa seenaknya seperti ini...,
ini menjadi urusanku dengan Lina...”protes Hyung dengan sedikit menahan
emosinya.
“untuk apa kau menunda? Sudah 5 tahun berlalu dan aku tak
perduli..., aku akan melamarkan Lina untukmu...”bantah sang nenek yang langsung
menatap Lina,”kau setuju bukan Lina?”
Lina tergagap ragu lalu memandang wajah De Jin yang sangat
tak menyukainya,”a...aku...”
“ibu lihat sendirikan...wanita itu bahkan hanya berpura-pura
menyukai Hyung..., sudahlah bu..., aku akan mencarikan yang lebih baik dari
pada wanita ini...”De Jin menatap dingin Lina dan berpaling pada si nenek yang
mengerutkan alisnya.
“ada apa dengan kau ini? Aku memintamu kesini bukan untuk membantahku...,
kau hanya ku minta sebagai bibi Hyung... mengerti...”ucap sang nenek yang tak
suka,”jadi bagaiman? Aku tak ingin kalian memperlama lagi..., sudah 5 tahun aku
menunggu..., aku ingin mendapatkan cucuku..., setelah kedua orang tua Hyung
meninggal..., atau jika kalian tak menginginkan ini aku bisa... menarik hak ku
atas Hyung” nenek Hyung berkata lirih setengah memaksa pada Lina.
Lina menatap bingung Hyung yang ikut bingung.
“kak..”bisik Nam Gil dengan perlahan,”benar apa kata nyonya
ini..., sudah saatnya kau menikah..., maafkan aku bila aku lancang walaupun
kita tak ada hubungan darah setidaknya aku ingin kau bahagia...”Nam Gil
meyakinkan setiap kata-katanya pada Lina.
“kau gila...,aku...aku...”balas Lina yang tak dapat berkata
lagi ketika Hyung berbicara lantang.
“baiklah jika itu yang halmeoni mau..., aku akan menikah dengan
Lina...,tapi setelah itu aku tak ingin halmeoni mencampuri lagi urusan kami...”Hyung
membuat De Jn dan Lina terkejut menatapnya.
“kau menyetujui menikah dengan perempuan ini?”pekik De Jin
tak suka.
“ya..., apa yang kau maksud?” Lina bertanya pelan.
“sudahlah..., kau tak akan menghindari ini...”balas Hyung
lalu menatap sang nenek yang menatapnya dengan senang.
“bagus nak..., aku akan mempersiapkan segalanya..., kau tak
perlu khawatir..., secepatnya kita akan melangsungkan pernikahan kalian...” sang
nenek mengeluarkan kotak beludru coklat dan berisi sebuah cincin dengan mata
rubi biru yang sangat mewah,”aku sudah memberikan ini pada Nie Sha..., tapi dia
tak menyukainya dan lebih senang pada cincin yang lebih mahal dari pada ini...,
jika kau menolak cincin ini..., aku tak keberatan...”
Hyung menatap cincin itu dan segera mengambilnya lalu
menatap Nam Gil,”apakah kau..., memperbolehkanku untuk menjadikan kakakmu
pendampingku?”tanya Hyung.
Nam Gil menatap Lina meminta persetujuan namun De Jin
menyela,”kau yakin Hyung? Kau tidak menyesal menikah dengan wanita yang telah
memiliki seorang anak dari orang lain?”
“De Jin...”bentak sang nenek tak suka.
Hyung menatap ragu namun kemudian menggenggam cincin itu dan
menarik Lina,”apakah bibi mengira aku main-main? Aku dan Lina..., benar kata
Halmeoni... sudah lama kami berpacaran dan sekarang aku akan melamarnya...,
jika bibi masih saja mengganggu Lina dan mencampuri urusan kami aku tak akan
segan untuk mengatakan hal itu...”ancam Hyung yang langsung di pandangi Lina
yang masih tak percaya.
“ya...,Hyung...., kau sungguh-sungguh?”tanya Lina menatap
Hyung tajam.
Hyung menatap Lina dan berbalik menghadapnya,”halmeoni benar
Lina..., kau harus melupakan masalalumu..., aku ingin kau menjadi pendampingku...”.
Lina menatap Hyung bingung, apa yang harus dia lakukan? Dia
tau, cepat atau lambat ini harus terjadi..., tapi mereka hanya berpura-pura
walau perasaan itu sedikit ada..., tapi Lina masih mencintai Hyun Jong.
Ingatannya kembali saat dia datang ke pernikahan Hyun Jong dan Nie Sha. Nie Sha
yang tau Lina mantan istri Hyun Jong hanya mencemoohnya dan mengatakan hal yang
menyakitkan hingga Lina menandatangani surat perceraian itu. Detang jantungnya
bergemuruh marah saat mengingat itu, dia tau tak ada kesempatan baginya untuk
mengembalikan Hyun Jong ke sisinya. Lina teringat kata-kata Tsatsa yang
membuatnya mengambil keputusan saat itu.
“ya..., aku bersedia...”jawab Lina pada akhirnya.
“benarkah?” yakin Hyung tak percaya.
“m...”angguk Lina.
“bagus..., sekarang Hyung... kenakan cincin itu aku ingin
melihat Lina mengenakannya...”ucap sang nenek dengan mata berbinar.
Hyung menurut dan mengenakan cincin itu pada Lina kemudian
mencium cincin di tangan Lina. Dan memeluknya,”kau tak menyesal?”bisik Hyung.
“apa yang harus ku sesalkan? Aku tak mempunyai hubungan
apapun dengan dia..., dan umurku semakin tua..., dan kelihatannya kau mulai
menyukaiku...”sindir Lina ikut berbisik,dan Hyung melepas pelukannya lalu
mengerutkan alis menatap Lina,”aku akan mulai menyukaimu...”
Hyung menatap mata Lina semakin dalam dan kemudian tanpa di
sadarinya Hyung mencium Lina di hadapan semua orang. De Jin hanya melongos
kesal dan meninggalkan ruangan itu dengan menghentak.
“aku akan repot..., sesegera mungkin aku akan mempersiapkan
pernikahan kalian..., bulan depan...”putus sang nenek kemudian bersalaman
dengan Nam Gil,”terimakasih kau mau datang dan mempercayakan kakakmu pada
Hyung...”
“ya nyonya aku mohon jaga kakakku...”pinta Nam Gil dengan
sopan dan membalas senyum nenek itu. Hyung kembali memeluk Lina secara formal.
Hatinya saat itu tak menentu..., keduanya masih mengganjal sesuatu yang perlu
mereka bicarakan.
“bagus sekali actingmu...”ucap Lina usai makan malam itu di
sebuah jembatan cantik di tengah kota Seoul. Lampu yang bersinar membuat
suasana bertambah romantis.
“apa?”
“sudah lima tahun..., dan aku kira kau sudah menemukan
kekasih yang kau inginkan...”Lina meminum air mineralnya dan terus menatao ke
arah sungai.
Hyung menatap Lina dan hanya diam.
“ada apa?”tanya Lina sambil menatap Hyung.
“aku telah menemukannya...”jawab Hyung singkat.
Lina mengerutkan alisnya pada Hyung,”lantas kenapa kau
melakukan itu?”
Hyung meminum minuman kalengnya hingga habis dan
meremasnya,”kau fikir itu siapa? Apa kau masih terlalu mencintai Hyun Jong?”
Lina sadar apa yang di maksud dan berbalik dari tatapan
Hyung.
“kau masih mencintainya tetapi mengapa kau juga menerima
ku?”tuntut Hyung membalik kata-kata Lina dengan sengaja.
“aku...”ucap Lina ragu.
Hyung terus menatap Lina kemudian menariknya dan menciumnya
lama. Lina yang terkejut langsung mendorong Hyung.
“apa yang kau lakukan?”pekik Lina marah.
“awalnya..., aku memang menolak ide gila dari adikku...,
selama 5 tahun kita bersandiwara agar kami tak di usir dari rumah..., kau
tau..., aku jatuh cinta padamu sejak saat aku semakin mengenalmu..., selama ini
aku masih menjaga perasaanmu..., tapi saat bibi De Jin selalu membuatmu
celaka..., yang ingin ku lakukan adalah melindungimu..., aku tau apa yang akan
bibi lakukan untuk membatalkan pernikahan kita...”jelas Hyung sambil tertawa
kesal,”Jika kau tak menginginkanku..., aku akan mengatakan pada halmeoni kita
putus...”
Lina diam tak menjawab dan menunduk berusaha
berfikir,”aku..., aku tak berfikir banyak ketika kau benar-benar melamarku...,
kau benar aku masih mencintai Hyun Jong..., aku tau kami tak akan bisa
kembali..., aku tau sudah saatnya...sudah saatnya aku menghentikan perasaan
itu..., kau tau... sama sepertimu... aku mulai menyukaimu..., memang belum 100%
tapi aku akan berusaha untuk mencintaimu...”ya, itulah keputusannya sejak
sekian lama..., Lina menyadari tak seharusnya dia terus berharap akan kembali.
Lina juga menyadari sedikit demi sedikit hatinya terisi oleh Hyung yang terus
melindunginya. Saat dia mengambil keputusan antara Hyun Jong dan Hyung yang
teringat di fikirannya hanya Hyung yang tersenyum tulus padanya.
Hyung tak percaya dan menatap Lina,”benarkah? Setelah sekian
lama kau mau membuka hatimu untukku?”yakin Hyung.
Lina mengangguk pasti. Hyung menarik Lina dan memeluknya
erat lalu mencium kepala Lina,”ini yang ku tunggu selama lima tahun..., aku
menunggu saat ini...”
Lina tersenyum dan balas memeluk Hyung erat. Seerat
keputusan yang dia ambil saat itu.
Keesokan harinya...
“benarkah? Apakah umma akan menikah dengan paman
Hyung?”tanya Tsatsa saat mereka makan bersama pagi itu.
“umma..., benarkah?” tanya Bella memastikan.
Lina yang sedang memasak menghentikan aktivitasnya dan
mengangguk,”ya..., semalam Hyung melamar umma..., ash.. sudahlah... kalian
makan saja...”Lina meletakkan dua piring berisi omlet.
“akhirnya...”ucap Tsatsa senang.
“sudahlah...,Bella hari ini kau therapy bersama Taemin...,
umma harus menunggu halmeoni Hyung yang akan datang hari ini...”jelas Lina
merasa tidak enak.
“jangan khawatir umma..., Bella akan di antar dengan
kekasihnya...”sindir Tsatsa.
“kau ini...”ucap Bella jengah.
“benarkah? Wow..., umma harap dia akan memperlakukanmu
seperti barang berharga nak..., umma tak ingin kau menangis okey...”Lina
tersenyum sambil memegang pipi Bella lembut.
“ya umma...” ketiganya makan bersama saat Rindi turun.
“Rindi...”pekik Lina yang langsung mendekat.
“kakak..., aku ingin aku ingin ke makam Jong Hun..., bisakah
kau mengantarku sebentar? Aku tak akan lama...”pinta Rindi dengan penuh harap,
ingatannya tentang Jong Hun membuatnya sedikit normal.
“ne..., aku akan mengantarmu..., kau makanlah dulu...”angguk
Lina menyetujui.
“tidak..., aku ingin sekarang..., aku mohon...”pinta Rindi
sambil merapatkan kedua tangannya.
Lina mendesah ringan dan mengangguk,”baiklah...”Lina
mengambil mantelnya dan menuntun Rindi perlahan menuju mobilnya.
“aku akan sendiri lagi...”keluh Tsasta sambil meraba meja
dan mengambil gelas air putihnya.
“bukankah kekasihmu akan datang? Apakah dia masih
sibuk?”tanya Bella sambil terus makan.
“kau lihat konsernya bukan..., aish...sudahlah..., aku akan
menjual bunga hari ini...”ucap Tsatsa kemudian beranjak dari tempat duduknya
berusaha mencari tongkatnya ketika seseorang mendekatkan ketangan Tsatsa.
“gomawo Bella...”
“itu bukan aku...”ucap Bella lalu mengambil tongkatnya saat
mendengar deru motor Kwang Min,”jaga Tsatsa Kak..., aku akan pergi...” Bella
mengenakan tongkatnya dan berjalan pergi meninggalkan keduanya.
“kakak...”ucap Tsatsa sambil meraba wajah Kyuhyun,”kau
datang?”
“tentu saja..., maafkan aku..., aku tak datang selama
sebulan ini..., aku ingin mengajakmu pergi...”Kyuhyun menuntun Tsatsa duduk di
ruang tamu.
“tapi bagaimana dengan rumah aku tak bisa...”
“pergi saja Tsatsa aku akan menjaganya...hingga nyonya
datang...” ucap Taemin yang telah datang untuk bekerja.
“Taemin..., gomawo..., ayo...”Kyuhyun menuntun Tsatsa
perlahan menuju mobilnya.
“kemana?”tanya Tsatsa.
“kau akan tau nanti...”ucap Kyuhyun penuh rahasia.
Tsatsa hanya menggeleng bingung dan diam.
Lina melipat kedua tangannya dan menatap Rindi yang sedang
membersihkan makan Jong Hun dengan pakaiannya. Hatinya miris saat melihat
adiknya dalam kondisi sekarang ini. Hingga Rindi kembali menangis dan tidur di
sebelah makam Jong Hun.
“seharusnya aku ikut denganmu...”tangis Rindi.
“Rindi...”Lina berusaha membantu Rindi bangkit namun Rindi
tak beranjak dari tempatnya,”jika seperti ini terus..., Jong Hun tak akan
bahagia di sana..., kau ingin melihat Jong Hun tersiksa?”tanya Lina dengan
lembut.
Rindi hanya diam dan menatap makam Jong Hun dengan sedih,”aku
ingin bersama Jong Hun...”
“Rindi..., kau tak merasa kasihan denganku? Rindi..., aku
kakakmu..., aku tak ingin melihat kau seperti ini..., bangunlah...”pinta Lina.
Rindi sempat menatap Lina marah namun kemudian bangun dan menurut. Lina
menuntunnya kembali, Rindi terus menoleh ke arah makam Jong Hun.
“Rindi...”ucap Nickhun yang datang ke makam Jong Hun tak
sengaja berpapasan dengannya.
Lina diam dan menoleh pada Nickhun,”kau memanggil adikku?”
“ya..., tentu saja aku aku adalah..., aku adalah adik Jong
Hun...”ucap Nickhun lalu menatap Rindi,”Rindi...”
Rindi hanya diam ketakutan menatap Nickhun dan bersembunyi
di balik tubuh Lina,”maaf...ku rasa kau tak tau...”
“apa yang terjadi dengannya? Aku baru saja kembali dari
Belanda..., apa yang terjadi setelah kematian kakakku?”tuntut Nickhun.
“Rindi..., dirinya terguncang hebat dengan kepergian Jong
Hun jadi adikku..., adikku...”Lina tak dapat meneruskan kata-katanya dan
menatap Nickhun memohon pengertian.
“...” Nickhun diam dan hanya menatap Rindi yang bersembunyi
di balik tubuh Lina tak mengenali dirinya,”baiklah..., boleh kah aku berkunjung
ke rumah?”
“tentu saja...”Lina mengeluarkan selembar kartu nama pada
Nickhun,”aku harap kau bisa membantunya dari kesedihan itu...”
Nickhun mengangguk mengeri dan menyimpan kartu
namanya,”gomawo...”
Lina meninggalkan Nickhun yang terus menatap Rindi miris.
“aku harus bertemu dokter Ji Seob...”ucap Bella sambil
menyerahkan surat kepindahannya.
“baiklah..., langsung saja...”perawat itu mengarahkan Bella
ke sebuah ruangan.
“kau..., adiknya Dhicca bukan?” ucap Ji Seob saat Bella
memasuki ruangannya bersama Kwang Min.
“ne...,anda tau dari mana?”tanya Bella bingung.
“ah..., aku dulu dokter yang pernah bekerja di rumah sakit
tempat kakakmu di rawat..., bagaimana kabarnya?”tanya Ji Seob.
“aku tak tau..., tak ada kabar..., baksanim...bisakah kau
mentherapyku saja?”tanya Bella yang merasa tak nyaman dengan pertanyaan Ji
Seob.
“oh baiklah...”Ji Seob melakukan pengecekan awal pada kaki
Bella dan Kwang Min dengan setia menunggu di ruang tunggu hingga Bella selesai.
“kau pasti bosan...”Bella menatap Kwang Min dengan pandangan
meminta maaf.
“kau kira aku seperti apa..., tak perlu khawatir...”Kwang
Min membantu membawa tas Bella dan mengikuti langkah Bella yang tertatih,”apa
kata dokter?”
“aku harus kembali minggu depan..., hemb ku rasa sama dengan
yang lain..., kakiku tak akan bisa kembali normal...”keluh Bella tertunduk
lemas hingga Bella tak menyadari ada sesorang berbelok,”ouch...”
“ah..., mianhe...”ucap Ji Yong yang langsung memnungut
tumpukan filenya.
“tidak aku yang bersalah..., mianhamnida baksanim...”pinta
Bella sambil membetulkan tongkatnya.
“kau tak apa Bella? Ish kau ini membuat ku khawatir...”Kwang
Min membantu Bella lalu membantu Ji Yong yang terdiam menatap Bella.
“mianhe..., aku sungguh tak sengaja..., mianhe
baksanim...”Bella menunduk lalu tersenyum pada Ji Yong dan tak mengenalinya sam
sekali.
“ini baksanim...”Kwang Min menyerahkan kertas Ji Yong namun
Ji Yong terus terdiam menatap Bella yang tak memberikan respon sama
sekali,”maaf baksanim...”ucap Kwang Min yang menyadarkan Ji Yong.
“oh..., maaf...baiklah maafkan aku...”ucap Ji Yong terbata.
“ayo Bella...”Kwang Min menuntun Bella menjauh dari Ji Yong
yang masih tak mengerti, apa yang salah. Itu benar-benar Bella..., tapi kenapa?
Kenapa Bella seperti tak mengenalinya sama sekali, fikiran itulah yang
berkecamuk dalam diri Bella.
Ji Yong berbalik menatap Bella dan bertatapan dengan Kwang
Min yang tersenyum penuh arti pada Ji Yong.
“gomawo Hyu Gie, Joana..., jika tidak karenamu... dojo panah
ini tak akan seperti ini...”ucap Jun Ki setelah makan bersama di sebuah
restoran di tengah kota bersama karyawan yang lain merayakan peresmian suksesnya
dojo yang dia dirikan.
“ne..., m... ini semua demi Linda...”senyum Hyu Gie sambil
mengingat.
“ya..., untuk kapten..., kenapa bos berhenti dari dunia
artis?”tanya Joana heran. Sudah setahun Jun Ki berhenti dari dunia entertaiment
dan memilih membuka dojo panahan serta resort dan perhotelan.
“aku hanya ingin dia tau hingga sekarang pun aku tak percaya
dia telah tiada..., aku akan menukannya aku tau itu kenyataan yang tak
mudah...tapi jenazah itu..., bukan Linda...”yakin Jun Ki. Dia yakin bahwa Linda
akan kembali dan bersamanya lagi kenangan itu begitu menyakitkan hingga dia
memutuskan untuk berhenti. Ketiganya akan menuju mobil masing-masing saat
seorang karyawan lainnya terpekik menatap papan iklan di sebuah hotel.
“lihat..., itu bintang pendatang baru...,sangat cantik lihatlah...aku
dengar dia berasal dari luar negri...”tunjuk karyawan itu.
Jun Ki menoleh ke arah papan iklan yang bersinar itu dengan
tatapan rindu. Dia datang..., benarkan dia belum mati..., bisik hati Jun Ki
menatap mata indah itu.
Iklan selama lima menit itu membuat semua terpana dan diam.
Iklan di akhiri dengan senyuman dan kedipan mata centil.
“Linda...”pekik Hyu Gie tak percaya mengusap matanya dan
menatap iklan itu lagi.
“kapten...itu kapten..”tambah Joana.
“ya benar dia bernama Linda Park...”tambah karyawan lain dan
berdecak kagum akan kecantikan Linda pada iklan produk handphone terbaru.
“...” Jun Ki dengan cepat masuk ke mobilnya tanpa perduli
keheranan para karyawannya yang lain. Dengan cepat dia menekan nomor di handphonenya,”benarkah?
Di mana dia?”tanya Jun Ki cepat. “Baik aku akan ke sana, tidak aku hanya ingin
berkunjung kau ada waktukan? Baiklah...” setelah menutup telponnya Jun Ki
melajukan mobilnya menuju suatu tempat.
Sementara di tempat lain...
“sial kita tak bisa keluar...”ucap seorang wanita menatap
kerumunan di luar.
“jangan khawatir Rezty..., aku akan pulang lewat pintu
belakang...”ucap wanita lain yang langsung mengenakan topi lebarnya,”aku
pergi...”
“Linda...,Linda....”pekik Rezty kesal. Namun percuma dengan
lincah wanita itu melewati karyawan lain dan hilang di belokan gedung.
Linda berjalan sambil menutup topinya rapat. Dia berlari
ketika di rasanya seseorang mengikutinya. Di parkiran belakang tanpa sengaja
Linda menabrak Jun Ki yang beru turun dari mobilnya.
“ah...maaf...”ucap Linda mengambil topinya yang terjatuh
kemudian menunduk menatap Jun Ki,”maaf aku tak melihatmu turun dari mobil...,
hei...”Linda mengerutkan alisnya saat Jun Ki diam dan meneteskan air matanya.
“Linda...Linda...”ucap Jun Ki berulang lalu memeluk
Linda,”aku merindukanmu..., aku benar... itu bukan kau...”
“hei lepaskan..., lepaskan aku...”Linda meronta dan
menendang kaki Jun Ki hingga dia terdiam,”apa yang kau lakukan? Aku tak
mengenalmu jadi jangan sembarangan menyentuhku...”
“Linda...”
“cih..., kau membuatku seperti orang aneh..., aku harus
segera pergi..., kau mungkin salah orang..., ini untukmu...”Linda memberikan
sapu tangannya pada Jun Ki dan kemudian pergi. Dengan Jun Ki yang terus terdiam
memegang sapu tangan itu dan menatap Linda yang terus menghilang.
Malam Musim semi 5 tahun setelah kepergiannya..., dia
kembali..., kembali sebagai orang asing..., dia Linda bukan? Dia benar-benar
Linda yang ku tunggu bukan? Gadisku yang terkadang aneh dan selalu memanggilku
Ollpaemi? Sosok itu terlalu jauh dari bayangan yang di fikirkan Jun Ki. Linda
terasa asing baginya...
“senior tidak pulang?” tanya seorang polisi muda.
Di balik meja kerja dia mendongak dan bersandar,”sebentar
lagi..., kalian pulang lah terlebih dahulu...”ucapnya dengan nada ramah.
“kau ini..., kau baru di tempatkan di sini..., tak usah
memporsir diri...”pekik seorang polisi pria lainnya.
“ne..., senior..., aku tak bisa bersantai..., walaupun aku
baru hari ini di tempatkan di bagian investigasi..., aku harus melakukan
sesuatu..., jangan khawatir...”balasnya dengan senyumnya.
“baiklah..., kami pulang dulu..., jangan lupa kunci...”
perintahnya.
“ne...senior..., selamat malam...”wanita itu menunduk
kemudian kembali berhadapan dengan komputernya,”umma..., ternyata kau sudah
memperbaikinya..., umma... aku merindukanmu..., tapi untuk saat ini aku belum
bisa kembali..., mianhe...”ucap Frans Chan dengan kesedihan yang membuatnya
menopang dagunya berat.
“ayo cepat..., aku tak suka udara malam...”
“halmeoni..., ini sangat segar...”ucapnya sambil menghirup
udara malam saat itu.
“Dhicca...ayo...!!”pekik Eun Hwa dari dalam mobil dengan
nada tak sabar.
“ne halmeoni...”Dhicca masuk ke dalam mobil sang nenek dan
tersenyum bahagia menatap lampu kota Seoul yang telah lama dia tinggalkan,”umma...,
Bella, Tsatsa,kakak...ahjumma...aku akan segera bertemu kalian...”ucap Dhicca
dalam hati sambil menggenggam kalung pemberian Linda yang selalu menggantung di
lehernya selama 5 tahun terakhir.
TBC............
Tidak ada komentar:
Posting Komentar