“SPRING IN LOVE 33” (봄 사랑에)
Frans Chan berdiri di pemakaman Jinai. Air matanya telah
habis, benar-benar dirinya merasa terpukul dengan keadaan ini. Santha masih
saja menangis di pusara Jinai. Sementara Si Won berdiri tak jauh dari situ.
“ayo...”Frans Chan membantu Santha bangkit berdiri melangkah
meninggalkan pemakaman yang perlahan mulai sepi.
“Frans Chan...”
Frans Chan menatap Santha yang terus menyebut namanya,”wae?”
“kau kembali..., kemana saja kau?” tuntut Santha yang masih
sesegukan menahan tangis harunya.
“aku tak ingin membicarakan hal ini di tempat mengerikan
seperti ini...” Frans Chan bergidig ngeri dan sempat menengok ke arah makam
Jinai sebelum akhirnya benar-benar pergi.
“aku akan mengantar mu...”ucap Si Won ketika ketiganya tiba
di luar gerbang pemakaman.
“ani..., aku harus bekerja..., aku bisa menggunakan taxi
sendiri...”jawab Frans Chan berusaha menolak ajakan SI Won.
“ikutlah bersama kami..., di mana kau bekerja kami akan
mengantar...”pinta Santha sambil menggenggam tangan Frans Chan erat.
“tidak..., tidak... orang itu akan mengantarku..., kita akan
bicara... caffe Glato saat makan siang...”Frans Chan tersenyum pada Santha dan
melepas genggaman tangannya kemudian
berjalan cepat ke arah mobil Hee Chul yang telah terparkir menunggu.
Si Won terus menatap Frans Chan hingga masuk ke dalam mobil
Hee Chul dan pergi.
“kenapa kau tak ikut dengan mereka?” tanya Hee Chul heran.
“apa perlu menjelaskan?” tanya Frans Chan dengan nada datar
dan beralih memandang keluar,”aku akan langsung pergi bekerja..., kau bisa
menurunkanku di halte terdekat...”tambah Frans Chan.
“aku akan mengantarmu...”Hee Chul tidak meneruskan
kata-katanya dan terus fokus menyetir.
“kau..., tak apa Bella?” tanya Lina lalu meletakkan segelas
air putih di meja di sebelah tempat tidur Bella.
Bella terus terdiam dan menunduk di dekat jendela tanpa
menjawab pertanyaan ibunya.
“ada apa?” tanya Lina bingung.
“bisakah umma meninggalkanku sendiri?” pinta Bella dengan
nada berbeda.
Lina terdiam dan menatap Bella serta perubahannya,”ada apa?
Katakan pada umma, dari semalam kau aneh, apa kau marah pada umma?” tanya Lina
dengan penuh hati-hati.
“tidak...”jawab Bella singkat.
“kalau begitu umma yang akan bicara padamu...”Lina tau nada itu
hanya pengelakkan apa yang di rasakan Bella sebenarnya, hati kecilnya
benar-benar mengerti bahwa ada sesuatu. Lina menarik kursi dan duduk tepat di
depan Bella lalu memegang tangan Bella lembut,”maafkan umma...,umma tak
bermaksud untuk tidak memperhatikanmu Bella..., apa yang ingin kau katakan...,
katakanlah pada umma...”pinta Lina dengan nada lembut.
“...” Bella diam menatap Lina dengan tatapan ragu,”aku tak
ingin di teraphy lagi atau berobat umma..”jawab Bella.
“Wae?”
“aku tak ingin lebih merepotkan umma lebih banyak lagi...,
hanya jika aku tak memiliki sesuatu,, malam itu... semua kesalahanku umma, aku
terjatuh kelubang itu..., seharusnya aku tak membuat umma serepot ini lagi...,
setelah kematian umma appaku...”ucap Bella tertunduk.
Lina terdiam, apakah Bella telah kembali mengingat? Apakah
dia sudah...,”kau mengingat semuanya Bella?” tanya Lina dengan perlahan.
Bella mengangguk pelan dan menatap Lina,”mianhe..., aku
terlalu merepotkan umma...”tunduk Bella denganpenuh perasaan bersalah.
“apa yang kau katakan Bella..., kau adalah anakku..., sudah
semestinya aku melindungimu nak..., kau masih tak menganggapku ibumu? Apa aku
begitu terasing bagimu?”tanya Lina dengan sorot kesedihan,”katakan pada umma,
apa kau tak menyukaiku sebagai pengganti ibumu?”
Bella terkejut dengan kata-kata Lina, bukan itu maksudnya
hanya saja Bella tak dapat mengekspresikan apa yang dia rasakan Bella
menggeleng pelan,”bukan itu umma...”
Lina hanya diam menunggu kata-kata selanjutnya yang akan di
ucapkan Bella.
“umma akan menikah...”Bella memutuskan kata-katanya agak
lama,”aku, bingung umma..., aku menyerah...takut... umma aku takut...”tangis
Bella akhirnya pecah, setelah selama belasan tahun Lina tak pernah melihat
Bella menangis. Lina memeluk Bella erat, tau apa yang menjadi fikiran Bella dan
tau masalah yang membuat sang anak pada akhirnya mengeluarkan air mata
menyedihkan.
Linda terbangun pagi itu, menatap sayu sekeliling dan
menatap tubuhnya yang di selimuti jaket tebal milik Jun Ki. Linda sadar Jun Ki
tak ada di ruangan itu. Dia bangkit dan mencari sosok Jun Ki.
“ya..., kau di mana?” bisik Linda perlahan.
“kau merindukanku?” tanya Jun Ki yang menempelkan gelas
berisi coffe pada Linda yang terkejut.
“y...yak...kau ini...”sungut Linda yang langsung menerima coffe
itu.
Jun Ki tersenyum lalu menyeret kursi di sebelahnya dan duduk
berhadapan dengan Linda yang tertunduk,”ada apa denganmu? Kau sakit?” tanya Jun
Ki yang langsung meraba kening Linda.
“ish...”Linda menampik tangan Jun Ki pelan berusaha
menyembunyikan wajahnya yang memerah.
“wae? Kau aneh...” ucap Jun Ki lalu meminum coffenya tanpa
rasa bersalah.
Linda memberenggut dan meletakkan coffenya di meja,”sudahlah
aku harus kembali jika tidak Seung akan panik dan mecariku...”Linda berusaha
beranjak dari posisinya namun Jun Ki menariknya hingga Linda mendekat dan
menatap matanya. “a...apa...” Linda terdiam gugup menatap mata indah Jun Ki
namja yang di rasakan aneh olehnya.
“sejak kapan kau bertambah cantik? Apa yang telah ku
lewatkan selama ini?” tanya Jun Ki pada dirinya sendiri, tangannya membelai
lembut pipi Linda.
“kenapa? Kenapa aku tak bisa menolak sentuhannya ini?” hati
Linda berkata lirih. Linda hanya diam dengan perlakuan Jun Ki. Sekelebat
ingatan aneh bermunculan di kepalanya hingga dia mengingat wajah Seung, namja
yang menjadi tunangannya saat ini,”andwe...”ucap Linda lalu menarik diri dari
Jun Ki,”mianheo..., aku harus pergi...”ucap Linda yang langsung berlari dari
ruangan itu dan berpapasan dengan Hyu Gie yang baru saja datang.
“nona...” kata-kata Hyu Gie hanya menggantung pendek dan Linda
terus berlari pergi.
“ada apa? Ada apa denganku?” ucap Linda sesampainya di dalam
mobil. Dengan perasaan aneh menyelimutinya Linda mengarahkan mobil menuju
apartemennya.
“Seung...”ucap Linda setibanya di apartemennya, tampak Seung
bersandar kedinding sambil memejamkan matanya. Linda berusaha mendekat perlahan
dan memegang pundak kekasihnya itu.
“dari mana saja kau? Semalaman aku menunggumu..., ada apa
dengan handphonemu?” ucap Seung langsung
membuka matanya dan menatap Linda tajam.
“a...aku...”ucap Linda terbata,”handphoneku rusak...,
mianhe..., aku pergi ke apartemen Rezty...”Linda beralasan mencoba menutupi apa
yang terjadi.
“benarkah?”tanya Seung ragu dan menatap Linda lebih
tajam,”benarkah kau bersama Rezty?”
“n...ne...tentu saja...”angguk Linda lalu mengambil kunci
kamarnya.
Seung mendesah pelan lalu menarik Linda,”tinggal lah di
apartemenku...”ucap Seung tiba-tiba.
Linda terdiam kaku baru kali ini dia merasa ragu untuk mengikuti rencana
Seung.
“wae? Kau tak suka? Atau ada sesuatu?” Seung berkata penuh
kehati-hatian.
“a...anieyo..., hanya saja..., aku... aku rasa tak akan baik
jika para wartawan atau netizen tau jika kita tinggal bersama?”Linda memberikan
alasan yang semakin membuat alis Seung berkerut tajam.
“kau hanya beralasan, kita sudah melakukan hal yang lebih
dari itu..., dan saat itu tak ada masalah bagimu..., lebih baik kau tak ku
biarkan terjun ke dunia ke artisan jika akan begini jadinya, kita sudah akan
menikah...”Linda tersadar akan kata-kata Seung yang tajam, ani..., tapi hatinya
saat ini benar-benar ragu di buatnya. “katakan...”
“ani..., aku mohon hingga kita menikah saja..., kau bisa
bersabar kan? Aku tak hanya memikirkan diriku..., tapi kau dan ayahmu...” Linda
menyandarkan kepalanya kedada bidang Seung lalu kembali berkata,”kau dan appamu
harus berbaikan hingga kita menikah..., aku ingin ahjussi mengantarku dengan
gaun putihku menuju namja tampan dengan toxedonya...,kau mau kan? Aku ingin
membuktikan pada ahjussi bahwa aku tak memanfaatkanmu...”Linda mencoba
menenangkan Seung dengan kata-katanya yang dalam alasannya memang benar adanya.
Ayah Seung kurang menyukai Linda yang di adopsi keluarga dekatnya setelah Linda
mengalami kecelakaan yang membuatnya tak ingat siapa dirinya.
“h...” Seung memeluk Linda erat dan mencium puncak kepala
Linda dengan lembut,”baiklah..., aku mempercayaimu..., jangan kecewakan aku...”pinta
Seung.
Linda mengangguk dan mengeratkan pelukannya berusaha
melupakan masalah yang datang tadi.
“jadi begitu? Aku tak sanggup melepaskan Rindi...”ucap Lina
saat Nickhun datang kembali.
“ne Rindi harus berpisah sementara waktu..., jangan khawatir
tempatnya tak terlalu jauh dari Seoul...” tambah Nickhun dengan nada
membenarkan.
Lina diam menatap Rindi yang sedang bermain dengan bunga mae
di depan,”tapi aku..., tak tega padanya..., Rindi adikku satu-satunya dan aku
harus mengirimnya ketempat mengerikan seperti itu? Aku tak bisa membayangkan
lebih dari ini...”
“jika Nuna tak ingin akan sulit bagi Rindi untuk sembuh...,
mianhe..., aku hanya ingi Rindi segera pulih...” Nickhun menunduk pada Lina
yang masih menatapnya dengan berat.
“baiklah..., tapi bisakah kau membawanya setelah
pernikahanku?” pinta Lina memberikan syarat.
Nickhun mengangguk setuju,”ne..., gomawo nuna... gomawo...,
percayakan Rindi padaku..., dia akan baik-baik saja...” janji Nickhun.
“algesseyo...(baiklah) aku percaya karena kau begitu
mencintai Rindiku..., tolong jaga Rindi dan ku harap kau tak akan
menyakitinya...” pinta Lina tersenyum ramah pada Nickhun.
“tentu nuna..., sekali lagi..., gomawo...”
“Lina...” sapa Herlin yang baru saja tiba.
“Herlin..., maaf aku akan meninggalkanmu sebentar...”Lina
menunduk sekali lalu menghampiri Herlin di depan,”ada apa? Kenapa kau datang?
Apa halmeoni lagi?”tanya Lina penasaran.
Herlina mengangguk berat,”ne..., Halmeoni menyuruhmu datang
dan viting gaun pengantin..., selain itu... kudengar dari Hyung...oppa Hyun
Jong mengalami kecelakaan dan mengingat semuanya..., benarkah?”ucap Herlina
dengan nada gusar.
Lina hanya mengangguk pelan dan berkata lirih,”aku tak ingin
mengecewakan halmeoni dan Hyung..., jadi jangan di bahas lagi..., aku mohon...”pinta
Lina.
“algesseyo..., bersiaplah aku akan menunggumu...”
“nyonya...”ucap Kwang Min yang baru saja
tiba,”annyeonghaseo...”
“ne annyeong..., kau ingin menjemput Bella?” tanya Lina
sedikit terkejut.
Kwang Min mengangguk,”ne... nyonya... apakah Bella ada?”
Lina menatap Herlina yang tak mengerti,”mianhe Kwang Min...,
tapi aku rasa hari ini Bella tak bisa kuliah..., dia sedang kurang enak
badan...” Lina sedikit berbohong dengan kondisi Bella.
Dengan wajah kecewa Kwang Min menunduk,”baiklah aku akan
datang lagi besok...,sillyehamnida nyonya...” Kwang Min pergi dengan motornya
dan harus sedikit kecewa.
“ku rasa kau berbohong padanya...”jawab Herlina spontan.
“ada sedikit masalah..., oh ya sebelum viting, bolehkah aku
mengantarkan Bella untuk therapy?” tanya Lina.
“tentu saja...”
“nuna...” sapa Nickhun yang sempat menunduk kilat pada
Herlina,”bolehkah aku membawa Rindi berjalan ke taman?”
“ne..., pergilah..., aku akan pergi jika kau tak keberatan
bisakah kau menjaga Rindi lagi untuk hari ini? Mianhe akan sangat
merepotkanmu...”pinta Lina.
“ne jangan khwatir aku akan menjaganya...” Nickhun sempat
tersenyum pada Herlina dan Lina sebelum menghampiri Rindi yang asyik bermain.
“siapa dia? Apakah kekasih Rindi?” tanya Herlina penasaran.
“ne..., ku rasa... calon adik ipar...” senyum Lina dengan
evilnya.
“ck..., bagaimana aku dengan Nam Gil...”keluh Herlina sebal.
“wae? Kau dan dia baik-baik saja kan? Aku rasa kau terlalu
kurang percaya diri... ck kalian terlalu kurang romantis...”sindir Lina dan
langsung berlari kekamarnya.
“yak..., dasar kau ini...” pekik Herlina kesal.
“aku bisa pergi sendiri Halmeoni...”ucap Dhicca saat itu.
“ani..., kau bahkan belum memilikisurat mengemudi..., kau
harus bersama sekertaris Jang...”tolak Eun Hwa.
“halmeoni...” Dhicca akan memprotes ketika Dong Wook datang.
“annyeong..., mianhe nyonya aku datang di saat seperti
ini..., tapi aku hanya ingin memastikan muridku bekerja hari ini...”ucap Dong
Wook yang semakin membuat Dhicca kesal.
“untung kau datang, anak bodoh ini bersikeras akan menyetir
sendiri...”ucap Eun Hwa dengan nada jengah.
“wow..., akan menyenangkan melihat wanita panik di dalam
mobil..., baiklah kami harus segera bekerja...” Dong Wook menudnuk pada Eun Hwa
kemudian menarik Dhicca pergi.
“yak lepaskan aku...”ronta Dhicca kesal.
Dong Wook terus memaksanya masuk ke dalam mobil dan
memakaikan seatbelnya dengan sedikit hentakan hingga Dhicca hanya pasrah. Dong
Wook duduk di kursi kemudi dan menyetir dengan tatapan bosan.
“biarkan aku pergi ke suatu tempat...” pinta Dhicca
akhirnya.
“eodie (kemana?)” tanya Dong Wook singkat.
“kau tak perlu tau..., turunkan aku di halte
depan...”perintah Dhicca.
“naneun geojeol (aku menolak)”jawab Dong Wook tegas.
“mwo? Yak kau ini...”
“apa yang kau harapkan? Bermain? Kau ini seorang pimpinan
sekarang..., bertanggung jawablah atas tugas yang kau terima..., hari ini kita
akan mempelajari saham...”bantah Dong Wook, tak ada lagi pembicaraan setelah
itu. Dhicca dengan wajah kesalnya hanya diam menatap lurus sambil melipat kedua
tangannya ke dada tanpa mengatakan apapun lagi, percuma jika berdebat dengan
namja salju ini..., yakin batin Dhicca.
“umma..., tak apa jika kami ikut?” tanya Tsatsa yang duduk
di kursi belakang mobil Herlina bersama Bella.
“tidak apa-apa..., sekalian saja kita memeriksa
matamu...”senyum Lina.
Tsatsa terdiam dan menunduk,”umma...”
“ne...”
“aku..., aku memiliki pendonor mata...”ucap Tsatsa perlahan.
“mwo?” pekik Lina dan Herlina berbarengan hinggo mobil itu
berhenti mendadak.
“mianhe...”ucap Herlina kembali fokus menyetir.
“kau tak mengatakannya pada umma? Benarkah itu sayang? Umma
bahagia kau akan segera dapat melihat...”komentar Lina berusaha tidak membuat
Tsatsa bertambah bingung.
“katakan...”bisik Bella perlahan.
Tsatsa menghela nafas berat dan kembali berbicara,”aku tak
pernah menyangka umma..., Oppa Kyu begitu memperhatikanku..., dan semalam dia
mengenalkan aku dengan kedua orang tuanya...., tapi aku takut umma..., aku
takut jika aku berfikir ini hanya sebatas rasa kasihan...”jelas Tsatsa pada
akhirnya.
Lina tersenyum lalu berbalik ke belakang,”kau mencintainya
bukan?”
“ne...”
“kau harus percaya pada pasanganmu nak..., jangan takut apa
yang akan terjadi kelak..., umma lihat Kyuhyun sangat mencintaimu..., umma bisa
lihat dari mata dan sikapnya..., umma yakin 100% dia akan selalu bersamamu ...dan
itu bukan karena perasaan kasihan...”yakin Lina lalu menggenggam tangan Tsatsa
lembut.
“nde...” Tsatsa merasa tenang dengan kata-kata ibunya dan
mencoba untuk tidak memikirkannya lagi.
“Bella...”ucap Lina pada Bella yang sedang diam dan
menerawang jauh menatap ke luar jendela.
“ne umma...”jawab Bella setelah tersadar dari lamunannya.
“ani...”Lina kembali ke posisinya dan sempat melirik Bella
sekilas.
“kau ibu yang baik...”senyum Herlina dengan tetap
berkonsentrasi pada setirannya.
“gomawo...” Lina hanya tersenyum sekilas dan kembali sibuk
dengan fikirannya.
“semua baik, catatnnya bagus, hanya saja kau terlalu stres
dan kurang percaya diri..., apa yang kau fikirkan?” tanya Ji Seob sambil
membaca catatan kesehatan Bella.
“a...ani..., mungkin saja aku terlalu lelah...”Bella
beralasan.
Lina menatap kasihan sang anak lalu berbicara,”theraphy atau
obat? Aku harap therapy saja, tapi apa yang terjadi dengan kepalanya?” tanya
Lina.
Ji Seob meletakkan catatan itu lalu menatap Lina dengan
serius,”theraphy tanpa kepercayaan diri akan percuma saja..., nyonya... kau
harus memotivasi semangat Bella..., dalam banyak hal... ingatan yang hilang
bisa saja kembali karena tekanan emosional yang dapat mengingatkannya pada masa
lalu..., sebaiknya ajak Bella untuk refresing sejenak...”saran Ji Seob lalu
menuliskan sesuatu di kertas,”theraphy akan di lakukan setelah melihat kondisi
Bella 2 minggu lagi..., aku hanya akan memberikan obat penenang dan beberapa
multivitamin dengan dosis rendah..., jika sakit di kepala mulai, jangan berikan
obat penenang terlalu banyak...”saran Ji Seob lalu menyerahkan kertas itu pada
Lina.
“kamsahamnida baksanim...”ucap Lina lalu menunduk dan
beranjak dari tempat itu bersama Bella.
“mianhe umma..., aku anak yang merepotkan...”ucap Bella
dengan tertatih, tongkat ketiaknya hampir membuatnya tersandung jika tidak di
tahan oleh Ji Yong yang tak sengaja lewat.
“oppa...”desah Bella, namun dengan segera dia berpaling dan
secepat dia bisa Bella meninggalkan tempat itu.
Ji Yong akan mengejar Bella namun dengan cepat Lina
mencegahnya,”boleh aku berbicara denganmu?”
Ji Yong sempat menatap ragu namun akhirnya mengangguk dan
mengikuti Lina ke arah lorong rumah sakit yang agak sepi.
“lupakan Bella...”pinta Lina dengan tegas.
“ahjumma...”
“tinggalkan Bella aku mohon..., ini semua demi kebaikan
Bella..., aku tak ingin dia terluka lagi dengan perasaannya...”jelas Lina dan
terus menatap Ji Yong dengan tatapan tegas,”kau tau Bella telah memiliki
kekasih dan sekarang Bella telah bahagia..., tolong lepaskan dia...”
“aku..., tidak bisa...”jawab Ji Yong lambat-lambat.
“wae? Kau suka menyiksa Bella..., dulu kau yang meninggalkan
Bella dan sekarang kau berulang kali membuat hatinya hancur..., kau... suka
melihatnya seperti itu?” tanya Lina penuh emosi.
Ji Yong terdiam lama dan kembali berkata,”berkali-kali aku
mencoba..., tapi aku tak bisa ahjumma...aku tak bisa melupakannya lagi untuk
kali ini..., aku tak bisa..., ku mohon jangan memaksaku lagi...” pinta Ji Yong
dengan perasaan frustasi.
Lina mendesah berat dan akhirnya berkata,”baiklah...,
baiklah... biarkan aku yang memisahkan kalian..., bagaimanapun aku tak bisa...,
tak bisa melihat Bella harus selalu mengharapkanmu...” putus Lina dengan tegas
kemudian meninggalkan Ji Yong sendiri dan frustasi.
“ada apa umma? Kenapa Bella menangis?”tanya Tsatsa sambil
menahan Bella yang terisak di pundaknya.
“ne ada apa Lina?” tanya herlina yang tak mengerti, Bella
datang kembali kemobil dan menangis.
“ani..., hanya sedikit masalah...”senyum Lina lalu membelai
punggu Bella lembut,”Bella..., berhentilah..., berhentilah mengharapkan Ji
Yong..., bagaimanapun umma tak akan membiarkan Ji Yong mendekat padamu..., umma
tak akan membiarkannya menyakitimu lagi nak..., berhentilah dan tatap
umma...”pinta Lina membantu Bella duduk tegap dan menatap Lina dengan tatapan
nanar.
“mi...mianhe umma...”
“berhenti menangis sekarang...”perintah Lina sambil mengusap
air mata Bella,”umma tak ingin melihatmu seperti ini lagi..., dan dengarkan
umma..., umma akan memindahkan kampusmu..., umma tak akan membiarkanmu
menangisi namja payah itu lagi..., dan dengarkan... apa kau tega menyakiti
Kwang Min?”
Bella terdiam kemudian menggeleng,”ani..., dia sudah terlalu
baik umma...”
“bagus...,jangan menangis lagi..., ingatlah nak, kau tak
membutuhkannya..., jangan mengharapkannya,, karena umma yakin Kwang Min akan
lebih bisa membahagiakanmu...”yakin Lina.
Bella hanya mengangguk lemah mencoba menanamkan kata-kata
Lina di hatinya, mulai saat ini.
“Frans Chan?” pekik Taemin dengan nada senang.
“di mana umma?” tanya FransChan dengan sikap sedikit agak
aneh.
“ummamu sedang viting pakaian pengantinnya bersama ahjumma
Herlina..., mungkin akan sangat lama...”ucap Taemin penasaran akan sikap Frans
Chan dan bertanya,”wae? Ada masalah?”
Frans Chan menggeleng dan tersenyum,”anieyo..., katakan pada
umma aku datang... aku akan datang besok...” jawab Frans Chan lalu menunduk
singkat pada Taemin dan pergi.
Frans Chan memegang selembar kertas bertuliskan sesuatu,”Kim
De Jin..., keluarga Jin di Daegu Nam..., umma... aku harap umma baik-baik
saja...” harap Frans Chan dengan nada kecemasan, sebelum meninggalkan rumah
Lina, Frans Chan sempat menatap rumah itu, ingatannya masih lekat 5 tahun lalu
saat rumahnya di serang oleh bom kaleng oleh antis bibinya, Frans Chan bertekat
tak akan terjadi lagi dan mempertaruhkan apa yang dia miliki untuk melindungi
anggota keluarga yang dia cintai.
Frans Chan mengayuh sepedanya menuju sebuah distrik
pemukiman dan berhenti di sebuah rumah kecil terhimpit gang di sebelahnya.
Perlahan Frans Chan masuk dan mengucapkan salam,”annyeong..., Frans Chan
imnida...”
Tak lama seorang wanita tua keluar dengan wajah lusuh
sehabis menangis,”kau temannya Jinai kan?”
“nde..., mianhe ahjumma..., aku baru datang..., aku ingin
mengembalikan barang Jinai yang sempat dia bawa...”ucap Frans Chan dengan
perasaan bersalah.
“ne.., masuklah... jika kau bisa... letakkan saja di
kamarnya, aku tak kuat masuk ke kamar anak itu lagi...”tangis ibu Jinai kembali
pecah,”aku tak tau anak itu akan berbuat seperti itu...”
Frans Chan mengusap punggung ibu Jinai perlahan hingga
sedikit tenang, Frans Chan berjalan pelan dan mebuka pintu kamar berwarna
coklat itu dengan berat. Hatinya sakit betapa dia harus masuk ke dalam ruangan
kenangan yang baru saja kosong itu. Frans Chan meletakkan bungkusan milik Jinai
di atas meja dan menemukan sebuah catatan harian milik Jinai.
Frans Chan tertarik dan memasukkan ke dalam tasnya untuk
suatu urusan penting, perlahan Frans Chan mulai menatap sekeliling kamar yang
tampak berbeda. Biasanya di ruangan itu ada poster besar boyband favorit Jinai
namun sekarang poster itu rusak dan di gantikan oleh foto-foto orang penting
dengan mengelilingi sebuah pusat dan tertancap jarum merah yang entah
melambangkan apa.
Frans Chan mendekat dan mengamati foto itu,”Jang Myong
Suk... bukan kah sudah tewas setahun yang lalu?” Frans Chan membuka notenya dan
menatap deretan nama lalu mencocokkannya,”ini... incaran para yakuza
itu...”pekik Frans Chan tertahan. Dengan cermat Frans Chan mencocokan catatan
nama itu dengan catatan yang di milikinya hingga tiba di foto yang dia kenal,”Kim
De Jin..., apa yang membuatnya diincar?”Frans Chan menggigit kuku jempolnya dan
berfikir keras,”bagaimanapun aku harus masuk ke keluarga ini...”yakin Frans
Chan. Lama berkutat Frans Chan mengambil foto-foto itu dan memasukkannya ke
dalam tas kemudian meninggalkan kamar itu.
“ahjumma..., aku mengambil beberapa barang Jinai,
bolehkan?”tanya Frans Chan meminta izin.
“ne...” angguk ibu Jinai dengan lemah.
“gomawo ahjumma.., oh iya... ahjumma... aku mohon, jangan
katakan pada siapapun aku pernah ke sini..., jebal ahjumma...”pinta Frans Chan
lagi.
Ibu Jinai menatap Frans Chan kilat lalu mengangguk,”baiklah
nak..., gomawo...kau sudah mau datang..., bibi rasa Jinai sangat merindukanmu
dan Santha.
“ne...”senyum Frans Chan,”aku harus kembali bekerja
ahjumma...” Frans Chan meninggalkan rumah itu setelah di antar oleh ibu Jinai.
Dengan rasa penasaran tinggi Frans Chan segera mengayuh sepedanya menuju kantor
kepolisian.
“kau senang?” tanya Nickhun sambil menatap Rindi yang
bermain ayunan sambil memakan ice cream.
“tentu saja...., malaikatku...kau sangat baik...”ucap Rindi
kekanak-kanakan.
“...”Nickhun hanya tersenyum kemudian mengeluarkan
saputangannya dan mengelap sudut bibir Rindi dari ice yang menempel. Keduanya
saling bertatapan lama.
“Jong Hun...”ucap Rindi spontan. Dia menjatuhkan ice
creamnya dan menggigil ketakutan.
“Rindi...”Nickhun berkata panik.
“Jong Hun ku..., kau kan itu? Kau kan Jong Hun ku? Aku
merindukanmu..., jeongmal bogoshipo...”ucap Rindi di antara kesadarannya.
“berhenti menyebut nama itu RINDI”bentak Nickhun yang
membuat Rindi terkejut kemudian menangis,”mianhe...”Nickhun merasa bersalah
dengan kata-katanya tadi dan mencoba menghapus air mata Rindi.
“malaikat memarahiku..., dan ice creamku
jatuh...hueee...”tangis Rindi sejadinya.
“mianhe..., aku akan membelikanmu yang lebih besar...,
mianhe... berhentilah menangis...”pinta Nickhun mencoba terus menenangkan.
“benarkah? Gya.... malaikat aku sangat menyayangimu...”Rindi
memeluk Nickhun kemudian dengan cepat beranjak dari tempatnya dan menari kecil
di taman itu.
“kau pabo?” ucap sebuah suara.
“Hyung Jae Jong...”Nickhun menunduk dan sedikit
terkejut,”wae? Apakah ada pemotretan?”tanya Nickhun lagi.
“begitulah..., kau bersama yeoja? Kau tak takut?”tanya Jae
Jong sedikit menyindir.
Nickhun hanya tersenyum renyah,”aku baru memulai debut
Hyung... hanya sebagai model..., netizen belum akan terlalu
menyorotku...kecuali aku bersama mu sekarang..., kau terlalu populer...”.
“kau lucu..., sudahlah tak perlu memujiku lagi...,ku dengar
kau akan debut sebagai penyanyi?” tanya Jae Jong lagi.
“ne..., masih lama...itu hanya mendongkrak popularitas
management..., aku tak bisa bernyanyi dan harus bernyanyi..., tapi mereka mau
menuriti apa yang aku mau...”jawab Nickhun dengan nada sinis.
“kau benar, entertaiment adalah dunia yang mengerikan..., ya
Nickhun... setelah ku perhatikan itu Yeoja adalah aktris Kim Rindi bukan?”
tanya Jae jong lagi.
“kau...”
“dia sangat terkenal dengan cerita tragedinya..., di awal
debutnya...kabarnya di mengalami kecelakaan tragis yang membuat kekasihnya
mati... cerita mereka sangat terkenal dan aku rasa..., akan menjadi drama
sebentar lagi..., aku menerima skripnya...”jelas Jae Jong dengan nada malas.
Nickhun hanya terdiam dan mengerutkan alisnya tak suka,”ku
rasa aku tak akan menyukainya...”
“wae? Ash..., aku harus kembali...” tanpa menunggu jawaban
Nickhun, Jaejong meninggalkan nya begitu saja.
“siapa yeoja tadi malaikat?” tanya Rindi sambil
mengerucutkan bibirnya.
“yeoja? Ani..., dia namja...., kajja...kita harus ketempat
Elli untuk memberi tahunya...”ajak Nickhun dengan sikap lembut.
“ice cream?” Rindi menatap Nickhun penuh harap.
“ne...”
“cantik...cantik sekali...”pekik nenek Hyung sambil menatap
Lina di balut pakaian pengantin indah dan sangat pas,”bahan dari paris ini
memang cocok untukmu...”
“halmeoni...”Lina merasa tak nyaman dengan perlakuan nenek
Hyung yang berlebihan terhadap dirinya.
“kau memang cantik Lina...”senyum Herlina membenarkan
kata-kata sang nenek.
“umma luar biasa....”tambah Bella kagum.
“aku ingin melihat...” keluh Tsatsa kesal.
Wajah Lina bersemu merah semerah tomat dan hanya menunduk
malu,”semua pujian ini berlebihan aku sudah berumur 30 tahun lebih..., memakai
apapun aku akan nampak tua...”
“apa yang kau fikirkan ck..., ke mana si bodoh itu?” ucap
sang nenek gusar sambil menatap handphonennya.
“ada apa nek?”tanya Herlina bingung. Namun sang nenek
berjalan ke arah ruang tamu terpisah dari kamar tempat Lina mencoba pakaiannya.
“yak kemana saja kau..., cepat datang! Atau aku akan
mencekikmu..., mwo? Hyun?” nenek itu memelankan suaranya dan menatap keluar.
Hyung dan Hyun Jong baru saja tiba dan cukup membuat sang nenek terkejut.
“kau...”ucap sang nenek pada Hyun Jong.
“halmeoni aku merindukanmu...”Hyun Jong memeluk sang nenek
erat.
“Hyung Hyun meminta bertemu denganmu halmeoni..., jadi aku
membawanya kesini...” ucap Hyung merasa tak nyaman dengan keterkejutan sang
nenek.
“halmeoni..., bolehkah aku melepas....” Lina terdiam melihat
Hyun Jong yang ada di ruangan itu.
“waegurae?” tanya Herlina yang baru menyadari ada Hyun Jong
di ruangan itu.
Kelimanya saling terdiam. Hyun Jong mengamati Lina dari atas
hingga bawah dan menatap takjub padanya, Linanya tak berubah kecantikannya dari
dulu hingga sekarang.
“yak Hyung..., kau tak berkomentar apapun tentang pakaian
pengantin calon istrimu?” tegur sang nenek memecah ketegangan saat itu. Hyung
pun terpesona dengan Lina hingga terdiam.
“ne halmeoni..., dia sangat...cantik....” Hyung tak dapat
mengungkapkan lebih kekagumannya pada Lina saat itu hingga sang nenek
mendorongnya mendekat ke arah Lina dan membuat Hyun Jong mengerutkan alisnya
menahan cemburu.
“ck..., kalian sudah akan menikah beberapa hari lagi..., aku
akan berbicara dengan Hyun... kalian berbicara lah...”sang nenek menarik Hyun
Jong untuk mengikutinya pergi. Hyun Jong yang tampak enggan mengikuti sang
nenek dengan terpaksa harus mengikutinya.
“kalian berbicaralah..., aku berjanji pada Tsatsa untuk
mengajaknya berkeliling...”tambah Herlina yang langusng meninggalkan tempat
itu.
Lina masih terdiam dan menatap Hyung sambil tersenyum dan
berkata,”berlebihan ya?”
Hyung menggeleng kuat,”ani...,kau cantik sangat
cantik....”jawab Hyung membalas senyuman Lina dan mendekat ke arahnya, keduanya
terdiam lama hingga Hyung melanjutkan,”Hyun Jong ketika mendengar namamu di
sebut mengikutiku...”
Lina menatap Hyung dengan perasaan kembali bersalah,”jangan
khawatir Hyung...”
“aku..., bagaimanapun tak ingin melepaskanmu..., dengan
susah payah aku merebut hatimu dari Hyungku..., cintakupun sama dengannya...,
tapi aku akan bahagia bila kau bahagia..., jika kau inginkan... kita bisa
membatalkan pernikahan ini...”kata-kata Hyung membuat Lina terkejut dan menatap
dirinya.
“apa yang kau...”
“Hyun mengatakan akan menceraikan Nie Sha dan akan kembali
padamu...”Hyung menyela perkataan Lina dan membuatnya melotot dengan pernyataan
itu,”dia mengatakannya tadi..., dia berkata tak akan melepaskanmu..., Hyung
mencintaimu dan kau pun masih mencintainya..., sebelum sagalanya terlambat kita
bisa menghentikan semua ini...”.
Lina diam dan tak mampu berkata apapun, ada apa ini? Mengapa
hatinya merasa takut.
Hyung tau keraguan Lina dan kembali berkata,”aku tau kau tak
bisa memilih...,hingga hari pernikahan tiba, dan kau tak mengatakan apapun
berarti kau memilih Hyun..., Hyun mengatakan akan menculikmu saat pernikahan...
aku akan merelakan kalian...”senyum Hyung dengan nada getir di dalamnya,”tapi
jika sebelum itu kau mengatakan akan selamanya bersamaku..., masih ada harapan
untukku walaupun itu kecil...”
“apa Hyun yang mengatakn hal itu?” tanya Lina sinis.
“ani..., aku yang membuat rencananya..., aku tau... kau
masih mencintai hyungku...”
“kau tau apa? Kau mencintaiku atau hanya
mempermainkanku?”Lina menatap Hyung dengan air mata menetes dari matanya.
“aku hanya ingin kau bahagia dengan pria yang kau cintai...”
Lina mendesah kesal dan menyeka air matanya,”...baiklah...,baiklah
jika itu maumu...hingga pernikahan bukan? Dan aku akan meninggalkanmu seperti
wanita perebut suami orang...”
“Hyun tau apa yang harus dia lakukan...”
“Malhajima (tolong diam)...”pinta Lina,”hingga
pernikahan...” hanya itu kata-kata Lina yang dapat keluar hingga Lina
meninggalkan Hyung di ruangan itu dan kembali ke ruangannya tadi.
Dengan perasaan bersalah Hyung mengepalkan tangannya marah
pada dirinya sendiri. Ani..., Hyung tak rela menyerahkan Lina pada Hyun, tapi
jika memikirkan kebahagiaan Lina hanya itu yang dapat dia lakukan untuk
terakhir kali.
“WGM?” tanya Linda saat berada di ruang panah bersama managernya.
“Ne..., reality show itu sedang tenar sekarang..., dan itu
akan mendongkrak popularitasmu..., hanya berkencan... pura-pura menikah dan
setelah itu selesai...”tambah Rezty dengan raut penuh semangat.
“kau gila? Bagaimana dengan Seung? Dia akan marah kau ini
ck..., aku sudah memiliki tunangan ingat...”Linda berkata tak sabar dan kembali
mengarahkan panahannya ke arah target.
“aku tau...dan Sung memperbolehkan hal itu...”
Zlep..., Linda menatap Rezty dengan penasaran,”kau tidak
sedang berbohong kan?”
“aku ini managermu Linda Park..., ish kau ini bahkan tak
percaya, yak... tunanganmu menyetujuinya..., management sementara ini menutupi
dulu tentang hubungan kalian..., kau tau sendiri dunia entertaiment itu
gila..., dengan kau mengikuti ini, management berencana menutupi hubunganmu
dengan Seung hingga popularitasmu sudah stabil..., saat ini kau harus merebut
hati para fansmu lebih banyak lagi...”yakin Rezty dengan penuh percaya diri.
Linda terdiam dan meletakkan busurnya, memikirkan apa yang
baru saja Rezty katakan,”siapa pasanganku? Aku tak ingin Seung salah paham
lagi...”
“tenang saja..., Seung telah menandatangani kontraknya...,
aku tak tau..., pihak sana yang mengurusnya..., yang ku tau hanya dia seorang
namja artis lama yang baru muncul di dunia entertein.., ku rasa dia sama
sepertimu... sedang mendongkrak popularitas...”jelas Rezty lagi.
“ck..., sudahlah urus saja...” Linda kembali mengambil busur
dan panahnya kemudian kembali berlatih,”oh iya..., hari ini apa kau bertemu
dengan laki-laki galak itu?” tanya Linda perlahan.
“siapa? Lee Jun Ki?” ucap Rezty setengah menebak.
Linda mengangguk perlahan.
“aku tak tau..., aku juga harus bertemu dengannya..., tapi
kata sekertrisnya dia pergi untuk urusan bisnis..., yak sepertinya dia
menyukaimu...” bisik Rezty.
“ish..., kau ini sudahlah... aku menannyakannya karna aku
ingin pulang cepat aku ingin membeli handphone baru...”wajah Linda yang bersemu
merah membuat Rezty sedikit curiga.
“kau juga menyukainya?”
“ani..., ish sudahlah aku ingin pergi...”Linda menghindari
tatapan Rezty dan segera meletakkan panahnya lalu berjalan ke ruang ganti,”aku?
Menyukainya? Cih...” dengan segera Linda mengganti pakaiannya dan kembali pada
Rezty yang menunggunya.
“kau mau kemana? Aku ikut...”tahan rezty.
“ani..., aku hanya membeli handphone kemudian kembali...”
tolak Linda.
“benarkah? Kau tak mencoba kaburkan?”
“pabo...”ucap Linda sambil menjitak kepala Rezty,”aku akan
kabur kemana? Ish..., besok aku akan bekerja seperti biasanya...kau tenang
saja....”
“ck... aku khawatir padamu... lagi pula Seung menyuruhku
untuku mengikutimu...”Rezty mengelus kepalanya sambil meringis kecil.
Linda sempat diam kemudian mengambil tasnya,”jangan
khawatir...,aku hanya ingin pergi sendiri...”
“h..., baiklah... jaga dirimu..., besok akan ada pemotretan
di xxx...” jelas Rezty dengan nada berat.
Linda hanya mengangguk kilat kemudian pergi.
“di mana tuan Dong Wook?”tanya Dhicca pada sekretarisnya.
“tuan sedang pergi nona..., katanya menemui tuan Choi...,
dan dia mengatakan padaku agar nona tak meninggalkan ruangan hingga tuan
kembali...”ucapnya dengan sedikit takut.
“ish orang itu”maki Dhicca kesal,”yak aku harus pergi,katakan
padanya aku sedang tak enak badan”
“tapi nona...”
Tanpa perduli Dhicca meninggalkan ruangannya dan berjalan
cepat pergi.
Di depan gedung Dhicca menatap ke segala arah mencari
seseorang,”Runa...”pekik Dhicca sambil melambai ke arah seorang anak yang
sedang berjalan ke arahnya.
“eonni menungguku?” ucapnya setelah berlarian menuju Dhicca.
Dhicca mengangguk senang,”ne...,aku ingin membeli semua
appelmu..., bisakah kau menunjukkan aku di mana rumahmu?”
“wae?” tanya Runa bingung.
“aku ingin berterimakasih pada appamu...”ucap Dhicca
beralasan.
Runa sempat menimbang ragu namun akhirnya mengangguk,”baiklah...,
ayo eonni...” ucap Runa kemudian mengarahkan Dhicca berjalan ke belakang
gedung.
Setelah melewati gang sempit dan sangat kumuh Dhicca tiba di
sebuah rumah petak kecil dan sepertinya akan rubuh. Dhicca menatap miris
bangunan tua itu.
“ini rumahku un..., mian jika tak layak di sebut rumah...”
Runa menatap malu pada Dhicca.
Dhicca menggeleng dan tersenyum,”ani..., ayo kita masuk...,
appamu ada di rumah?” tanya Dhicca.
“ne...”angguk Runa lalu menarik Dhicca masuk ke
rumahnya,”appa..., aku bawa nona cantik...” pekik Runa yang membuat Dhicca
malu.
Seorang pria tua keluar dengan tertatih dan menatap Dhicca
tampak terkejut.
Dhicca menunduk sopan,”annyeonghaseo tuan..., saya Jung
Dhicca...”
Setelah sempat terdiam orang tua itu mengangguk,”ne..., kau
memang mirip nyonya ke dua..., ayo duduk nona...”ucapnya sopan.
Dhicca mencoba tidak bertanya di mana seharusnya dia duduk,
tapi di ruangan itu tak ada kursi selain tempat tidur tua yang akan roboh.
“duduk saja di sini nona..., aku akan mengambilkan air
minum...”Runa mengarahkan Dhicca duduk di atas peti appel kemudian meninggalkan
keduanya.
“m..., tuan... bolehkah aku bertanya? Siapa yang di maksud
tuan dengan istri kedua?”tanya Dhicca, nadanya mencoba lebih sopan lagi.
“nona Byul tentu saja ibumu...”ucapnya. Dhicca semakin tak mengerti dengan kata-kata orang
tua itu lalu mengeluarkan sebuah foto dan memperlihatkan pada ayah Runa,”ne...,
ne...tuan Yong, nyonya Navi, dan nyonya Byul...”.
“jadi kau mengenal wanita ini?”Dhicca menunjukkan wanita di
tengah foto.
“kau tak mengenalnya? Apa halmeonimu tak mengatakannya
padamu?” tanya laki-laki tua itu dengan alis berkerut.
Dengan jujur Dhicca menggeleng kuat,”aku hanya tau appa dan
ibuku...”
“ish..., ternyata sebegitu tak sukanya nyonya dengan nyonya
Navi...”gertak laki-laki itu menahan marah entah apa.
“bisakah kau menceritakannya padaku?” pinta Dhicca sopan.
Laki-laki itu menatap Dhicca sesaat lalu menghela nafas
berat,”jika aku ceritakan..., jangan katakan pada nenekmu bahwa aku Song jae
yang menceritakannya...”
Dhicca mengangguk setuju dan mencoba bersikap serius ketika
Runa datang dengan 2 gelas air outih dan appel yang sudah di kupas,”mian eonni
aku hanya bisa memberikan ini...”
“Runa..., bisakah kau mengambil appael di rumah bibi Shin?”pinta
sang ayah.
“ne..”Runa kembali pergi dan ruangan itu menjadi sunyi.
“dulu..., tuang Jung membawa seorang wanita..., nyonya
Navi... ke rumah dan mengatakan bahwa dia telah menikah dengan nyonya di
inggris..., saat itu aku bekerja sebagai supirnya..., nyonya sangat marah
nyonya tak menyukai nyonya Navi tapi apa boleh buat saat itu perusahaan sedang
dalam kondisi pailit karna dana di selundupkan oleh orang dalam..., nyonya Navi
seorang nona muda dan ayahnya seoraqng milyoner menghibahkan hartanya hingga
perusahaan dapat di selamatkan..., nyonya Navi sangat baik dan ramah... tapi
setelah empat tahun pernikahannya nyonya belum di karuniai keturunan dan
membuat tuan gusar....” laki laki tua itu menghentikan ceritanya dan menatap
Dhicca,”saat itulah yang aku tau nyonya Byul yang juga teman tuan Jung dan
nyonya Navi datang..., nyonya lebih menyukai nyonya Byul tentu saja..., nyonya
Navi tau itu tapi beliau tetap saja
tersenyum dan selalu berlaku baik walau nyonya memperlakukannya tak adil hingga
aku membela nyonya Navi saat nyonya besar memukul nyonya Navi karena hal kecil
entah apa itu...” ayah Runa menghentikan ceritanya dan berkata ragu.
“apa yang terjadi?” tanya Dhicca tak sabar.
“aku di pecat tentu saja..., tapi nyonya memberiku pekerjaan
di perusahaan sebagai penjaga..., nyonya dan tuan sangat baik hingga aku dengar
kabar pernikahan tuan Yong Hwa dengan nyonya Byul..., aku tak tau apa
sebabnya...tak lama setelah pernikahan itu..., nyonya Navi mengandung... ini
anugrah... tentu saja nyonya Navi dan tuan sangat bahagia..., dan tak lama aku
juga mendengar nyonya Byul juga mengandung...” jelasnya kemudian meletakkan
foto di tangannya kembali pada Dhicca,“sembilan bulan kemudian nyonya Navi
melahirkan terlebih dahulu... dan nyonya Byul melahirkan 2 bulan setelahnya...”
“jadi aku memiliki kakak?” desah Dhicca tak percaya.
“ne...dan dan... dan itu salahku salahku nona...”ratapnya
dalam keputus asaan.
“apa maksudmu?” tanya Dhicca tak mengerti.
“malam itu aku akan pergi menjenguk nyonya Navi bersama
istriku tapi tapi aku melihat hal itu aku melihat hal itu..., maafkan aku
nona...”pintanya memelas dan menahan perasaan bersalahnya.
“apa? Apa maksudmu?” ulang Dhicca lagi.
Laki-laki tua itu meremas tangannya dan kembali berkata,”aku
melihat nyonya besar menggendong seorang bayi dan menyerahkannya pada laki-laki
di luar rumahnya..., saat itu aku tak tau jika itu anak nyonya Navi...nyonya
tau kami melihatnya dan dia memecatku tanpa alasan...memberiku sejumlah uang
dan menyuruhku pergi...”
“halmeoni?”
“aku tau bahwa nyonya membuang anak nyonya Navi...saat aku
mendengar nyonya Navi meninggal dunia karna frustasi setelah anaknya
meninggal...”tambahnya,”tuan Jung sangat sedih dia mengatakannya padaku bahwa
hanya nyonya Navi yang dia cintai... aku tau aku bersalah tapi aku tak dapat
mengatakannya di bawah tekanan nyonya besar...dan tuan mengatakan bahwa bayinya
dan nyonya Navi sangat cantik..., dia baru saja memberinya nama dan baru saja
menggendongnya..., tuan Jung sangat marah dan terus menyalahkan dirinya
seandainya dia tak pulang saat sang ibu memintanya kembali dan menyalahkan
dirinya betapa bodohnya dia mau menikah lagi karena bujukan sang ibu yang
mengatakan nyonya Navi tak akan bisa memiliki anak..., dua tahun setelah itu
aku mendengar bahwa tuan Jung dan nyonya Byul mengalami kecelakaan dan anak
mereka hilang saat itu...”kata-katanya begitu mengejutkan bagi Dhicca yang
terdiam kaku membayangkan apa yang telah di perbuat neneknya pada ayah dan
ibunya.
“...halmeoni..., melakukan apa saja yang diinginkannya...
mengertikah halmeoni bahwa orang-orang di sekitarnya menderita karenannya...”
Dhicca berkata frustasi tertunduk sambil menggenggam rambutnya dengan emosi.
“nona....”
“tau kah kau di mana anak itu akan di buang? Siapa nama anak
itu?” tanya Dhicca kaku.
“aku hanya tau saat orang-orang itu berbicara di dalam mobil
‘namanya Linda..., jika kau tak menyerahkan uangnya aku akan membunuhnya itu
perintah nyonya...’ dan mereka menyebutkan ‘pataya’” tambah laki-laki itu
dengan sangat lemas.
“mwo? Linda?!” pekik Dhicca tak percaya, ani benarkah?
Banarkah Linda yang di maksud Lindanya?.
“ne..., hanya itu yang ku dengar sebelum aku tertangkap oleh
nyonya dan istriku celaka karena itu...” jelasnya dengan nada lirih,”satu
lagi..., tuan mengatakan dia memberi anaknya sebuah kalung bermata cincin
dengan harapan jika aku menemukan bayinya aku akan tau ciri-cirinya...”
Dhicca terdiam, benar itu milik Linda dia sering melihat
Linda membawanya sebagai jimat keberuntungan. Dhicca diam dan sibuk dalam
fikirannya mengulang masa lalu saat dia bertanya tentang kalung bermata cincin
itu,”oh ini..., umma mengatakan padaku bahwa saat bayi aku membawanya umma
berfikir jika aku akan mencari orang tuaku dengan ini tapi..., aku tak berminat
mencari orang tua yang telah membuangku... bagaimanapun aku hanya menjadikannya
jimat keberuntungan saja...” ne kata-kata itu begitu jelas terekam walaupu
sudah belasan tahun berlalu setelah kejadian itu. Fikirannya telah penuh dalam berbagai
macam hal. Rasa frustasinya memuncak hingga dalam keadaan limbung Dhicca
meminta izin untuk pergi. Ayah Runa hanya mengangguk penuh perasaan bersalah
entah apa yang membuatnya bercerita panjang tentang itu yang jelas benar-benar
dia hanya mengungkapkan kebenaran yang dia tutupi selama 25 tahun itu.
Dhicca berjalan tak fokus hingga menabrak orang-orang di
sekitanya yang lalu lalang. Dhicca kembali menatap gedung besar di depannya, apa
yang di harapkannya? Ini semua bukan milikknya..., bukan Linda lah yang
seharusnya memilikinya...bukan dirinya...Dhicca berpegangan pada sebatang pohon
dengan lemas hingga Dong Wook yang mencarinya menemukannya dengan marah.
“apa yang kau lakukan?!aku menyuruhmu untuk tetap di
kantor...” Dong Wook kembali terdiam menatap wajah pucat Dhicca.
“apa? Aku aku tak dapat berfikir lagi...”
“dari mana saja kau?” tanya Dong Wook kali ini nadanya
lembut dan hangat,”apa yang terjadi? Kau tak apa-apa kan?” tanyanya khawatir.
“kenapa? Aku tak bisa berfikir bahwa halmeoni lebih kejam
dari ini..., ini semua bukan milikku ... bukan bukan... aku yang telah
merebutnya aku yang merebutnya....HUAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA...”teriak
Dhicca dengan perasaan frustasi.
Dong Wook memeluk Dhicca yang terus menangis. Tak ada kata
yang dapat dia lontarkan, Dong Wook tau Dhicca dalam tekanan besar yang sangat
menyesakkan.
Dengan senyum terkembang Rindi memakan ice creamnya. Di
sebelahnya Nickhun dengan tenang menyetir mobil sambil terus menatap Rindi.
Di tempat lain Lina termenung di dalam kamarnya, terduduk di
bawah sambil menatap cincin pertunangannya dengan perasaan frustasi.
Sementara Bella dan Tsatsa terdiam di kebun bunga belakang
rumah mereka, diam dan terus sibuk berkutat dalam fikiran masing-masing.
Frans Chan berkali-kali membolak balik laporan di tangannya
dan termenung hingga mematahkan pensil di tangannya.
Di antara semua, Linda tak menyadari apa yang terjadi dengan
keluarganya hanya terselim rasa khawatir yang tak dia mengerti. Wajah cantiknya
tersapu senyum getir yang membingungkan...
Waktu berlalu cepat, waktu untuk memilih telah habis.
Berkutat dalam perasaan bersalah dengan tingkat emosi yang labil. Pada akhirnya
semua harus berjalan bagaimana semestinya.
Beberapa hari kemudian...
“umma....”ucap Tsatsa di ruang rias saat itu.
Lina yang termenung terkejut dengan panggilan Tsatsa,”aku
ingin melihat umma...”ucap Tsatsa mencoba menutupi kekesalannya karena tak bisa
melihat sang ibu yang tampil cantik dengan balutan busana pengantin putih dan
sexy, tak akan ada yang percaya bahwa Lina berusia 30 lebih.
“ne Tsatsa..., umma tak secantik yang kau kira..., kau lebih
cantik dari pada umma...” Lina membelai tagan sang anak lembut lalu menatap
Kyuhyun yang tanpa di sadarinya berdiri di sebelah Tsatsa,”senang kau bisa
datang...”
“ne ahjumma..., kamsahamnida telah mengundangku...” ucap
Kyuhyun dengan sangat sopan.
“tentu saja..., namja yang di cintai anakku harus
datang...”senyum Lina,”jaga Tsatsa..., jangan membuatnya menangis oke...”pinta
Lina diikuti anggukan Kyuhyun.
“umma...”
“bawalah Tsatsa duduk..., 2 minggu lagi dia akan menjalani
operasi bukan?” ingat Lina setenga memerintah.
“ne..., nyonya kami akan menunggu di depan...” Kyuhyun
menuntun Tsatsa keluar dari ruangan itu. Dan sedikit terkejut ketikan Dhicca,
Frans Chan, Rindi dan Bella masuk.
“umma..., umma cantik sekali...”puji Dhicca sambil memeluk
Lina erat.
“gomawo Dhicca...” senyum Lina.
“kakak aku juga ingin mengenakan gaun itu...”ucap Rindi
dengan senyum ke kanak-kanakanannya,”kakak cantik...”
“ne Rindi jika kau menurut dan tidak nakal kau bisa
memakainya nanti...” Lina berkata lembut pada Rindi yang mengangguk kuat.
“umma...,benar tak apa jika aku juga tinggal di rumah itu?”
tanya Frans Chan.
Lina tersenyum dan mengangguk,”tentu saja sayang..., saat
kau mengatakan akan kembali ke rumah aku sangat senang... aku bahagia kau ingin
kembali...”
“jika aku bisa aku juga ingin kembali umma...”keluh Dhicca
sedih.
“kau bisa sering datang..., setelah ini apakah nenekmu masih
marah?” senyum Lina,”ada apa denganmu Dhicca? Kau tampak pucat kau terlalu
lelah bekerja?”
“hanya umma yang memperhatikanku..., ne ada sedikit masalah
umma tapi jangan khwatir...”Dhicca tersenyum menutupi perasaan khawatir Lina.
“kakak bunganya indah...”ucap Rindi pada buket bunga Lina.
“ahjumma...”ucap Frans Chan mencoba agar Rindi tak mengusik
apapun di ruangan itu.
Lina mendekat dan mengambil setangkai mawar putih di
buketnya lalu meletakkan di telinga Rindi,”ini lebih cantik untukmu...”
“baiklah sebaiknya kami menunggu di luar saja...”ucap Frans
Chan.
“aku ingin berbicara dengan umm sebentar...”kata Bella yang
hanya diam dari tadi.
Frans Chan mengangguk lalu menuntun Rindi keluar diikuti
Dhicca.
Lina menatap Bella lembut dan kembali duduk di kursinya
menunggu Bella berbicara.
“siapa yang umma pilih?” tanya Bella setelah mengunci pintu.
Langkah tongkatnya membuatnya tertatih
menuju Lina.
“Bella...”
“aku mendengar apa yang umma dan paman Hyung katakan
beberapa hari yang lalu..., mianhe umma aku tak bermaksud untuk menguping...”
pinta Bella merasa bersalah.
Lina terdiam dan menatap miris dirinya di cermin.
“umma tak berbicara dengan paman Hyung hingga kini...,umma
mencintai paman?” tambah Bella.
“umma bingung...” ucap Lina akhirnya.
“umma harus cepat...” Bella mengintip ke arah jendela dan
menatap gerak-gerik di luar,”umma..., cinta tak akan bisa di paksakan..., umma
percayalah pada hati umma...”
Lina diam dalam kebingungan hingga seseorang mengetuk
ruangannya dengan keras.
“umma..., jika umma mencintai paman Hyung..., masuklah ke
ruangan itu, akan ada tangga keluar dan akan langsung menuju ruang acara...,
aku akan menahannya umma..., tapi jika umma ingin kembali..., aku tak dapat
mencegah mereka...”Bella menahan dobrakan pintu di belakangnya sekuat
tenaga,”umma memberiku kekuatan..., sekarang aku ingin memberi umma
kekuatan..., aku menyayangi umma...aku ingin umma bahagia, ini yang ingin
kukatakan...”ucap Bella terus menahan dobrakan pintu yang semakin kuat.
Lina terdiam akan kata-kata Bella yang membuatnya terharu.
Lina melangkah ragu kakinya berjalan berat menuju Bella. Keputusan ini... ya...
kata-kata Bella benar, pada akhirnya hanya dia yang Lina fikirkan hanya dia
yang sekarang ini menghantui Lina...”aku tak ingin lagi kehilangan
dirinya...aku tak ingin di bencinya... hanya dia yang ku inginkan sekarang...
TBC...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar