“SPRING IN LOVE 31” (봄 사랑에)
“apa yang kau lakukan?” tanya Seung dengan nada sedikit
membentak pada Rezty.
“sudahlah Seung..., kau ini...aku tak apa-apa...”Linda
menarik Seung agar menahan emosinya.
“kau terlambat dan hampir terjadi kecelakaan apa itu di
sebut dengan tidak apa-apa?” jelas Seung dengan nada jengah.
“aku bersalah...”ucap Rezty tertunduk lesu.
“sudah seharusnya kau merasa seperti itu...kau telah membuat
Linda terlambat...”tambah Seung dingin.
“mianhe...” ulang Rezty.
“yak..., sudahlah..., ada apa denganmu kenapa kau kesal
seperti ini?” tanya Linda dengan nada sedikit heran pada kekasihnya itu.
“aku mengkhawatirkanmu...”jawab Seung dengan singkat.
Linda sempat mendesah ringan lalu memegang kedua pipi Seung
dan menatapnya sambil tersenyum,”ne..., aku tau... jangan khawatir
okey...”Linda mendekatkan wajahnya dan menempelkan keningnya di kening Seung
sambil berjinjit(?),”jangan terlalu mengkhawatirkan aku..., aku akan menjaga
diriku ok..., Saranghamnida...”Linda mencium Seung sekilas kemudian tersenyum.
Seung mendesah ringan dan membalas senyum Linda. Keduanya
saling tersenyum tanpa memperdulikan orang-orang di sekitar lobi yang menatap
ke arah mereka termasuk Jun Ki yang datang untuk melakukan pengecekan.
Raut wajahnya menahan marah dan cemburu yang benar-benar
menyakitkan.
“kau sudah tau sekarang..., aku akan meninggalkan
kalian...”ucap Lina dengan lembut, setelah menceritakan apa yang terjadi pada
Kim Bum, Lina meninggalkan keduanya dan kembali ke toko.
Keduanya terdiam cukup lama hingga Kim Bum angkat suara,”kau
benar-benar mencintainya?”.
Lama Tsatsa menjawab, hingga dia mengangguk,”ne..., aku
mencintainya...”
“kenapa? Laki-laki yang telah membuatmu seperti ini...,
kenapa Tsatsa?”tuntut Kim Bum.
“ini bukan salahnya..., ini salahku..., berhenti
menyalahkannya...” pinta Tsatsa agak keras.
Kim Bum diam dan beranjak dari tempatnya,”baiklah..., aku
kira tak ada lagi yang perlu kita bicarakan..., aku akan kembali...” ucap Kim
Bum. Tsatsa mencoba bangkit namun langkahnya oleng dan menabrak meja di
depannya hingga terjatuh,”Tsatsa...” Kim Bum segera membantu Tsatsa.
“aw...”Ringis Tsatsa sambil memegang keningnya yang
membentur meja,”mianhe Kim Bum..., mianhe... aku benar-benar menyukainya...,
aku... aku hanya ingin kita kembali berteman baik seperti dulu..., mianhe...
mianhe...”ucap Tsatsa berulang.
“...”Kim Bum terdiam akan kata-kata Tsatsa yang terdengar
sangat memilukan baginya. Kim Bum memeluk Tsatsa dan berkata,”baiklah...,
baiklah... aku akan menjadi temanmu... aku akan menjadi Kim Bum sahabatmu...”Kim
Bum mencium rambut Tsatsa lembut seakan ingin menghilangkan kepedihannya saat
ini.
“di mana Rindi?” tanya Lina yang telah mengambil handuk
untuk Rindi dan telah berganti pakaian.
“bersama seorang namja di kebun belakang nyonya...”jawab
Taemin sambil menunjuk ke arah Rindi yang asyik berlari di kebun di temani
seorang pria.
Lina perlahan mendekat dan menyapa namja itu,”kau...”ingat
Lina.
“annyeong..., kita pernah bertemu di pemakaman...”senyum
Nickhun dengan sangat sopan.
“ah..., ne... kau adiknya Jong Hun bukan?” tanya Lina
sembari mengingat.
“ne Nuna..., Nickhun imnida...”ucap Nickhun memperkenalkan
diri.
“oh ya..., ara... jadi kau yang semalam...”
“kakak..., kau tau ini malaikatku..., lihat-lihat...,
suaranya sangat indah...”ucap Rindi yang berlari ke arah Lina dengan mata
berbinar.
“benarkah? Bajumu basah ayo kita masuk dulu...”ucap Lina
dengan nada tenang.
“aku ingin malaikatku ikut...”syarat Rindi sambil memegang
lengan Nickhun.
“Rindi...” ucap Lina yang merasa tak enak pada Nickhun.
“baiklah aku akan ikut...”ucap Nickhun sambil tersenyum pada
Rindi.
“mian Nickhun...”ucap Lina.
Nickhun mebalas dengan senyuman dan berkata,”tak apa
Nuna..., oh ya jika boleh aku tau... apakah Rindi sudah pernah di obati?”
Lina terdiam sambil memeberikan handuk pada Rindi yang
berjalan riang sambil menggandeng Nickhun,”sudah berulang kali psikiater dan
rumah sakit yang di kunjungi, tapi tak satupun yang berhasil menyembuhkan
Rindi..., lukanya terlalu dalam..., dia terlalu mencintai kakakmu...”Jelas Lina
dengan nada berat.
“ne..., aku mengerti itu nuna..., jika kau memperbolehkanku
aku akan membawanya ke psikiater kenalanku... apa kau mengizinkannya?” pinta
Nickhun dengan penuh harap.
Lina mengangguk dan tersenyum,”tentu saja, asalkan kau
berjanji akan membawa kembali Rindi sebelum petang...”Lina memberikan syarat
yang langsung di sanggupi oleh Nickgun dengan sekali anggukan.
“tentu saja nuna..., aku pasti akan membawa Rindi
kembali..., aku tak akan berbuat macam-macam padanya...”jelas Nickhun dan
menggenggam tangan Rindi di sebelahnya.
“ne...” ketiganya masuk ke dalam saat Kim Bum akan
meninggalkan Tsatsa yang masih menangis di sofa,”kau sudah akan pulang?”
“ne..., nyona maafkan aku..., aku tak bisa berlama-lama...,
sekali lagi mianhe...”setelah menunduk sopan Kim Bum meninggalkan tempat itu
dan sempat menatap Tsatsa sekilas sebelum kemudian pergi.
“umma..., aku ingin ke kamar bisakah umma menuntunku?” pinta
Tsatsa sambil menyeka air matanya.
Tanpa banyak bicara Lina mengantar Tsatsa ke kamarnya
sementara Nickhun dan Rindi menunggu di ruang tamu sambil menemani Rindi yang
bermain dengan sepatu-sepatu Lina.
“ayo Rindi..., kau harus mandi dulu...” ucap Lina setelah
mengantarkan Tsatsa ke kamarnya.
“Ani..., aku ingin bermain dengan malaikat...”tolak Rindi
sambil menghempaskan tangan Lina dari lengannya.
“kau bisa bermain setelah mandi Rindi...,Nickhun tak akan
pergi..., dia akan mengajakmu berjalan-jalan...”ucap Lina setengah membujuk dan
meminta bantuan Nickhun yang langsuk mengangguk.
“benarkah?”tanya Rindi dengan penasaran.
“ne..., tentu saja kita akan bermain di taman...”Nickhun
tersenyum tulus dan membuat Rindi percaya kemudian mengikuti Lina kekamarnya.
“aku tau dan mengerti..., aku akui aku sangat marah
padamu..., tapi saat itu Si Won datang dan mencari keberadaanmu...,saat itu aku
tau kau tak memilih siapapun di antara kami berdua...”ucap Hee Chul, keduanya
duduk di bawah pohon mae sambil memegang kaleng colla masing2.
“...”Frans Chan hanya diam tertunduk tanpa menyela cerita
Hee Chul.
“aku mengerti..., tak semudah itu... dan kami berdua...
mengadakan perjanjian... untuk tidak menyentuhmu hingga kau siap untuk memilih
di antara kami berdua...”lanjut Hee Chul. Frans Chan mendongak dan menatap
tajam pada Hee Chul,”tapi aku tak tahan saat melihatmu...,dan kurasa Si Won
melanggar perjanjian terlebih dahulu...”
“apa maksudmu? Kau dan Si Woon membuatku seperti sebuah
permainan?”Frans Chan akan meledak amarahnya namun Hee Chul tersenyum dan
menggenggam tangan Frans Chan.
“ani..., kami hanya berjanji sebagai seorang laki-laki...,
kami hanya menunggumu hingga kau siap memilih kami...”Jelas Hee Chul dengan
sangat perlahan, seakan menekankan setiap kata adalah bentuk ketulusannya.
“itu sama saja..., kalian fikir aku akan
memilih?hah...”Frans Chan tertawa kesal dengan apa yang di lakukan Hee Chul dan
Si Won.
“aku tau kau menyukai Si Won...”kata-kata Hee Chul membuat
Frans Chan terdiam kaku, Frans Chan mencoba menghindari tatapan Hee Chul dan
menyembunyikan perasaanya,”kau tak perlu menyembunyikannya Frans Chan..., dari
awal aku kalah dengan Si Won tapi aku tak akan menyerah dan aku..., aku telah
berjanji hanya akan memilihmu...”
“jangan seenaknya kau...”
“Si Won akan bertunangan dengan orang lain...”Hee Chul
memotong kata-kata Frans Chan yang langsung diam tertegun,”dia di jodohkan
dengan putri pemilik perusahaan Loel...”
“dari mana kau...”Frans Chan kembali membuang muka dan
berusaha mengatur perasaanya,”itu bukan urusanku...”
“benarkah?”Yakin Hee Chul,”jika itu benar..., ikutlah
bersamaku ke pesta pertunangan mereka...”
“apa yang kau inginkan Hee Chul?”tanya Frans Chan menahan
perasaan amarahnya, dengan kuat Frans Chan meremas botol kalengnya hingga
isinya tumpah keluar dan membasahi tangan Frans Chan.
“kau mengatakan ini bukan urusanmu, benarkah? Aku hanya
ingin kau meyakini perasaanmu sendiri sebelum segalanya terlambat..., datang
bersamaku malam ini..., jika kau menyukai Si Won, malam ini kau tak akan
terlambat...”jelas Hee Chul dengan tatapan sedikit licik.
“aku tak memiliki waktu untuk...”
“aku akan menjemputmu sesegera mungkin..., aku telah
memiliki alamat kantormu..., akan ku pastikan aku akan menjemputmu...” Hee Chul
tak meneruskan kata-katanya dan meninggalkan Frans Chan untuk melanjutkan
syutingnya.
Frans Chan diam dan menatap marah pada Hee Chul kemudian
membanting kaleng minumannya begitu saja dan menutup wajahnya dengan kedua
tangannya.
“kau mendengarkan aku tidak?”tanya Dong Wook yang sedang
menjelaskan tentang sistem di perusahaan pada Dhicca yang terus menerus menatap
ke arah lain.
“yak..., aku mendengarkanmu...kau fikir aku tuli...”sungut
Dhicca dengan jengkel lalu kembali menekuni kertasnya.
“tentu saja..., kau terus menatap handphonemu..., sedang
menunggu kekasihmu menelphonemu?”sindir Dong Wook lalu melempar sebuah map ke
arah Dhicca,”pelajari..., besok aku akan mengujinya padamu...”
Dhicca membuka map itu dan terpekik ngeri dengan isi yang
harus dia hafalkan semalaman,”apa kau memerintahku menghafal tentang saham
selama 5 tahun ini? Kau fikir aku robot atau sejenis boneka ..., ini
mustahil...”kesabaran Dhicca benar-benar di uji saat ini, setelah
memperkenalkan diri sebagai pewaris baru di perusahaan Eun Hwa. Semua mata
pemegang saham tampak meremehkan kemampuan Dhicca yang dinilai masih terlalu
muda, dan Dhicca tau bahwa dirinya di bicarakan di belakang itu membuatnya
sangat kesal.
“kau harus belajar memahami dengan cepat jika kau
benar-benar ingin di terima sebagai pewaris perusahaan nenekmu...”ucap Dong
Wook dengan nada datar,”cepat ikut aku..., kau harus memperkenalkan diri di
perusahaan ini...”
Dhicca menatap Dong Wook heran kemudian hanya diam
mengikutinya.
Sepanjang jalan mengelilingi perusahaan, orang-orang selalu
menunduk hormat pada Dhicca dan memberinya salam keramahan. Hingga tiba di
kantin perusahaan Dong Wook menariknya dan menyuruhnya duduk di sebuah tempat.
Dong Wook hanya diam dan membeli 2 capucino dan 2 sendwich.
“makanlah..., kau seperti kekurangan gizi saja..., aku tak
ingin jika nyonya Eun Hwa mengira aku menyiksamu...”perintah Dong Wook yang
dengan tenang meminum capucinonya.
Dhicca hanya diam dan
mulai menyantap sandwichnya sambil mencuri pandang ke arag Dong Wook,”kenapa?”
“apa?” tanya Dong Wook cepat.
“kenapa kau bekerja di tempat halmeoniku? Bukankah kau
memiliki perusahaan ayahmu?” tanya Dhicca sedikit bingung.
Dong Wook meletakkan capucinonya dan menatap Dhicca sesaat
dan mulai berkata,”ayahku menyuruhku untuk traine di perusahaan halmeonimu
setahun yang lalu..., aku akan segera menduduki jabatanku setelah aku berhasil
mengajarimu...itu syarat dari ayahku...”jelas Dong Wook.
Dhicca terdiam dan tertunduk sesaat lalu berkata,”maafkan
aku bersikap kurang menyenangkan tadi..., aku akan berusaha agar kau bisa
menduduki posisimu nanti...”Dhicca tersenyum tulus pada Dong Wook dan membuat
namja itu terdiam terpana.
“aku tak ingin pulang...”ucap Bella saat menatap motor Kwang
Min.
“wae? Ada masalah?”tanya Kwang Min heran.
“aku hanya merasa tak ada tempatku pulang...”Bella berkata
lesu dan tertunduk.
Kwang Min mendesah lalu turun dari motornya dan mengajak
Bella duduk di taman kampus,”katakan padaku apa masalahmu?”
Bella diam dan menatap ke arah papan pamflet tak jauh dari
situ,”aku benci jika aku harus mengetahui...hal yang aku lupakan..., kau tau
kan Kwang Min aku memiliki kakak yang saat itu ku ceritakan padamu..., mereka kembali...,
aku tak ingin kembali..., aku takut...” ucap Bella yang menceritakan
kegundahannya.
Kwang Min tersenyum dan menarik tangan Bella lalu menciumnya
seperti seorang ksatria,”kau cemburu?”tanyanya dengan nada sedikit
menggoda,”kau takut kasih sayang ummamu terbagi?”
Bella menatap Kwang Min ragu lalu
mengangguk,”ne...sepertinya..., entah mengapa aku seperti pernah mengalami ini
sebelumnya...”
Kwang Min menyentuh pipi Bella lembut agar menatap
matanya,”Bella yang ku kenal bukan tipikal wanita yang gampang cemburu..., aku
yakin bagaimanapun kau mengatakan bahwa kau ingin menjadi wanita seperti umma
mu..., kau mengaguminya bukan..., kau butuh bicara dengan umma mu... kau harus
berbicara dan mengatakan padanya apa yang sedang kau rasakan oke?”Kwang Min
tersenyum menatap Bella berusaha mendukung Yeojachingunya dan menumbuhkan
semangat padanya.
Bella membalas senyum Kwang Min dan mengangguk
setuju,”ne...”
“kajja..., ayo kita pulang..., tapi sepertinya aku perlu
mentraktirmu sesuatu...”ingat kwang Min yang langsung tersenyum jahil pada
Bella.
“sudahlah...”Bella mencoba beranjak dari duduknya namun
oleng dan jatuh tepat di pelukan Kwang Min,keduanya terdiam saat Bella yang
terjatuh tadi tanpa sengaja mengecup bibir Kwang Min.
Agak lama keduanya baru sadar dan bangkit,”mi...mian...”ucap
Bella keki dan mencoba memposisikan tongkat ketiaknya dengan benar.
“y...ya...”angguk Kwang Min yang tak kalah terkejutnya.
Keduanya saling tersipu dan diam menunduk dalam fikiran masing-masing. Keduanya
saling bertatapan dan tertawa,”pertama kali setelah kita resmi berpacaran...,
tapi sepertinya caranya agak terlalu buruk ya...” aku Kwang Min.
“yak..., kau ini...”bella tersipu malu namun Kwang Min
mengusap lembut kepala Bella.
“lain kali..., akan lebih baik dari ini...” janji Kwang Min
yang membuat Bella semakin tersipu.
“yak...Kwang Min...ish kau membuatku malu...sudahlah kita
pulang...”Bella berbalik menutupi wajah merahnya diikuti Kwang Min yang terus
mengatakan ciuman mereka yang tidak di sengaja.
Ji Yong berdiri di sudut jendela, menatap Bella dengan
tatapan kosong dan perasaan mengganjal di hatinya melihat kejadian tadi,”apa
semuanya terlambat?”batin Ji Yong berbicara.
“hati-hatilah dan tolong jangan ngebut...”pinta Lina saat
Rindi memasuki mobil Nickhun yang akan membawa Rindi ke psikiater.
“ne nuna..., kami pergi dulu...”ucap Nickhun dengan sopan
menunduk pada Lina, mobil meninggalkan halaman dengan Rindi yang melambai
senang ke arah Lina sebelum akhirnya pergi.
Lina akan berbalik masuk ketika sebuah mobil yang di
kenakannya datang dan parkir tepat di tempat Nickhun meletakkan mobilnya.
“Halmeoni....”pekik Lina sambil menghampiri nenek Herlina
yang tiba-tiba datang.
“Lina..., aku merindukanmu...”sang nenek memeluk Lina erat
kemudian melepaskannya.
“ada apa halmeoni datang kemari? Ayo kita bicara di dalam...”
ucap Lina dengan sedikit terkejut dan menatap ke mobil tak ada Herlina di
sana,”ada apa? Halmeoni tak bersama Herlina atau Hyung?”
“aku ingin berbicara di taman saja...”ucap sang nenek yang
langsung berjalan ke arah belakang taman,”aku memang tak memberitahukan mereka
aku akan datang ke sini..., aku hanya ingin berbicara denganmu...”ulang sang
nenek lalu duduk di salah satu kursi taman,”wow..., taman yang indah Lina....,
tak salah aku menginvestasikan uangku padamu...”
“gomawo halmeoni...”tunduk Lina sopan lalu duduk di sebelah
sang nenek yang langsung menarik tangannya.
“aku ingin kau tinggal di rumah kami setelah
pernikahan...”ucap sang nenek dan membuat Lina terkejut.
“halmeoni tapi Hyung mengatakan bahwa...”
“aku sudah tua Lina..., aku mengerti perbedaan usiamu dengan
Hyung hanya terpaut satu tahun saja..., apa kau mengerti aku ingin ada yang
merawatku di saat aku tua ini..., aku tak bisa mengharapkan De Jin dan
menantunya yang hanya memikirkan pekerjaan mereka saja...” Lina terdiam saat
sang nenek mengatakan ‘menantunya’ itu berarti istri Hyun Jong yang di
maksud,”...aku menyayangimu nak..., kau membuat hidup Hyung lebih terarah
semenjak dia kehilangan kedua orang tuanya dan tunangannya...”
“tu..., tunangan?” tanya Lina dia baru mengetahui jika Hyung
sempat memiliki tunanngan.
“kau belum tau?” tanya sang nenek dengan nada heran,”Hyung
atau Herlin tak pernah menceritakannya padamu?” tanyanya beruntut.
Lina menggeleng pasti,”aku tak pernah mendengar itu
halmeoni...”
Sang nenek sempat menatap mata Lina dan mencari ada
kebohongan tidak di matanya, sang nenek mendesah ringan lalu menceritakan apa
yang terjadi dan membuat Lina sedikit syok,”Hyung pernah bertunanngan dengan
istri Hyun Jong sekarang ini..., saat itu Hyung menyelesaikan studinya karena
aku yang memintanya, Hyung melamar Nie Sha, aku tau Nie Sha telah akrab dengan
kami termasuk De Jin yang menyukai Nie Sha..., Nie Sha berasal dari golongan
yang strata dengan kami..., De Jin tau itu dan mempertemukan dengan Hyun
Jong..., entah bagaimana tiba-tiba Nie Sha memilih Hyun Jong dan memutuskan
begitu saja Hyung..., aku tak habis fikir apa yang di fikirkan De Jin saat
itu...sejak saat itu Hyung menjadi tak terkendali... aku tak bisa berfikir lain
lagi... sekarang yang ku inginkan adalah orang yang betul-betul mencintai
cucuku Hyung...”jelas sang nenek dan membuat Lina benar-benar tak dapat
berkata.
“aku tak tau jika Hyung menyukai Nie Sha...”ucap Lina lirih
pada akhirnya kata-kata itu saja yangdapat terlontar dari mulutnya.
“aku menceritakan ini bukan untuk menjauhkan mu dari Hyung
seperti yang di lakukan De Jin yang menjodohkannya dengan anak konglemerat lain
semalam...”rutuk sang nenek mengingat protes Hyung yang ,menyangkanya
menjodohkan dengan orang lain sedangkan dia akan menikah dengan Lina sebentar
lagi,”apa kau keberatan Lina? Aku tau siapa kau dan aku tau hubunganmu dengan
Hyun Jong cucuku dari De Jin...”
Lina menatap sang nenek dengan tatapan
ragu,”hal...halmeoni...”
“maafkan aku Lina sebelum aku memutuskan menerimamu sebagai
calon istri Hyung aku menyelidikimu..., aku tau kau pernah menikah dengan Hyun
Jong dan kau memiliki anak darinya..., kau tak perlu menutupi lagi segala
sesuatunya Lina...”sang nenek berkata dengan sangat pelan.
Benar-benar membuat Lina sedikit bingung dan ragu untuk
berkata dan bertanya sesuatu,”jika... jika halmeoni tau segala asal usulku...,
kenapa halmeoni... masih mau menerimaku?” tanya Lina bingung.
Sang nenek menatapLina dengan senyum hangatnya dan mengusap
punggung Lina lembut,”karena kau berhasil mengubah Hyung Ku dan berhasil
merebut hatiku..., kau datang dengan ketulusan..., aku bisa merasakan itu dan
aku menyayangimu....seperti anakku sendiri...”
Keduanya terdiam lama dan sibuk dalam fikiran masing masing.
Hingga sang nenek kembali meminta,”tinggal lah bersama kami..., tidak
sepenuhnya kau hanya tinggal di rumah Hyung yang tak jauh dari rumahku...”
Lina tau bagaimana kondisi kawasan hunian keluarga Kim yang
sangat luas dan berada dalam satu kawasan hanya berjarak rumah dan kebun yang
luas. Rumah sang halmeoni hanya berjarak
beberapa meter dan di halangi pagar besar dari rumah Hyung yang di pagari oleh
tanaman hias. Sementara rumah De Jin berjarak 3 paviliun dari rumah sang nenek
dan rumah Hyun Jong bersama istri barunya berada di ujung taman di dekat rumah De Jin sang ibu. Untuk
masuk ke area tanah keluarga Kim satu sama lain cukup di tempuh dengan hanya
berjalan kaki saja, Jika Lina dan Hyung menikah sang nenek berniat memberikan
rumah besar yang di kelilingi kebun bunga serta kolam ikan yang agak terpisah
jauh dari rumahnya.
Lina tau itu semua tapi dia tetap mencintai rumah
mungilnya,”halmeoni aku...”
“aku tau makanya aku memberimu dan Hyung rumah besar itu
agar kau bisa membawa anak-anakmu beserta adikmu..., jadi aku mohon Lina...”pinta
sang nenek berulang.
“halmeoni tau kan bagaimana nyonya De Jin membenciku..., aku
hanya...”Lina berusaha membantah.
Namun sang nenek menyela,”karena itu lah... jangan takut
pada De Jin nak..., karena kau salah mendidiknya hingga dia bersikap arogan
seperti ini..., kau menolak bukan karena kau ingin menghindari Hyun Jong kan?”
tanya sang nenek sedikit menyelidiki.
Lina tersentak kaget kemudian menunduk,”mianhe
halmeoni...mianhe...”
“aku mengerti..., kau masih mencintai Hyun Jong...”
Lina menggeleng kuat berusah membantah,”a...ani... yang ku
cintai sekarang ini hanya Hyung...”
“benarkah? Jika kau mencintai Hyung tentunya kau akan mau
tinggal di rumah kami...” serang sang nenek yang terus menyudutkan Lina.
Lina diam hatinya sungguh bingung untuk menjawab permintaan
sang nenek untuk tinggal di rumah Hyung namun pada akhirnya Lina menyerah dan
mengangguk,”baiklah Halmeoni..., aku setuju untuk tinggal di sana...” ucap Lina
pada akhirnya.
“bagus..., kau memang calon Hyung yang paling baik...” sang
nenek memeluk Lina erat dan membuatnya hanya tersenyum tipis,” seminggu lagi...
kau akan menjadi menantuku...”
Kata-kata sang nenek membuat Lina tersadar dan melotot lalu
menatap sang nenek dengan gugup,”se....seminggu? Halmeoni? Apa amaksud
halmeoni?” tanya Lina tak mengerti atau lebih tepatnya bingung.
“aku mempercepat pernikahan kalian...seminggu lagi...,
akutak sabar berlama-lama menunggu kalian..., lebih baik aku percepat saja...
toh pada akhirnya kalian juga akan menikah...”ucap sang nenek santai seperti
tak ada beban.
“se....semingguuuu...”
“HALMEONI...”pekik Hyung yang datang dengan tergesah sambil
membawa sebuah surat undangan.
“upz..., si tempramen datang...”ucapnya dengan nada cueknya
sang nenek ini membiarkan Hyung menumpahkan kekesalannya dengan keputusan
sepihak sang nenek.
“kenapa halmeoni? Bukankah sudah ku katakan, jangan campuri
urusan kami lagi...”ucap Hyung Lina berusa mendamaikan Hyung namun sia-sia.
“kalian pada akhirnya akan menikah untuk apa lagi aku
menunggu aku tak ingin De Jin menjodohkanmu dengan orang lain lagi..., cukup
Lina saja...”jawab sang nenek dengan sangat formal.
“ya..., tapi kan biarkan kami yang...”Hyung berusaha
membantah lagi namun tatapan sang nenek mebuat Hyung terdiam.
“aku tau kau akan protis tapi aku sudah menyebarkan seluruh
undangan, dan Lina setuju untuk tinggal di rumah besar yang akan ku berikan
padamu...” kata De Jin dengan penuh kemenangan.
“Mwo? Halmeoni aku akan tinggal di sini...”putus Hyung.
“Hyung sudahlah...” pinta Lina.
“ani...aku tak ingin melihat kalian bersesakan tinggal di
rumah kecil ini..., kau tega melihat Herlina yang akan mengikutimu hah? Jangan
pabo nak... sudah ku putuskan... kalian akan tinggal di sana...”bantah sang
nenek dengan tegas.
Pada akhirnya Hyung tak bisa memenangkan perdebatan dengan
sang nenek dan hanya diam menahan geramnya.
Setelah sang nenek pulang Hyung hanya meremmas kartu
undangan pernikahannya dengan Lina.
“kau pasti keberatan dengan semua ini...”ucap Hyung dengan
nada putus asa.
Lina tersenyum kecut dan duduk di samping Hyung,”tidak buruk
juga bukan..., halmeoni terlalu menyayangimu...”
“bukan aku yang di sayanginya tapi wajah appaku yang ada
padaku yang di sayanginya...”ringis Hyung dengan perlahan Hyung menganggkat
wajahnya dan mengusap rambutnya hingga berantakan,”aku sudah berjanji akan
menunggumu perlahan menyukaiku..., jika kita akan tinggal di rumah itu..., akan
ku usahakan kau tak akan di ganggu bibi De Jin...”
Lina mengangguk dan tersenyum pada Hyung,”ne..., aku bisa
menjaga diriku Hyung dan seperti janjiku juga aku akan mulai mencintaimu...”
“aku bersukur saat herlina memintamu untuk menjadi kekasih
pura-pura ku pada awalnya aku memang menyukaimu..., takdir memang benar-benar
dhasyat...”kenang Hyung.
Lina kembali teringat saat pertemuan pertamanya dengan Hyung
yang benar-benar membuat jengah,”yak..., saat itu kau sedang bermesraan dengan
Yeoja lain...”
“waktu itu aku belum mengenalmu..., dan saat itu kau
ahjumma-ahjumma cerewet..., kau bahkan melemparku dengan sepatumu...”ucap Hyung
dengan sedikit senyum nakalnya.
“mwooo..., ahjumma...ish..., kau mulai mengesalkan
lagi...”Lina yang kesal menatap Hyung sebentar dan beranjak dari duduknya.
“kau mau kemana?”Hyung menarik Lina kemudian
memeluknya,”jangan kesal..., maafkan aku...”
“Hyung...lepskan...”ucap mLina yang merasa malu. Namun Hyung
dengan erat merapatkan pelukannya,”yak...kau ini...”
“benar juga halmeoni mempercepat pernikahan kita..., aku
pasti akan membahagiakan mu...”Hyung melepas pelukannya namun tetap tangannya
melingkari pinggang Lina. Keduanya saling bertatapan dan Hyung tersenyum pada
calon istrinya,” Naneun neoreul sarang hada (aku mencintaimu...)...”Hyung mengkissu
bibir Lina sangat lembut dan membuat Lina tersentuh hingga menerimanya begitu
saja.
“kau suka jalan-jalan?”tanya Nickhun pada Rindi yang
tersenyum mengangguk.
“ne..., sangat sangat suka..., apalagi bersama tuan malaikat...”ucap
Rindi seperti anak-anak berusia 5 tahun.
Nickhun tersenyum dan mengusap rambut Rindi lembut.
Mobil Nickhun memasuki pelataran sebuah rumah sakit yang
terletak di sudut kota dengan pemandangan yang sangat indah. Perlahan Nickhun
turun dan membantu Rindi turun dari mobilnya.
Rindi memandang ketakutan orang-orang yang bermain sendiri
dan berbicara tanpa objek, namun dengan sigap Nickhun merangkulnya dan
menuntunnya memasuki gedung utama.
“kau akan membawaku bermain kan?” tanya Rindi sedikit
gemetar di pelukan Nickhun.
“tentu saja setelah kau bertemu dengan temanku...”jawab
Nickhun dengan lembut.
Rindi terdiam menatap sebuah ruangan dan akan merengsak (?)
kabur jika Nickhun tak menahannya.
“jangan takut..., kau tak akan di apa-apakan..., akan
menyenangkan karena temanku akan mengajakmu bermain...”Nickhun berusaha
menenangkan Rindi.
Rindi hanya diam saat Nickhun menuntunnya kesebuah ruangan.
“kau sudah datang...”ucap seorang namja dengan wajah berseri
lalu menjabat tangan Nickhun,”lama sekali aku kira kau membatalkannya...,
apakah nona manis ini yang kau maksud?” tanya Baksanim muda itu.
“Eli..., kau membuatnya ketakutan...”ucap Nickhun saat Rindi
bersembunyi di balik tubuh Nickhun.
“oh..., mianhe...baiklah...baiklah...aku akan mencoba
berteman dengannya dulu...”ucap dokter barnama Eli itu.
Perlahan dokter muda itu mendekati Rindi lalu tersenyum
ramah,”annyeong..., kau pasti nona Rindi..., jangan takut padaku..., kau ingin
bermain tidak?” tanyanya dengan nada kekanak-kanakan pula.
“aku ingin.... bermain dengan malaikat saja...”ucap Rindi
yang masih ketakutan.
“baiklah..., bagaimana jika malaikat mau bermain
denganku?”tanyanya lagi.
Rindi terdiam ragu lalu menatap Nickhun,”kau ingin bermain
dengannya?”
“tentu saja..., dia teman yang menyenangkan...”angguk
Nickhun.
Keduanya akhirnya berhasil membujuk Rindi masuk kesebuah ruang
pemeriksaan jiwa.
Rindi melakukan berbagai pemeriksaan yang tak di
sadarinya,dokter namja muda itu benar-benar hebat, bahkan tak terasa sudah 5
jam mereka melakukan pemeriksaan pada Rindi, hingga akhirnya dia kelelahan dan
tertidur di sofa.
Nickhun menatap sayu pada Rindi dan membelai lembut rambut
Rindi dengan penuh sayang.
“kau pasti lelah menemaninya di serangkaian tes mental...,
ini...”Eli memberikan secangkir coffe pada Nickhun yang langsung menerimanya.
“aku ingin dia segera kembali dan melupakan Hyung
ku...”tekad Nickhun dengan perlahan dia meminum coffenya.
“ya..., Nickhun... kau tak akan bisa memaksanya seperti
itu..., dia terlalu mengalami shock..., dan dia terlalu mencintai Jong Hun sunbae...”jelas Eli lalu menyerahkan kertas
laporan pada Nickhun,”itu kau serahkan pada keluarganya..., kau boleh memilih
dia untuk rawat jalan atau kau biarkan dia tinggal di sini..., akan lebih
efektif bagiku jika dia tinggal di sini...”ucap Eli lalu duduk di sofa di
sebelah Nickhun.
“tinggal di sini?”Nickhun menatap sahabatnya itu dengan
tatapan sedikit terkejut.
“ne..., perawatan intensif..., Rindi mengalami guncangan
mental yang harus di sembuhkan dengan menjauhi sementara kenangan di mana dia
pernah bersama dengan Jong Hun sunbae..., dia akan selalu mengingat sunbae dan
terus menyiksa dirinya karena menganggap itu kesalahannya..., tapi itu
tergantung keluarganya...”jelas Eli dengan ringan lalu melepas jas putihnya dan
melemparkan ke sofa kosong yang lain.
Nickhun hanya diam kemudian menatap lekat Rindi yang
tertidur.
Bella turun tepat di depan rumahnya setelah Kwang Min pergi,
Bella menatap rumah itu dengan tatapan sedikit aneh. Langkahnya bukan masuk
melainkan berbalik ke arah lain menjauhi rumahnya.
Tongkat ketiaknya memperlambat setiap gerakannya dan hanya
beberapa meter berjalan Bella telah kelelahan. Sambil menyeka keringatnya Bella
berhenti di sebuah halte bis dan terduduk sayu.
Bella menatap sekeliling dengan pandangan familiar, selama
ini setelah dia keluar dari rumah sakit Bella tak pernah menginjakan kaki di
halte bis di dekat rumahnya. Bella terus menatap sekeliling dengan tatapan
pusing hingga dia melepaskan tonkat ketiaknya dan membuat kaget orang-orang
yang menunggu bis di dekatnya. Bella meremas kepalanya dengan sangat keras,
sekelebat ingatan terngiang di kepalanya yang di rasakannya seperti akan pecah.
‘Lari...lari...’ teriakan itu benar-benar membuat kepala
Bella berputar hebat.
“BELLA...”pekik sebuah suara yang tak di perdulikan Bella
yang terus meremas kepalanya.
“hei..., ada apa denganmu Bella...”pekik Ji Yong dengan nada
panik.
“siapa...”Bella berusaha mencari tongkatnya namun dia
terjatuh hingga lututnya tergores dan berdarah.
“Bella...”Ji Yong langsung mengangkat Bella yang terdiam
menatap Ji Yong kaget.
“ba...baksanim...”Bella berusaha turun namun Ji Yong
membawanya ke mobilnya dan meletakkan Bella di kursi penumpang di sebelah
pengemudi. Ji Yong kembali setelah mengambil tongkat ketiak Bella dan
meletakkan di jok belakang.
“kau mau pergi kemana?”tanya Ji Yong dengan penuh perhatian
pada Bella.
“kembali saja...baksanim...”jawab Bella dengan wajah yang
menahan malu.
“katakan saja tujuan lain aku akan mengantarmu..., kau tak
ingin pulang kan?”tanya Ji Yong dengan nada serius.
Bella terkejut Ji Yong mengetahui isi hatinya dan hanya
tertunduk sambil menyebut sebuah tempat,”Namsan...” tanpa banyak bicara Ji Yong
melajukan mobilnya ke tempat tujuan.
Tsatsa tersenyum mendengar percakapan ibunya dengan Hyung di
taman saat Tsatsa sedang mencoba berdiam diri,dia tau saatnya sang ibu
melupakan appanya yang telah menikah dengan orang lain, dan ibunya berhak
bahagia dengan atau tanpa appanya.
Tsatsa meraba laci mejanya dan mencari sesuatu.
Tsatsa menarik kotak itu dari lacinya dan membuka perlahan
isi di dalamnya. Untaian gelang perak dan ukiran lilin di rabanya dengan penuh
sayang.
“kau masih menyimpannya??”ucap Kyuhyun yang tanpa
sepengetahuan Tsatsa masuk ke dalam kamarnya.
“Oppa Kyu..., kau kah itu?” tanya Tsatsa meletakkan kembali
gelang perak dan ukiran lilin ke kotaknya.
“ne... Tsatsa...”Kyuhyun menggenggam tangan Tsatsa yang
menggapai ke udara. Kyuhyun menatap kotak di sebelah Tsatsa,”mian..., aku
membuatmu terkejut..., tapi aku telah meminta izin dengan ibumu..., katanya kau
sedang sakit?”tanya Kyuhyun dengan khawatir lalu memegang kening Tsatsa lembut.
“ani..., umma hanya terlalu khawatir saja..., aku hanya sedikit
butuh istirahat saja...”ucap Tsatsa menenangkan,”oppa..., ada apa oppa datang
ke sini?”tanya Tsatsa heran,”oppa tak ada show?”
“hanya merindukanmu...”
“mwo? Oppa jangan coba menggombali aku lagi...”Tsatsa berpura-pura
membalik badanya namun hal itu terlihat lucu bagi Kyuhyun hingga dia tertawa.
“jangan begitu..., sudahlah..., aku tak ada acara hari
ini..., aku hanya ingin mengajakmu jalan...”ucap Kyuhyun kali ini nadanya
serius.
“eodie?”tanya Tsatsa,”kau ingin membawaku untuk mengecek
kesehatan mataku lagi?”tanya Tsatsa curiga,”Oppa aku belum mengatakannya pada
umma...”
“aku tau Tsatsa..., jangan khawatir..., kali ini aku ingin
mengajakmu bersenang senang...kau mau kan?”tanya Kyuhyun dengan sedikit
romantis membelai punggung tangan Tsatsa.
Tsatsa menarik tangannya dan meraba pipi Kyuhyun dengan
lembut lalu mengangguk,”baiklah...”Tsatsa mencari jaketnya.
“kajja...” Kyuhyun menuntun Tsatsa keluar dan bertemu Lina
serta Hyung di ruang tamu,”m...bibi..., aku ingin membawa Tsatsa
jalan-jalan..., apakah bibi mengizinkanku membawanya?”
“ne..., tentu saja... jangan terlalu malam oke...”senyum
Lina ramah pada Kyuhyun.
“gomawo bi..., ahjussi...”Kyuhyun menunduk kemudian menuntun
Tsatsa perlahan pergi.
“kenapa Bella belum kembali...”Lina menatap jam dindingnya
lalu mengambil secangkir minuman dan menyerahkannya pada Hyung.
“ada apa? Bagaimana kau akan mengatakannnya pada
anak-anakmu?” tanya Hyung setelah meminum coffenya.
“soal kepindahan? Aku akan mengatakan pada mereka besok...”
jawab Lina lalu duduk di sofa tepat di depan Hyung.
“kau akan selalu bertemu dengan Hyun Jong...”ucap Hyung
kemudian.
Lina terdiam kaku menatap Hyung,”a...apa?”
“kau mungkin akan bertemu dengannya..., akan sulit
bagimu..., aku hanya khawatir kau...”
“yak Hyung’a..., aku sudah mengatakan berkali-kali bukan aku
akan mencoba mencintaimu..., itu berarti aku sudah melupakan dirinya..., lagi
pula... yang aku takutkan adalah ahjumma mu...”keluh Lina dengan sedikit nada
kebohongan di dalamnya.
Hyung beranjak dari kursinya lalu menggenggam tangan
Lina,”jangan khawatir okey..., setidaknya setelah menikah bibi ku yang sangat
galak itu tak mencoba untuk menjodohkanku dengan orang lain lagi...”Hyung
menenangkan Lina lalu mengecup kening Lina lembut,”aku akan melindungimu...”
Saat dalam suasana romantis itu tiba-tiba Taemin masuk tanpa
menyadari kondisi.
“upz..., mianhe nyonya...mianhe...”tunduk Taemin berulang
hingga Hyung menggeser duduknya dari Lina yang ikut gugup.
“a...ada apa Taemin?” tanya Lina keki.
“mianhe nyonya tapi ada namja yang ingin bertemu dengan
nyonya...”ucap Taemin masih merasa bersalah.
“namja?” tanya Lina penasaran, tanpa banyak bicara Lina
menghampiri namja itu dan terpekik siapa yang ingin bertemu dengannya.
“kkkaaa...u...”ucap Lina dengan nada ½ panik dan gugup.
“Lina...”ucap Namja itu penuh kerinduan...
“apa?”ucap Linda agak kesal pada Jun Ki yang selalu
memarahinya saat berlatih panah di doojonya.
“gerakanmu selalu salah..., sudah ku katakan berulang kali
ini harus di sejajarkan...”omel Jun Ki dengan nada memerintah.
“yak..., aku baru 1 jam di sini bagaimana aku bisa ingat
secepat itu..., cih...kalo tidak karena ini film perdanaku aku tak akan mau di
latih namja galak seperti mu...”Linda kembali menarik busur panahnya dengan
kesal dan coba membidik sasaran namun meleset.
Jun Ki menatap Linda dengan tatapan aneh, dia tau Linda
bukan miliknya lagi sekarang tapi Jun Ki ingin merebutnya..., merebut
Yeojachingunya kembali.
“yak..., ada apa denganmu? Kau berniat mengajari aku tidak
sih?”tegur Linda yang merasa selalu di perhatikan Jun Ki.
Jun Ki tersadar dari lamunannya dan menghela nafas
sesaat,”baiklah...aku akan mengarahkanmu sekali oke...” Jun ki menegakkan busur
yang di pegang Linda dan menumpukan tangannya di tangan Linda hingga keduanya
saling berdekatan.
Linda sebenarnya sedikit gugup dengan perlakuan Jun Ki kali
ini dia tak bisa fokus benar-benar membuat jantungnya berdegup kencang.
Sementara itu Seung yang datang menatap proses latihan Linda
dengan cemburu,”kenapa harus dia pelatihnya?”ucap Seung dengan dingin.
“karena dia pelatih terbaik di Seoul...”jawab Rezty yang
terus menatap ke arah Jun Ki.
“ck...sial...”geram Seung dengan nada menahan amarahnya dia
mengepal tangannya dengan kuat.
“pergi... tidak...”ucap Frans Chan setengah melamun di meja
kerjanya, setelah dia kembali.
“yak..., cepat buat laporan sebelum atasan membentak
kita...”tegur So Nam.
“ish...”ucap Frans Chan kesal, 15 menit Frans Chan
mengerjakan laporannya tiba-tiba Hee Chul datang dengan wajah tak bersalahnya.
“annyeong para penegak hukum..., aku membawakan kalian
snack..., tapi bolehkah aku membawa Frans Chan pulang duluan?” tanya Hee Chul
dengan mata penuh harap.
“yak apa yang kau lakukan? Aku sedang mengerjakan
laporanku...”ucap Frans Chan merasa malu.
“kau harus berdandan kan...”bisik Hee Chul jahil,”aku
mohon...”
“tentu saja tentu saja...”angguk Zie dengan bersemangat.
“yak tapi...”So Nam berusaha membantah.
“sudahlah..., cepat kau bawa Frans Chan pergi...”ucap Zie
dengan bersemangat.
“gomawo cantik...”Hee Chul mengedipkan matanya lalu menarik
Frans Chan dan mengambil jaket serta tasnya kemudian menarik Frans Chan pergi.
“Hee Chul lepaskan aku tidak mau pergi...”ucap Frans Chan
setelah tiba di parkiran.
“wae? Kau takut?” tanya Hee Chul.
“a...aku...”Frans Chan tertunduk ragu.
“jika kau ragu..., apakah itu berarti kau masih
mencintainya?” tanya Hee Chul lagi.
Frans Chan mendelik pada Hee Chul lau berkata,”baiklah kita
pergi...”
TBC....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar