Sabtu, 25 September 2010
Sinopsis Mr. Goodbye Episode 16 Finale (Spoiler)
Soo Jin cemas menunggu kedatangan Hyun Suh dan Yoon.
"Tidak peduli apa yang akan terjadi padaku, aku ingin menjadi ayah yang sesungguhnya." Ia teringat Hyun Suh berkata. "Walaupun mungkin hanya dalam waktu yang singkat. Tidak menghilang, tidak sebelum ia memiliki ayah yang sesungguhnya. Dikemudian hari, bagi Yoon, kenangan ini tidak akan terasa singkat."
"Paman." panggil Yoon ketika ia dan Hyun Suh berjalan pulang bersama.
Hyun Suh tidak mau menjawab.
"Ayah." panggil Yoon lagi.
"Ya?" jawab Hyun Suh.
Yoon tertawa.
"Yoon, ada satu hal lagi yang ingin kukatakan padamu." ujar Hyun Suh. "Seperti anak ayam, ayah juga..."
"Ayah juga?"
"Tidak." kata Hyun Suh, mengurungkan biatnya. "Aku akan memberitahumu lain kali saja."
Young In pindah lagi ke apartemen Hyun Suh. Di dekat pintu masuk, ia berpapasan dengan Hyun Suh, yang juga baru pulang.
"Kau minggat lagi?" tanya Hyun Suh.
"Sekarang, ini rumahku." jawab Young In.
"Apa aku pernah bilang akan memberikan rumah ini?" tanya Hyun Suh datar.
"Kalau begitu, rumah kita." ralat Young In.
Hyun Suh membantu Young In mengangkat tasnya.
"Apa yang Paman katakan?" tanya Soo Jin pada Yoon.
Yoon tertawa. "Ia adalah ayah Yoon."
"Lalu?"
"Kami pipis bersama." jawab Yoon, tertawa senang. "Ibu, kenapa kau tidak mengatakan kalau Paman adalah ayah?"
Soo Jin terrdiam.
Pihak hotel kalang-kabut mendengar berita mengenai penyakit jantung Yoon Hyun Suh.
"Kudengar penyakitnya serius. Ia mungkin akan segera mati." ujar koki pada Young Kyu.
Young Kyu kemudian menghadapi Hyun Suh. "Tolong pikirkan kembali apa yang terbaik untuk Young In." katanya.
"Apa maksudmu?" tanya Hyun Suh.
Young Kyu menoleh ke arah Young In, yang saat itu sedang melihat ke arah mereka. "Kita bicara di lift." ujarnya pada Hyun Suh.
Di elevator, Young Kyu bertanya pada Hyun Suh. "Apa kau sakit?" tanyanya.
Hyun Suh hanya diam.
Hyun Suh kembali ke ruangannya. Disana, sudah ada sekretaris baru untuknya.
Hyun Suh berjalan mendekati jendela.
Tidak lama kemudian, Young In menelepon. "Apa kau baik-baik saja?" tanyanya.
"Haruskah aku keluar dari hotel?" Hyun Suh bertanya balik. "Mungkin kau merasa tidak nyaman. Gosip yang dibicarakan para karyawan semuanya tidak salah."
"Tidak apa-apa." kata Young In. Ia berkata bahwa pekerjaan Hyun Suh sudah sangat baik, untuk apa keluar? Young In juga mengingatkan Hyun Suh untuk meminum obatnya.
Seseorang menelepon Young Kyu. Young Kyu telihat cemas kalau-kalau ada seseorang disekitarnya.
Hyun Suh datang ke ruangan Park Jung Moon.
Park Jung Moon mengatakan pada Hyun Suh bahwa mereka tidak bisa membiarkan posisi General Manager, yang mulanya ditempati Kang Chul Goo, kosong.
"Aku berpikir untuk memilih seorang karyawan secara langsung." kata Hyun Suh. "General Manager adalah seorang pekerja hotel dan ibu bagi pada karyawan. Kita harus percaya pada para karawan."
"Apa kau percaya pada para karyawan?"
"Ya." jawab Hyun Suh. "Kau sangat peduli pada karyawan. Aku masih jauh tertinggal."
Sepulang latihan bela diri, Yoon menelepon ibunya.
"Yoon?" jawab Soo Jin.
"Aku hanya menelepon." kata Yoon, mematikan telepon. Setelah itu, ia menelepon Hyun Suh.
"Yoon?" jawab Hyun Suh.
"Aku hanya menelepon." kata Yoon, mematikan telepon lagi.
Yoon tertawa senang, mengangkat ponselnya tinggi-tinggi seraya berjalan pulang.
Di lain sisi, Hyun Suh merasakan sakit lagi di dadanya.
Malam itu, Young In sudah memasak makan malam untuk Hyun Suh. Ia menunggu Hyun Suh pulang dengan melihat ke luar jendela, ke arah bawah.
Hyun Suh berjalan pulang. Ia mendongak ke arah kamarnya dan melambaikan tangan pada Young In.
Young In tersenyum, walaupun sebenarnya merasa sedih.
Hyun Suh menoleh ke arah jam yang baru dipasang Young In. Ia tidak terlihat senang. Ia sudah cukup muak mendengar bunyi tik tok jam di jantungnya.
"Bisakah kita tidak memasang jam itu?" pinta Hyun Suh.
"Kenapa?"
"Tidak apa-apa." jawab Hyun Suh. "Saat aku tinggal bersamamu, aku tidak ingin tahu berapa waktu yang sudah berlalu."
"Tapi aku harus tahu waktu." kata Young In. "Jam 10, aku harus memastikan bahwa kau meminum obatmu tepat waktu. Dan pada jam 8, aku harus mengingatkanmu untuk makan dan minum obat."
"Baiklah kalau begitu." ujar Hyun Suh, mengalah.
Selesai makan, Hyun Suh berlari ke kamar mandi dan muntah.
Young In mencuci piring dan membersihkan rumah. Tidak lama kemudian, seseorang menekan bel.
Young In melihat lewat kamera. Ada ibunya di depan pintu. "Ibu?!" serunya terkejut.
Mi Hee memaksa masuk ke apartemen. Young In melarangnya dan terpaksa keluar menemui ibunya.
"Aku sudah mendengar semuanya." kata Mi Hee, membicarakan penyakit Hyun Suh. Ia menarik Young In. "Ayo pergi."
Tidak lama setelah Mi Hee menarik Young In, Hyun Suh melihat sepatu Young In terjepit diantara pintu.
"Aku tidak mau pergi." kata Young In, di depan elevator. "Aku tidak akan pergi sampai ia mati."
"Sampai dia mati?!"
"Tidak." jawab Young In. "Selama aku bisa hidup dengannya. Aku akan hidup dengannya semur hidupnya."
Mi Hee menarik Young In masuk ke elevator. "Jalanilah hidup yang mudah!" katanya. "Aku tidak bisa melihat putriku menjalani cinta dan hidup yang sulit. Aku tidak mau melihat itu!"
Young In dan Mi Hee tarik-menarik di dekat elevator.
Dengan tenang, Hyun Suh mengambil sepatu Young In yang terkepit di pintu kemudian meletakkannya dekat kaki Young In.
"Pulanglah." katanya. "Aku tidak tahu bahwa ternyata kau tidak memberitahu ibumu. Aku terlalu berpikiran pendek. Cepatlah pergi."
"Aku tidak mau." kata Young In.
Mi Hee menarik Young In masuk ke dalam elevator.
"Baik, aku akan pergi dan memberitahu ibuku." kata Young In pada Hyun Suh. "Setelah itu, aku akan kembali."
Hyun Suh kembali ke kamarnya dan tidur sendirian malam itu. Ia merasa terganggu karena bunyi detik jam.
Hyun Suh bangkit. Ia mengambil dan melepas batere jam itu. Ia duduk bersandar di dinding, mencoba tidur.
Keesokkan harinya, Hyun Suh dibangunkan oleh Young In. "Ayo kita sarapan." katanya.
Hyun Suh bingung.
"Secara benar dan jujur, aku menceritakan segalanya pada ibu." kata Young In. "Kami bertengkar dan aku datang kemari."
"Bagaimana jika ia datang lagi?" tanya Hyun Suh.
"Aku akan dipaksa pulang dan aku akan kembali lagi. Aku akan terus kembali kemari." jawab Young In.
Hyun Suh tersenyum. "Kenapa seorang putri yang baik bisa menjadi seperti ini?" tanyanya.
"Putri yang baik itu sedang jatuh cinta." jawab Young In. "Kau senang aku kembali, bukan?"
"Tidak." jawab Hyun Suh, berbohong.
Hyun Suh duduk di ruang makan bersama Young In. Jam sudah bergantung kembali di dinding.
Young In mengatakan bahwa jam mati pukul 8.23 sampai ia kembali dan menyalakannya lagi. "Apa yang kau lakukan saat itu?"
"Saat jam mati, aku juga mati." jawab Hyun Suh. "Karena kau tidak ada disini."
"Aku punya permintaan untukmu." kata Kyle pada Hyun Suh. "Kuharap kau bersedia memenuhinya. Tolong rekomendasikan aku sebagai General Manager Empire Hotel. Aku akan tetap tinggal di sini, di Seoul."
"Kenapa?" tanya Hyun Suh heran. "Kupikir Nikko akan menjadi hadiah yang besar untukmu."
Kyle terdiam.
"Apa karena Choi Young In?" tanya Hyun Suh lagi.
"Aku ingin tetap dekat dan menjaganya." jawab Kyle. "Dan terlebih lagi, aku mencintai hotel ini."
"Lebih dari Nikko?"
"Nikko adalah segalanya untuk ayahku." ujar Kyle. "Aku sudah memutuskan untuk berusaha keras demu hotel ini."
Hyun Suh tersenyum. "Presiden Nitoshi akan bangga sekali padamu." katanya, menyetujui permintaan Kyle.
Kyle menunduk untuk berterima kasih. "Dibandingkan semua orang, aku ingin mendapat pengakuan darimu, Direktur."
"Jangan lupa bahwa ini hanya permulaan."
Mi Hee datang ke hotel untuk membujuk Young In agar meninggalkan Hyun Suh. Tapi Young In menolak.
"Ibu, menurutmu mana yang lebih sulit, meninggalkan pria itu sekarang atau tetap mencintai dan berada disisinya sampai ia mati?" tanya Young In. "Aku melakukan hal yang paling mudah, ibu. Hanya inilah yang ingin kulakukan."
"Lalu bagaimana kedepannya? Setelah ia mati, apakah tidak akan sulit?" tanya Mi Hee.
"Tentu saja akan sulit." kata Young In, mencoba membuat ibunya mengerti. "Tapi... mencintai jauh lebih baik dibandingkan tidak mencintai."
"Tolong, Young In..." bujuk Mi Hee.
Young In hanya tersenyum.
Hyun Suh mengajak Yoon bermain di museum boneka. Yoon masih sering salah memanggil Hyun Suh 'paman' dan bukannya 'ayah'.
"Kau adalah ayahku, tapi kenapa kita tidak tinggal bersama?" tanya Yoon. "Kau baru memberitahuku sekarang karena kau bercerai dengan ibu?"
"Bukan begitu." jawab Hyun Suh.
"Orang tua temanku juga bercerai, jadi mereka tidak hidup bersama." kata Yoon.
"Yang sebenarnya adalah... ayah sedikit sakit jadi kita tidak bisa hidup bersama."
"Sakit seperti apa?"
"Seperti anak ayam." jawab Hyun Suh.
Yoon sangat terkejut. "Kau harus kerumah sakit!"
"Anak ayam tidak pergi ke rumah sakit."
"Karena itulah mereka mati tanpa mengatakan apa-apa padaku!" kata Yoon.
"Karena itulah ayah memberitahukanmu." ujar Hyun Suh.
"Dimana kau sakit?" tanya Yoon.
Hyun Suh menunjuk dadanya. "Disini." katanya. Ia mendekatkan kepala Yoon ke jantungnya. "Kau bisa mendengar sesuatu?"
Mulanya Yoon tidak bisa mendengar, tapi ia diam dan mencoba mendengar. "Apa ada jam disana?" tanya Yoon. "Apa kau memakan jam?"
Hyun Suh mengangguk. "Ya."
Yoon bertanya kenapa Hyun Suh memakan jam.
Hyun Suh menjawab karena dulu ia terlalu sibuk dan sering sekali melihat ke arah jam. Mungkin karena itu si jam marah dan masuk ke tubuh Hyun Suh.
"Yoon, orang yang baik tidak sering melihat jam." pesan Hyun Suh pada Yoon. "Jangan hidup terlalu sibuk. Jangan hidup dengan terlalu sering melihat jam. Lihat ke depan. Lihat ke sekeliling. Lihatlah ke saat sekarang kau berada. Melihat anak ayam dan melihat rumput yang bergerak tertiup angin. Hiduplah seperti itu." Hyun Suh hampir menangis.
"Jika jam mati, ayah akan mati." ujar Yoon. "Akulah yang seharusnya menangis. Kenapa ayah menangis? Jangan menangis. Aku akan melakukan apapun untuk ayah, jadi jangan menangis."
Di apartemen, Soo Jin menemui Young In.
"Young In... apapun yang terjadi, serahkan Hyun Suh padaku." kata Soo Jin.
"Kenapa?"
"Ini bukan operasinya yang pertama." kata Soo Jin. "Ini operasinya yang kedua dan dengan kondisi yang buruk, teknologi yang berbeda... Ia ingin hidup. Ia memohon padaku dan memintaku menyelamatkannya. Bukan karena aku, tapi karena kau dan Yoon. Aku harus menyelamatkan temanku. Young In... bisakah kau menyerahkan Hyun Suh padaku. Hanya sebagai seorang dokter."
"Dia.. ingin hidup... Ia memohon padamu agar menyelamatkan nyawanya?" gumam Young In sedih.
Hyun Suh mengantar Yoon pulang.
"Aku bertemu Young In hari ini." kata Soo Jin.
"Kenapa?"
"Memintanya menyerahkan kau padaku." jawab Soo Jin.
Hyun Suh marah dan keluar dari mobil. Ia berseru pada Soo Jin bahwa ia ingin mati. "Ini hidupku!" serunya. "Kenapa dengan egois kau melakukan semua sesukamu?! Apa kau akan puas jika aku mati di tanganmu?! Begitu?!"
"Hanya dengan transplantasi organ." kata Soo Jin. "Tidak ada cara lain. Lima tahun lagi, jika operasi jantung tersebut salah, bukan hanya jantung, tapi organ yang lain juga rusak. Mesin yang kau miliki saat ini sangat rapuh dan bisa saja rusak seperti kantong plastik. Aku tidak bisa diam saja. Semua ini membuatku cemas. Dia juga mengantung jam di dalam rumah. Dia tidak mengetahui bahwa jantungmu juga berbunyi seperti jam! Apa kau ingin mati lebih cepat? Begitu?"
Yoon mendengar pertengkaran mereka berdua,
"Kau mengatakan semua itu padanya?!" teriak Hyun Suh.
"Ya! Aku mengatakan semuanya!" teriak Soo Jin. "Dia harus tahu. Dia harus tahu agar kau bisa hidup!"
Mendadak, Hyun Suh dan Soo Jin mendengar Yoon menangis. Hyun Suh menggendong dan membawa Yoon pergi. Tidak memedulikan Soo Jin yang memanggil dengan cemas.
Soo Jin menangis.
Hyun Suh pulang ke apartemen membawa Yoon. Young In menyambutnya dengan (berusaha) terlihat ceria.
Soo Jin menelepon. Hyun Suh mengatakan bahwa Yoon akan menginap di apartemennya malam ini.
"Yoon akan menginap?" tanya Young In.
"Kau tidak suka?" tanya Yoon.
"Bukan aku tidak suka... tapi..."
"Kau tidak menyukai Yoon?" tanya Yoon dengan ekspresi memelas.
"Kau harus pulang dan tidur." kata Young In.
Yoon cemberut, memelototi Young In.
Hyun Suh tertawa. "Kita bertiga... ayo bermain."
Hyun Suh, Young In dan Yoon bermain tebak kata. Jika ada yang salah, maka hukumannya adalah wajahnya akan ditempeli dengan biji semangka.
Setelah selesai bermain, mereka bermain permainan kejujuran. Mereka harus menjawab setiap pertanyaan dengan jujur.
Yoon tertidur.
Hyun Suh bertanya pada Young In sejak kapan Young In menyukainya. Secara tidak langsung, Young In menjawab saat Hyun Suh menggaruk punggungnya di super market.
Young In menanyakan pertanyaan yang sama pada Hyun Suh. Hyun Suh menjawab saat Young In mengatakan suka dan menanyakan bagaimana perasaan Hyun Suh padanya di hotel.
"Kurasa aku akan tidur nyenyak hari ini." kata Hyun Suh. "Aku mengantuk. Aku merasa senang karena merasa mengantuk. Aku senang karena tidur disisi orang-orang yang sangat berarti untukku. Memiliki seseorang yang bisa kuajak bicara sebelum tidur. Benar-benar hal yang menyenangkan."
"Kau tidak pernah tidur nyenyak?" tanya Young In.
Hyun Suh dan Young In akhirnya tertidur.
Ketika Young In sudah tertidur, Hyun Suh membuka lagi matanya dan memandang Young In. Hyun Suh kemudian memejamkan mata dan menangis.
Soo Jin berangkat untuk menjemput dan mengantar Yoon ke sekolah.
Keesokkan harinya, Young In bangun pagi-pagi. Ia mulai memasak untuk sarapan. Tanpa ia sadari, jam di dinding telah mati.
Di hotel, seorang pria bernama Justin Kim datang untuk menggantikan kedudukan Hyun Suh sebagai Direktur Executive.
Young In menoleh ke jam dinding yang mati dan tertawa. "Dia melepas beterenya lagi." katanya. "Kenapa ia sangat membenci jam ini?"
Young In mengambil jam dinding itu. Baterenya masih ada. Ia bingung. "Ini aneh." gumamnya. "Aku kan baru saja membeli batere ini."
Young In duduk di ruang makan, tersenyum melihat Hyun Suh dan Yoon yang masih tertidur pulas.
Di kedai ibu Hyun Suh, seorang tukang pos mengirimkan surat. Ibu Hyun Suh membuka dan membacanya. Surat dari Hyun Suh untuk ibunya.
Young In terus menunggu Hyun Suh bangun. Tapi Hyun Suh tidak juga bangun.
"Aku ingin hidup." ujar Hyun Suh. "Sekali lagi. Satu jam lagi. Aku ingin hidup denganmu, Young In. Saat inilah, saat dimana aku ingin sekali hidup. Saat ini, aku bahagia. Walaupun sulit, aku ingin tetap hidup. Jaga dirimu. Selamat tinggal."
BY_PUTRI FITRIANANDA
princess-chocolates.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar