“SPRING IN LOVE 34” (봄 사랑에)
Ruangan terasa berisik oleh para tamu undangan yang menunggu
pengantin wanita.
“ada apa? Kenapa belum turun juga? Di mana
pengiringnya?”ucap sang nenek khawatir, acara terlambat 15menit daripada waktu
yang di janjikan. Herlina menghubungi bagian acara dan menannyakan kapan
pengantin wanita akan turun.
“mwo? Hilang?” pekik Herlina,”ani...kau bilang apa?”
Hyung tersenyum getir di tempatnya,”hanya dia...” yakin
Hyung perasaannya campur aduk saat ini. Tangannya dengan berat menatap sepasang
cincin di tangannya. Hyung mendongak dan menatap Hyun Jong duduk di sudut lain
bersama De Jin dan seorang wanita yang terus memberenggut.
Hyung akan beranjak dari tempatnya ketika semua tamu
terdiam.
“kau juga tau?” tanya Lina berbisik pada Nam Gil yang
menggandengnya.
“Bella mengatakannya padaku dan memintaku bersiap
menjemputmu di tempat itu..., anakmu benar... kau mencintai Hyung bagaimanapun
itu...” nam Gil tersenyum pada Herlina yang mendesah lega padanya.
“aku tak tau, tapi bagiku sekarang hanya Hyung yang ada
dalam fikiranku..., aku tau aku bersalah... tapi hanya Hyung yang selalu
menjadi jawabannya...”Lina mengatakan pelan lalu mendongak menatap Hyung yang
masih diam terkejut menatap yeoja di depannya.
“kau akan membiarkan kami menunggu berapa lama Hyung?” tanya
Nam Gil menggoda.
“aku...” dengan cepat Hyung menggantikan posisi Nam Gil
walaupun sedikit bingung.
“sepertinya kau tak suka?” bisik Lina sambil tersenyum pada
Hyung.
“a...ani..., maksudku... aku bingung...” jawab Hyung jujur.
“kau bingung karena aku di sini memilihmu?” tanya Lina menggoda.
Hyung mengangguk, suasana hening ketika janji di ucapkan
oleh wali.
“aku tak ingin lagi kehilangan orang yang aku cintai..., kau
sudah mengisi seluruh fikiran ku Hyung...”senyum Lina dan berkata,”saya
bersedia...”
Hyung sempat terkejut namun akhirnya berkata,”saya
bersedia...”
Seluruh tamu bertepuk tangan riuh pada pasangan baru,”keduanya
berdiri berhadapan dan saling tersenyum.
“kau milikku...”ucap Hyung.
“kau juga milikku...”
“ini bukan mimpi kan?”tanya Hyung sambil mencubit
pipinya,”au...”
“kau mau aku menambahnya? Ck...” omel Lina. Hyung tersenyum
dan mengeluarkan dua cincin dari sakunya.
“gomawo..., sarangheyoo...”Hyung mengenakan cincin di jari
Lina,
Lina tersenyum dan mengenakan cinci yang lain di jari
Hyung,”na do...,na do sarangheyo...(aku juga mencintaimu...)” keduanya saling
tersenyum.
Hyung menarik Lina cepat dan menundukkan wajahnya kemudian
mencium Lina lembut. Lina membalas perlakuan Hyung sambil mengalungkan
tangannya ke leher Hyung. Ciuman mesra itu tampaknya semakin hot hingga para
tamu berdecak dan tertawa saat keduanya seperti terhipnotis tak menyadari tamu
undangan yang lain.
“aku ingin lihat...”rengek Tsatsa.
“apa?” tanya Kyuhyun yang tersenyum pada pasangan pengantin
itu.
“apa yang di lakukan umma..., aku ingin lihat...”Tsatsa
tertunduk sedih, dia benar-benar kesal dengan apa yang tak bisa dia lihat.
“kau ingin lihat apa..., mereka hanya melakukan seperti ini...”Kyuhyun
menunduk dan mencium Tsatsa kilat. Tsatsa terdiam dan memegang bibirnya menahan
malu. Sementara Kyuhyun hanya tersenyum jahil pada Tsatsa yang menggenggam
tangannya gugup.
“ck..., aku iri...”Dhicca menatap Kyuhyun dan Tsatsa
kemudian berpaling pada Frans Chan yang terus menatap ke segala arah,”kakak...,
ada apa? Sejak tadi kau melihat ke arah lain...”tanya Dhicca.
“ani..., tak apa-apa...” Frans Chan kembali fokus dan terus
memegang Rindi yang bermain dengan tatakan bunga di meja mereka,”kau lihat
Bella?”
“ani...”Dhicca menggeleng dan menunjuk ke arah Bella yang
berdiri di sudut,”dia bersama kekasihnya itu...”
“gomawo...”ucap Bella pada Kwang Min yang berdiri di
sebelahnya.
“ne...”angguk Kwang Min sedikit bingung.
Bella berbalik dan menatap Kwang Min,”masih ragu?” tanya
Bella.
“mwo? A...ani.. aku hanya tak percaya...”Kwang Min menggaruk
kepalanya yang tak gatal berusaha bersikap biasa tapi tak dapat menutupi
keraguannya,”benarkah kau mau memaafkanku?”
Bella memutar tongkat ketiaknya hingga dia berhadapan
sempurna dengan Kwang Min,”kau tak percaya? Mungkin aku akan bersikap tak
menyenangkan padamu..., aku mungkin tak akan kembali menjadi Bella lima tahun
ini..., tapi aku pastikan bahwa perasaanku padamu adalah Bella yang
sekarang...” nadanya begitu dewasa tapi matanya membuat Kwang Min mengangguk
senang.
“gomawo..., saat kau mengatakan kau mengingat segalanya aku
takut akan kehilanganmu..., tapi saat kau mengatakan tak akan meninggalkanku...
betapa senangnya aku..., dan aku pastikan aku tak akan mengecewakanmu untuk
kedua kalinya...”janji Kwang Min sambil tersenyum.
Bella tersenyum kilat dan kembali menatap Lina yang
tersenyum ke arahnya. Rupanya sesi romantis sudah lewat :D.
Dengan tiba-tiba Kwang Min mengecup pipi Bella dan
membuatnya terkejut.
“yak...”
“waegurae? (ada apa?)”Kwang Min berpura-pura kembali fokus.
Dengan cepat Bella menarik jas Kwang Min mendekat ke arahnya dan mencium tepat
di bibirnya hingga Kwang Min terdiam.
“waegurae?”balas Bella sambil menjulurkan lidahnya pada Kwang
Min,”aku sudah mengatakan padamu...”
“romantis sekali...”ucap Linda yang duduk di meja belakang
bersama Jun Ki.
“kita bisa melakukan lebih dari itu...”ucap Jun Ki menggoda.
“yak..., kau ini... membuatku kesal saja...,berpasangan
denganmu di acara itu saja sudah membuatku kesal...”keluh Linda sambil
mengerucutkan mulutnya. Linda ingat kejadian semalam yang cukup membuatnya
benar-benar mati kutu. Rezty telah mengatakan pasangannya di acara reality show
itu akan datang ketempat syutingnya. Linda yang tak merasakan apapun sepanjang
hari harus di buat kesal oleh Jaejong yang terus menggodanya. Ketika Jun Ki
datang Linda hanya dapat berakting setengah hati demi menutupi perasaan
gugupnya. Dan saat ini keduanya bertemu di acara pernikahan Lina, tentu saja
Linda di undang langsung oleh sang ibu.
“aku hanya mengikuti rencana managerku saja..., apa salah?”
tanya Jun Ki dengan cueknya.
“mwo? Yah semakin lama kau semakin menjengkelkan saja...lalu
kenapa kau mengikutiku hingga ke acara ini?” tanya Linda gusar. Berulang kali
Linda menggeser duduknya namun Jun Ki terus mendekat.
“salah?” tanya Jun Ki jahil.
“tentu saja..., ingat aku sudah...”Linda terdiam ketika
pembawa acara mengatakan akan ada acara lempar bunga,”gya...” Linda segera
beranjak dari duduknya dan bersiap dengan yeoja lainnya.
Hyung sempat menatap Hyun Jong yang pergi tanpa sepatah
katapun,Hyung kembali menatap Lina yang menatap Hyun sama seperti dirinya.
“tak apa..., aku yang akan bicara dengannya...”ucap Lina
pelan.
“ani..., kita berdua..., sekarang aku akan selalu ada
bersamamu... jangan menanggung segalanya sendiri...”ucap Hyung sambil merangkul
pinggang Lina.
Lina menatap takjub pada Hyung lalu mengangguk,”ne...
algesseyo (baiklah)”
“kajja..., kita harus melempar bunga...” Hyung mengingatkan
Lina pada kerumunan yeoja yang berkumpul.
Dengan senyum kilat Lina mengangguk lalu berbalik.
Dalam hitungan 1,2,3 Lina melempar bunganya yang terus
melayang tinggi dan jatuh tepat di depan Bella. Semua menatap ke arahnya dengan
terkejut.
Kwang Min mengambil buket bunga itu dan menyerahkannya pada
Bella. Semua Yeoja mendesah kecewa termasuk Linda yang kembali duduk dengan
tampang sebal karena Jun Ki mentertawakannya.
“lucu..., tak ada seorang pun di ruangan ini menyadari
betapa kekanak-kanakannya artis setenar kau...”Jun Ki kembali tertawa dan
membuat Linda menggeram marah kemudian pergi.
“namja pabo...ish...”Linda terus mengomel menuju toilet.
Linda menatap dirinya di cermin dan berkata pada dirinya sendiri,”kau yang pabo
Linda mau menanggapi lelucon dari namja gila itu..., lagi pula apa perdulimu
sih...”Linda menepuk pipinya keras kemudian mencuci kedua tangannya di westafel
ketika seorang yeoja masuk.
Linda hanya melirik Yeoja berwajah garang itu sesaat. Ada
yang tak beres fikir Linda. Yeoja yang di pandangi Linda hanya diam dan menatap
Linda menggertak kemudian pergi. Linda mengamati sekali lagi yeoja itu dan
menatap sepatu boots yang di kenakan yeoja itu tampak mengganjal.
“ada apa dengan wanita itu? Ini acara formal bukan parade
harajuku style, ck...”Linda berfikir sejanak kemudian menyudahi acara cuci
tangannya dan meninggalkan toilet dengan masih menyimpan tanda tanya. Di lorong
Linda terus berfikir hingga berpapasan dengan Dhicca.
“annyeong...”ucap Linda dengan ramah.
Dhicca terdiam menatap Linda dan membalasnya dengan
anggukan,”kau...Linda?”
“ne...dari mana kau mengenalku?” tanya Linda bingung.
“kita pernah bertemu..., kau ingat di rumah ummaku...”jawab
Dhicca.
Linda menepuk jidatnya karena melupakan hal itu,”ne..., mian
aku lupa..., ingatanku sangat payah...”
Dhicca hanya mengangguk sambil tersenyum lalu menatap kalung
di leher Linda,”cantik...”
Linda menatap kalungnya dan mengangguk,”gomawo..., hanya ini
yang ku miliki setelah aku mengalami kecelakaan...mungkin karena ini lah aku
selamat dari gelombang dan terdampar....”jelas Linda dengan nada lirih.
Keduanya kembali terdiam hingga terdengar teriakan Frans Chan
sepanjang lorong,”berhenti kau...hei....”
Seorang yeoja berlari ke arah keduanya sambil mengacungkan
pisaunya.
“Dhicca menyingkir....”teriak Frans Chan di kejauhan.
Dhicca yang sempat menoleh hanya terdiam di tempatnya tak
mampu menggerakkan kakinya selangkahpun.
“Dhicca Awas...”ucap Linda refleks menarik Dhicca ke
belakang tubuhnya. Tanpa memperdulikan apapun yeoja itu mengarahkan pisaunya
pada Linda yang langsung menahan pisau dengan tangannya. Linda dan yeoja itu
bergulat hebat hingga tangan Linda berdarah menahan pisau tajam agar tak
menusuknya.
“Linda...”pekik Dhicca panik.
Dengan segera Frans Chan dan 2 anggota polisi yang menyamar
meringkus yeoja itu.
“ck..., untung kau belum sempat masuk ke dalam jika tidak
kau akan merusak acara penting, yang kau cari De Jin bukan? Nyonya itu telah
pulang...”ucap Frans Chan kesal sambil mengeluarkan borgol dan menatap jam
tangannya,”bawa dia..., pastikan tak akan lolos... yang lain menunggu di
luar...”
“ne...sunbaebim...”kedua polisi itu membawa yeoja itu pergi.
“kau tak apa Linda?” tanya Dhicca panik.
“a...ani...”ucap Linda menahan perih di tangannya. Dengan
cepat Dhicca mengambil saputangannya dan melilitkan di luka Linda dengan darah yang
terus mengalir.
“kau tak apa? Ayo kita ke rumah sakit...”ucap Frans Chan
panik.
“ani..., tak perlu...hanya perlu di cuci saja...”ucap Linda
setengah menolak.
Dhicca terdiam dan mengingat kata-kata yang sama yang sering
di ucapkan Linda dulu saat dia terluka,”anieyo..., aku akan mencarikan obat dan
perban...” Dhicca segera berlari ke arah lain dan tak lama kembali dengan kotak
p3k.
“aku tak apa..., hanya luka kecil...” tolak Linda namun
wajah serius Dhicca yang mengobatinya membuatnya terdiam.
“apakah acaranya sudah selesai?”tanya Dhicca pada Frans
Chan.
“kurasa belum..., maaf aku terlambat...”Frans Chan menunduk
dengan perasaan bersalah.
“gwencana,tak apa nona... hanya luka kecil...”senyum Linda
sambil menahan perih. Tak Lama perban di tangan Linda telah selesai, Dhicca
tersenyum senang dengan hasil kerjanya yang lumayan rapi.
“biar aku yang mencucinya...”ucap Linda pada saputangan
Dhicca yang berlumuran darah.
“ani..., di buang saja... tenang saja..., kak apa kita
kembali ke ruangan?”Dhicca mengambil sapu tangannya dan memasukan ke dalam
tasnya tanpa di sadari yang lain.
Frans Chan mengangguk dan berkata,“ne... kita kembali
saja... aku tak ingin umma khawatir...”
“kau harus ikut..., kami yakin umma akan mencarimu
juga...”paksa Dhicca. Linda yang sempat ragu hanya menggangguk. Ketiganya
kembali ke ruangan acara yang telah di ganti menjadi acara resepsi.
“yak..., dari mana saja kalian? Lina mencari kalian dan agak
berlebihan paniknya...”keluh Herlina yang menghampiri ketiganya bersama Nam
Gil.
“mianhe ahjussi..., di dalam tak ada masalahkan?” tanya Frans
Chan khawatir jika keributan di luar tadi terdengar hingga ke dalam acara.
“ani..., tak ada masalah...ada apa?”selidik Nam Gil dan
menatap tangan Linda yang di perban.
“tak ada apa-apa...”sanggah Linda,”aku hanya tak sengaja
memecahkan gelas tuan..., maafkan saya...”Linda menunduk dengan sopan pada
keduanya.
“sudahlah..., jangan khawatir..., kajja...lihat Lina seperti
memanggil kalian...”Herlina tersenyum.
“aku... akan menunggu di mejaku saja...”Linda tau ini bukan
tempatnya jika tidak karena di undang oleh Lina dan merasa berhutang padanya
Linda tak akan berani datang ke acara itu.
“ani..., kau ikut saja...” Dhicca menarik Linda yang sempat
ragu.
---
“kakak..., apakah kakak keturunan putri? Kau sangat-sangat
cantik...”senyum Rindi dengan suara kekanak-kanakannya.
“tentu saja..., kau adalah adik sang putri...”jawab Hyung
yang di liputi kebahagiaan sambil menatap Lina yang menahan malu.
“yak Bella..., mengapa kau tak mengatakan bahwa kau sudah
ingat..., aku malu padamu...”rengek Tsatsa pada Bella yang menuntunnya menuju
Lina.
“kau malu? Lucu sekali...” sindir Bella,”umma...”
“Gomawo Bella....”senyum Lina pada sang anak.
“ne...”Bella tersenyum manis pada Lina, dan membuat Tsatsa
yang hanya mendengar sedikit bingung.
“umma..., apa yang umma maksud dengan Bella...?”tuntut
Tsatsa.
“tak ada apa-apa..., sudahlah...” ucap Bella sedikit
misterius dan membuat Tsatsa kesal.
“ish...”
“umma...”ucap Dhicca.
“Dhicca..., Frans dari mana saja kalian?” tanya Lina di
liputi rasa kelegaan.
“ya..., kalian membuat ibu kalian seperti ahjumma ahjumma
yang kehilangan sendal jepit saja...”ucap Hyung setengah bercanda dan membuat
yang lain tertawa.
“mwo? Yak ish...,kau ingin mengulang masa lalu? Bagaimana
jika sepatuku melayang lagi..., ish tapi tetap saja kau mau menikah dengan ahjumma
seperti ku...” Lina berpura-pura marah dan membuat tawa Hyung terhenti.
“mianhe yeobo...”pinta Hyung kali ini dia yang panik.
“mwo...? week...” Lina menjulurkan lidahnya dan membuat yang
lain geli.
“kakak lucu..., apa sekarang ada bidadari pelawak?” tanya
Rindi sepontan. Dan membuat seisi ruangan tertawa karena kata-katanya.
“nyonya..., aku berterimakasih kau telah
mengundangku...”ucap Linda setelah tawa mereda.
Lina terdiam dan tersenyum pada Linda,”ne..., gomawo kau
sudah mau datang..., aku tidak terlalu memaksamu kan?” tanya Lina.
“ani..., aku datang karena aku turut bahagia nyonya..., ah
mianhe aku tak bisa lama... aku harus pergi...”pinta Linda sambil menatap jam
tangannya.
“ada apa dengan tanganmu?” tanya Lina khawatir.
“tak apa nyonya aku yang ceroboh..., aku harus pergi...,
tuan chukkae...”
“ani..., kau harus berfoto bersama kami terlebih dahulu...”
cegah Lina.
“a...apa? tapi nyonya...” Linda sudah cukup merasa tak
nyaman dengan kehadirannya yang di rasanya seperti orang asing.
“umma benar..., ayo kita berfoto bersama...”dukung Dhicca di
ikuti anggukan yang lain.
Pada akhirnya Linda masuk dalam foto keluarga bahagia itu.
Di rasakannya perasaan yang hangat menjalari hatinya. Linda seperti berada di
tengah keluarganya. Perasaan yang hilang selama ini. Perasaan indah memiliki
sebuah keluarga yang utuh. Senyum tulusnya tersungging jelas di foto itu.
Linda berjalan pelan langkahnya tampak ringan dan membiarkan
Jun Ki mengikutinya di belakang.
“kau ingin berjalan sampai mana?” tanya Jun Ki dengan
malasanya.
Linda mengehentikan langkahnya dan berbalik menatap Jun Ki
kesal karena dia telah merusak perasaan bahagianya,”yak..., aku tak memintamu
untuk mengikutiku.., pergi saja kau..., aku ingin ke mana saja itu
urusanku...”.
“benarkah? Aku ingin mengikutimu itu juga bukan urusanmu...”
balas Jun Ki dan membuat Linda sedikit keki.
“ish terserah kau...” Linda berjalan cepat dan berlari
menuju danau tak jauh dari gedung pernikahan. Linda menatap lega sekelilingnya
dan tak melihat Jun Ki di manapun,”tentu saja tak akan ada yang dapat
mengejarku..., namja pabo...”Linda berjalan menikmati sekitar danau.
Benar-benar indah. Keluarga Kim yang memilikinya. Dan gedung megah itu... tentu
saja hasil desain sang nenek, dengan segenap jiwanya menata gedung mewah di
dekat danau indah dan membuat siapa saja yang mengadakan pesta pernikahan akan
merasa seperti di dua dunia yang menjadi satu.
“yah..., aku ingin sekali mengadakan pesta pernikahan di
sini...” ucap Linda sambil duduk di bawah pohon yang berdiri manis di pinggir
danau.
“jika kau inginkan..., ayo... kita segera menikah...” ucap
Jun Ki yang tiba-tiba datang sambil membawa sesuatu di tangannya.
“yak kau lagi....”pekik Linda kesal dan akan beranjak namun
Jun Ki menahannya hingga kembali terduduk.
“tunggu...”dengan cepat Jun Ki melepas high hels yang di
gunakan Linda dari tadi hingga tak di sadarinya kakinya yang terasa nyeri
akibat berlari tadi,”pabo..., berlari dengan sepatu berhak...” Jun Ki menyeka
kaki Linda dengan saputangannya yang basah. Linda bergidig dan menahan nyeri di
kakinya,”apa yang terjadi dengan tanganmu?”
“mwo? A...ani..., aku tak apa...” Linda menyembunyikan
sebelah tangannya yang terluka di belakang punggung,”ya..., sudahlah... aku tak
apa...”
Jun Ki terus diam dan menempelkan perekat hangat di kaki
Linda yang sedikit bengkak. Kemudian melanjutkan di kaki yang sebelah dengan
hati-hati.
Linda terdiam menatap Jun Ki bekerja, ‘aku rasa ini pernah
terjadi..., atau aku hanya dejavu?’ bisik hati Linda. Linda termenung lama
hingga Jun Ki menyadarkan dari lamunannya dengan mnjentikkan jari di depan
wajahnya.
“apa yang kau fikirkan? Terpesona?”
“ish... percaya dirimu terlalu tinggi...”maki Linda kesal.
Jun Ki tertawa dan duduk di sebelah Linda sambil memandang
danau,”apa lukanya dalam?”.
Linda menatap luka di tangannya yang masih berdenyut
perih,”anieyo..., hanya luka kecil..., aku yakin besok akan sembuh...”
“tak perlu berlatih..., besok kau hanya perlu datang ke
lokasi syuting saja...” ucap Jun Ki tanpa menatap Linda. Dengan alis berkerut
Linda menatap Jun Ki bersiap akan memprotes,”tangan adalah harta paling
berharga bagi para pemanah..., aku ingin kau menyembuhkan lukamu..., kau bisa
berlatih setelahnya...” jelas Jun Ki.
Linda tersenyum miring dan kembali menatap danau di
depannya,”kau namja aneh..., kadang kau terlihat kejam..., kadang kau terlihat
baik... dan kadang kau sangat menyebalkan...”
“seorang yeoja mengajarkannya padaku...”
Linda lama terdiam dan mendesah pendek sebelum akhirnya
berbicara,”ku dengar kau berhenti dari dunia entertain... kenapa kau ingin
kembali?”
“kau terlalu memperhatikan ku...” goda Jun Ki.
“yak...”pekik Linda kesal sambil mengangkat tangannya geram.
“anieyo..., aku berterimakasih..., jika kau ingin tau
alasannya akan ku beri tau..., aku kembali karena yeojaku yang memanggilku untuk kembali...”
jawab Jun Ki penuh misteri.
“mwo? Yeoja? Yak kau telah memiliki kekasih? Kenapa kau mau
mengikuti reality show itu? Hah... kau tidak berfikir jika yeojamu akan
cemburu?” Linda berkata agak keras, entah mengapa perasaannya tak tenang
mengetahui bahwa Jun Ki memilik yeoja special.
“ne, dia sedang cemburu sekarang, tapi dia tau apa yang aku
lakukan, hanya saja..., hingga sekarang yeojaku masih tertidur..., tertidur
dalam mimpi panjangnya...” jawab Jun Ki dengan nada lirih.
Linda terdiam, walaupun perasaan aneh itu masih menghantui
dirinya Linda mencoba mengerti bahwa terjadi sesuatu dengan yeoja itu,”mian...,
aku tak tau jika dia sakit...”
“ani...”Jun Ki menggeleng kemudian menatap Linda,”dia hanya
tertidur dan aku yakin suatu saat yeojaku akan terbangun dan menyambutku dengan
senyuman indahnya...” Jun Ki berkata dengan tenang. Linda baru kali itu
menemukan sosok lain dari namja yang di anggapnya galak itu. Walaupun hatinya
terkuras perasaan aneh Linda hanya membalas tatapan Jun Ki sesaat kemudian
berpaling menatap ke arah danau.
“tenang saja umma..., serahkan padaku..., aku akan memindahkan
barang kita...” ucap Frans Chan usai acara resepsi. Lina dengan balutan
busannanya menuju mobil yang akan mengantarkan dia dan Hyung ke bandara untuk
pergi berbulan madu.
“gomawo... Frans Chan... aku titip adikmu ne...” Lina
tersenyum lega kemudian menatap Herlina dan Nam Gil,”aku titp anak-anakku
ne...” Lina tersenyum pada keduanya.
Nam Gil mengangguk lalu menepuk punggung Hyung,”jaga
kakakku...”
“ne...”
“Tsatsa..., Bella... kalian akan pindah duluan..., mianhe
umma tak bisa menemani kalian...” pinta Lina dengan perasaan bersalah.
“tak apa umma...” Tsatsa memegang tangan ibunya lalu meraba
tangan Hyung dan menggenggamnya,”appa..., sekarang aku bisa menyebut panggilan
itu..., berikan lah aku adik laki-laki appa....” goda Tsatsa dengan ekspresi
jahilnya.
“Tsatsa...” ucap Lina malu.
“tenang saja..., aku pasti akan memberikanmu dan Bella
seorang adik...”dukung Hyung berkedip jahil pada Bella yang hanya tersenyum
miring menanggapinya.
“yak..., kau membuatku malu..., aku sudah tua seperti
ini...” ucap Lina terbata.
“benar-benar berikan aku seorang cucu laki-laki...”ucap sang
nenek yang baru saja keluar mengantarkan pasangan itu.
“baiklah halmeoni..., kami akan segera membuatnya...” Hyung
merangkul Lina yang tertunduk malu.
“sudahlah...” ucap Lina pasrah.
“umma..., chukkae... aku juga ingin seorang adik
laki-laki...” Bella berkata mendukung.
“tunggu saja aku pasti akan menysul kalian...” janji
Herlina.
“aku juga ingin ikutt... ummaaaaa...huhu...” Dhicca memeluk
Lina. Dia baru saja berbicara dengan Dong Wook yang telah menjemputnya.
“Dhicca...”Lina membelai rambut anaknya perlahan. Dong Wook
menunduk sopan pada Lina.
“umma..., jangan lupa kabari aku jika umma telah kembali...”
pinta Dhicca dengan raut sedih.
“ne sayang....” Lina tersenyum dan merapikan rambut panjang
Dhicca dengan lembut.
“nuna...” Nickhun baru saja tiba dan menggandeng Rindi yang
tampak lengket dengannya,”aku akan membawa Rindi ke rehabilitas..., gomawo kau
mempercayakannya padaku...”
“ne..., jaga Rindi...”pesan Lina. Dengan penuh kasih sayang
Lina memeluk Rindi yang hanya terdiam.
“kajja..., kita akan ketinggalan pesawat nanti...” Hyung
mengingatkan Lina dengan lembut.
“ne...” Lina mengangguk dan menyeka air matanya yang akan
menetes.
“ummaaaa..., bersenang-senanglah...”teriak Tsatsa dan Dhicca
sambil berangkulan.
“aku ingin adik laki-laki umma...” teriak Bella dengan
senyuman tulusnya.
Lina tersenyum dan masuk ke dalam mobil dengan perasaan
bahagia. Sambil menjulurkan kepalanya keluar mobil Lina melambaikan
tangannya,”aku akan segera kembali...”
“ne..., jangan khawatir..., bersenang senanglah...” ucap
Herlina sedikit berteriak ketika mobil itu berjalan pergi. Lina melihat Frans
Chan, nenek Hyung, Herlina, Nam Gil, Bella, Tsatsa, Nickhun, Dhicca dan yang
lain melambai ke arahnya dengan penuh suka cita. Hyung merangkul Lina dengan
penuh bahagia dan Lina sempat menatap Linda dan Jun Ki melambai ke arahnya dari
balik pohon di dekat danau. Indah tentu saja, pilihan itu tidak mudah. Lina tau
kebahagiaan ini belum sempurna untuknya, baginya sekarang adalah... menumbuhkan
terus rasa cintanya pada Hyung, yang kini telah resmi menjadi suaminya. Hyung
tersenyum menatap Lina..., senyum bahagia karna penantiannya pada Lina 5 tahun
ini bukan kesia-siaan belaka...
“rumah yang sangat besar...”kagum Frans Chan esoknya setelah
memindahkan barangnya ke rumah baru mereka.
“welcome to Kim House...” sambut Herlina dengan senyum
bahagia.
“ahjumma..., kau tinggal juga di sini?” tanya Bella yang tak
henti-hentinya menatap kagum kesekeliling rumah.
“ani..., aku di rumah sebelah kau tau kan tempat viting
pakaian kemarin..., aku tinggal bersama halmeoni kalian sekarang...”jawab
Herlina sambil tersenyum.
“ahjumma Rindi pasti sekarang sedang berada di jalan...,
paman Nickhun membawanya ke rehabilitas..., aku tak bisa membayangkannya...”ucap
Tsatsa dengan nada sedih.
“ahjumma kalian akan baik-baik saja...” Herlina menenangkan
Tsatsa sambil merangkulnya,”kajja..., aku akan menunjukkan kamar kalian...”ucap
Herlina bersemangat.
Herlina mengarahkan ketiganya ke sebuah kamar dan meletakkan
tas Tsatsa di kamar itu,”Tsatsa Room..., halmeoni yang mendesainkannya
untukmu..., katanya itu cocok untukmu... sweet pink..., halmeoni senang
rumahnya akan bertambah ramai...”
“walaupun aku tak bisa melihat aku dapat merasakan..., kamar
ini pasti sangat indah...” ucap Tsatsa dengan nada tertegun. Perlahan dia
melangkah dan berjalan ke arah balkon kamarnya. Tsatsa sangat menikmatinya sama
seperti rumah kecilnya dulu, hanya Tsatsa merasa kamar itu dua kali lipat lebih
besar dari kamarnya dulu.
“kajja..., biarkan Tsatsa menikmati kamar barunya...aku akan
mengantar kalian ke kamar lain...” ucap Herlina sambil membantu Bella menatih
tongkatnya.
Dua kamar selanjutnya tak jauh jaraknya dengan kamar
Tsatsa,sepertinya Halmeoni begitu antusias dengan anggota keluarga yang lain
hingga mempersiapkan kamar Bella dengan suasana could blue yang sangat lembut
seisi ruangan nampak berjauhan satu dengan yang lainnya dan terkesan clasic
modern. Kamar untuk Frans Chan bernuansa clasic Korea, ruang tidur terpisah
dengan ruangan lain yang di halangi oleh kaca dan sangat keren.
“ahjumma..., apa ini tidak berlebihan?” tanya Frans Chan di
kamarnya,”cukup kamar biasa saja untukku...” ucap Frans Chan tak nyaman.
“tentu saja tidak..., sebenarnya masih ada kamar untuk
Rindi, Dhicca dan Linda... Halmeoni tau apa yang Lina butuhkan...,baru kali ini
halmeoni menyayangi cucu menantunya seperti ini... sedangkan dengan menantu
dari bibi De Jin..., halmeoni tak menyukainya entah mengapa...”ingat Herlina
memberikan alasan.
“ini bukan rumah tapi istana...” ungkap Frans Chan sambil
menatap ke luar jendela.
Herlina tersenyum dan berkata lagi,”dulu rumah ini sangat
ramai...,halmeoni... harabheoji...ahjumma dan ahjussi De Jin, Oppa Hyun Jong,
ahjumma Hyun Si dan ahjussi, unni Bo Rae..., appa, eomeoni, oppa hyung dan bibi
Rie..., kami tinggal bersama di sini... hingga appa dan umma ku meninggal dalam
kecelakaan..., ahjumma dan ahjussi De Jin jadi sering bertengkar... aku dengar
bibi berselingkuh dengan orang lain, aku tak tau apa penyebabnya.... bibi De
Jin sempat menghilang selama 2 tahun dan kembali setelah paman De meninggal...”ucap
Herlina dengan senyum getir,”bibi Rie yang menikah dengan laki-laki asing pada
akhirnya tak pernah kembali setelah membawa kabur uang harabheoji..., ku dengar
demi membiayai kekasihnya yang seorang duda...”
“ahjumma mianhe, aku tak bermaksud membuka lembaran lama ”pinta
Frans Chan merasa bersalah.
“ania..., aku yang ingin menceritakannya..., kau adalah
bagian dari keluarga kami...”Herlina tersenyum, fikirannya sibuk mengenang masa
lalu, masa di mana keluarga Kim penuh tawa.
“ahjumma..., aku ingin tau bisnis yang di lakukan oleh
halmeoni De Jin?” ucap Frans Chan akhirnya.
“ahjumma De Jin? Ah ye..., keluarga kami mengelola berbagai
bisnis..., resort..., pembuatan mobil...spa... bahan-bahan
tambang...property..., sebagian ahjumma De Jin yang mengelola..., 50%nya lagi
oppa Hyun Jong dan oppa Hyung yang mengelola..., tapi tetap Halmeoni pemilik
65% sahamnya...”jelas Herlina. Frans Chan mengangguk mengerti, tapi dia masih
belum menemukan jawaban yang sedang dia cari,”ya..., kau lihat tidak rumah di
sini di kelilingi danau?”
Frans Chan menggeleng dan mengerutkan alis,”maksud ahjumma?”
“ne..., ini mungkin belum di sadari banyak orang struktur
rumah memang tak terlalu terlihat dari daratan tapi jika kau lihat dari udara kau
akan melihat rumah besar membentuk huruf ‘KIM’...”jelas Herlina bangga
(bayangin sendiri sekaya apa keluarga kim wkwkwkw),”appaku yang
mendesainnya..., tapi bibi De Jin membangun rumah lagi untuk oppa Hyung dan
istrinya..., ck bukan tampak indah tapi seperti tak beraturan...”keluh Herlina.
Tak lama handphonenya berbunyi,”Frans Chan aku keluar sebentar..., mianhe aku
tak bisa mengantarmu berkeliling aku akan memanggilkan pelayan ne...”
“ne ahjumma..., jangan khawatir...”ungkap Frans Chan.
Herlina pergi dan mengangkat telfonenya di luar sementara Frans Chan berjalan
ke arah beranda dan menatap halaman rumah yang tampak indah,”apa yang membuat
keluarga Kim di incar? Ck...aku belum bisa berfikir lebih sekarang...” Frans
Chan meremas rambutnya dan terkejut mendengar suara handphonennya
sendiri,”ne..., ne... sunbaenim...a...ani... ne aku akan segera
datang...gwencana....” ucap Frans Chan segera menutup telfonennya dan mengambil
mantelnya.
“kakak....”ucap Bella yang baru saja keluar dari
kamarnya,”kakak akan pergi?”
“ye..., aku harus kembali ada kasus..., tak apakan?aku akan
segera kembali...” janji Frans Chan. Bella mengangguk dan mengarahkan
tongkatnya menuju kamar Tsatsa.
Frans Chan berlari hingga tiba di ruang tengah dan
berpapasan denga Herlina.
“ahjumma..., mianhe..., aku harus pergi...” ucap Frans Chan
dengan cepat.
“tunggu..., kau bisa membawa mobilmu...”ucap Herlina dan
membuat Frans Chan bingung.
“ani ahjumma aku akan pergi dengan taxi...”jawab Frans Chan
sekenannya.
“yah..., halmeoni telah menyiapkan mobil untuk kalian...”
ucap Herlina kemudian menyeret Frans Chan ke halaman belakang. Ada 5 mobil
berderet sempurna di tempat itu. Frans Chan terkejut dan tak mampu berkata, ini
namanya berlebihan..., fikir Frans Chan,”sudahlah jangan berfikir
macam-macam..., ini hanya mobil biasa..., kau tau sepanjang apa halaman
keluarga Kim..., supir taxi pasti akan memberikan biayayang mahal...,
gunakanlah...jangan buat Halmeoni kecewa...”tambah Herlina.
Dengan berat Frans Chan menaiki (?) sebuah mobil berwarna
hitam clasic. Tampak asing memang tapi pada akhirnya Frans Chan harus bekerja
bukan, Frans Chan menurunkan kaca mobilnya,”ahjumma..., gomawo... aku akan
mengatakannya juga pada Halmeoni setelah bekerja..., aku titip adikku...,
kamsahamnida...”Frans Chan menjalankan mobilnya dengan mulus meninggalkan
halaman rumahnya. Sepanjang jalan Frans Chan tak henti-hentinya menatap
kompleks perumahan keluarga Kim yang bagaikan istana di negri dongeng. Dia tak
habis fikir, bagaimana keluarga Kim menghabiskan uang mereka hanya untuk
keluarga yang bahkan tak memiliki hubungan darah.
Frans Chan menggeleng kuat dan akhirnya kembali fokus
menyetir.
Dhicca berjalan pelan sepanjang lorong rumah sakit dengan
kertas di tangannya. Hasil tes DNA yang di lakukannya meyakinkannya bahwa Linda
adalah saudaranya. ‘Apa ini?’ fikir Dhicca sambil meremas dadanya,’kenapa
perasaan bersalah tak juga hilang? Harusnya aku senang’ Dhicca terduduk di
lorong rumah sakit. Dia terlalu lemas untuk berjalan. Kenyataannya ibunyalah
yang merusak kebahagiaan orang tua Linda. Selama seminggu penuh Dhicca telah
menyelidiki tentang orang tuanya. Dan hasil yang di dapat benar-benar
mengejutkan, saham yang di miliki ibu Linda di perusahaanya lebih besar.
Berdasarkan kesepakatan pemegang saham setelah nyonya Navi meninggal, saham itu
akan di pecah namun diam-diam ayahnya membeli semua saham itu dan
mengatasnamakan Navi dan Linda itu bukti betapa appanya mencintai Linda dan
ibunya,”aku yeoja perebut...”maki Dhicca dengan putus asa.
Dalam keadaan frustasi seseorang menjulurkan sebatang coklat
pada Dhicca dan membuatnya sedikit terkejut,”bertemu dalam keadaan tak
menyenangkan rupanya...” Ji Seob tersenyum pada Dhicca yang hanya mengangguk
pasrah,”makan lah akan membuatmu tenang”
“aku sedang tak ingin makan...” Dhicca menampik tangan Ji
Seob dan segera beranjak dari tempatnya dengan langkah gontai.
“kau masih saja galak...”ucap Ji Seob menggoda.
Dhicca berbalik dan menatap Ji Seob sebal,”aku memang
menyebalkan..., berhenti membuatku kesal hari ini..., aku sedang tak ingin bercanda...”
Ji Seob mengerutkan alisnya dan hanya tersenyum
singkat,”baiklah...”
Tanpa semangat Dhicca masuk ke dalam mobilnya yang telah
menunggu, dengan lemas dia menyandarkan kepalanya dan termenung,”halmeoni belum
tau dengan apa yang appa lakukan pada saham..., ish... menjengkelkan...”ucap
Dhicca sambil meremas jasnya di rasakannya sesuatu mengganjal di kantung
jasnya. Dhicca menemukan sebatang coklat mint dan membuatnya berpaling menatap
Ji Seob yang tersenyum padanya dari kejauhan.
Dhicca tersenyum kecil menatap coklat itu dan mulai
memakannya, yang di rasakana Dhicca saat memakannya adalah dingin yang
menenangkan,’namja aneh...’ fikir Dhicca dan kembali memakan coklat itu dengan
perasaan sedikit lega.
Linda menatap sekeliling sambil mengerucutkan bibirnya
menunggu proses syuting di mulai,”yak..., sampai kapan kita menunggu...” sungut
Linda pada para kru.
“tunggu..., kami masih mempersiapkannya...”sahut yang lain.
“yah... Linda sambar lah... lagi pula cuacanya masih
mengerikan...” ucap Rezty sambil menatap langit gelap. Kali ini mereka
melakukan proses syuting di taman salju (daerah mana tuh? Sebodo amat lah XD)
syuting kencan di taman bersalju yang membuat Linda sedikit bergidig
kedinginan.
“kenapa harus di tempat seperti ini..., aku kedinginan...hachim...”
Linda mempererat jaketnya dan menatap sekeliling dengan pandangan buram.
“ada apa?” tanya Rezty.
“a...ani...” ucap Linda menggeleng pelan,”tolong ambilkan
obatku...”pinta Linda.
Rezty segera mengambilkan sebutir pil dan air mineral yang
langsung di minum Linda,”kau tak apa? Apa tanganmu masih sakit? Dari semalam
kau melakukan syuting dan shot menyetir..., aku yakin tanganmu masih belum
pulih...”
“gwencana..., aku tak apa...” yakin Linda sambil menatap
tangannya yang masih di perban.
“cuacanya buruk..., kita akan langsung syuting di dalam
ruangan saja...” jelas salah seorang cru yang membuat Linda kesal setengah
mati.
Dengan langkah gontai Linda menuju sebuah vila.
“kau tampak tak sehat...” ucap Jun Ki yang baru saja tiba.
“yah... dari mana saja kau...” bentak Linda menahan
kesal,”kami menunggumu dan kau malah datang terlambat? Menyebalkan...” maki
Linda lagi.
“mianhe..., cuaca buruk... aku hampir terjebak badai..., apa
kau merindukanku?” tanya Jun Ki menggoda.
“mwo? Aku rindu padamu? Lupakan saja...menyebalkan...”maki
Linda yang langsung ngeloyor pergi (?). Linda duduk di depan perapian menunggu
proses di mulai. Dengan setengah menahan lemasnya Linda mencoba untuk tetap
sadar.
“mwo? Mengamankan proses konser..., yak kau gila? Kasus lain
lebih penting dari pada ini...”pekik Frans Chan kesal setibanya di stadion
tempat konser berlangsung.
“yah sunbae..., inikan salah satu pekerjaan kita...”jelas Zie
dengan bersemangat.
“ish...” Frans Chan setengah menghentak kesal masuk ke dalam
gedung itu.
“kalian akan menyamar sebagai penari latar..., aku dengar
akan ada pengacau malam ini..., ck fans fanatic sangat mengerikan...”jelas
salah seorang senior memerintah.
Dengan langkah berat Frans Chan mengganti seragam
kepolisiannya dengan pakaian sexy yang di rasanya sangat menggelikan.
“pakaian? Ini lebih tepat di sebut pelecehan...” maki Frans
Chan dengan nada jengkel.
“sudahlah aku suka memakainya sunbae...”jawab Zie yang
terlihat menyukai kostumnya saat itu.
“yak kau ini...” keduanya kembali berpatroli hingga langkah
Frans Chan berhenti pada sebuah poster besar dan membuatnya melotot,”Si...Si...”
“ada apa sunbae? Jangan katakan bahwa kau tak mengenal super
junior?” ucap Zie dengan sombongnya.
Frans Chan terus menatap poster itu dan berbalik ketika
mendengar suara ribut dan tanpa di sengaja (?) matanya bertatapan dengan Si
Won. Namja itu rupanya juga menatap terkejut ke arah Frans Chan hingga membuat
antrian itu terhenti.
“yak ada apa denganmu? Won won...”ucap Shindong dan menatap
ke mana mata Si Won mengarah.
“yah..., mantan manager?” pekik Lee Teuk,”lama tak bertemu”
“apa yang kau lakukan manager?”tanya Eunhyuk,”kau selain
menjadi polisi bekerja sebagai penari latar ya?” plak dengan cepat Hee Chul
menjitak kepala Eunhyuk.
“jangan pabo seperti itu..., apa kalian tak ingat surat
kaleng itu? Ck... kalian masih saja sesantai ini...” omel Hee Chul.
“yak... berhenti menjitak kepalaku...”ringis Eunhyuk.
“itu karena kau pabo...”sanggah Kyuhyun yang menunduk pada
Frans Chan dengan sopan,”apa Tsatsa baik-baik saja nuna?”
“yak yak..., dasar kau ini...”ucap Eunhyuk Jengkel.
Frans Chan hanya mengangguk pelan dan pada akhirnya
menghindari tatapan mata Si Won yang tajam. Dalam beberapa hari terakhir Frans
Chan selalu menghindari SI Won yang terus menumuinya dan kali ini Frans Chan
terjebak oleh pekerjaanya sendiri.
“ada apa dengan kalian? Ayo cepat..., kita harus naik
sekarang...” ingat Ryewok dan menarik Si Won pergi melewati Frans Chan yang
masih berdiri kaku.
“kau datang? Aku senang Frans Chan...”ucap Hee Chul yang
tersenyum miring pada Frans Chan kemudian mengikuti yang lain pergi.
“yah..., sunbae... kau mengenal mereka? Kau mantan manager
mereka? Woah...aku masih tak percaya..., kapan itu terjadi?” tanya Zie panjang
lebar.
“sudahlah lupakan...”ucap Frans Chan jengkel dan melangkah
ke arah lain.
“aku tak ingin tinggal di sini...,aku ingin pulang aku ingin
pulang...” rengek Rindi pada Nickhun yang menatapnya penuh rasa kasihan namun
ini harus dia lakukan demi kesembuhan Rindi.
“hanya beberapa hari Rindi...” ucap Nickhun sambil tersenyum
menenangkan.
“ani..., aku rindu kakakku..., aku ingin pulang...”Rindi
terus merengek dan membuat Nickhun dalam kebingungan besar.
“yah...apa yang harus aku lakukan?”Nickhun menatap Eli
dengan pandangan memohon.
“tinggalkan saja dia..., dia akan baik-baik saja...”jawab
Eli sambil mempersiapkan suntikan penenang.
“ania..., aku tak sanggup meninggalkannya bila seperti
ini...” Nickhun memeluk Rindi yang terus merengek dan menangis.
“yah Nickhun..., kau ingin dia sembuh atau tidak? Itu semua
terserah kau...”Eli menatap Nickhun tajam.
“aku...”
“aku ingin pulang..., kakak kakak... aku ingin kakak ku....”
pekik Rindi dalam tangisnya.
“cepat pegang dia aku akan menyuntikkan obat
penenang...”perintah Eli.
“ani... ani..., aku takut aku tak ingin di suntik lagi...
hentikaaaaaaannnn...”Rindi mendorong Nickhun hingga terjengkang jatuh dan
berlari kabur.
“Rindi....” pekik Nickhun dan berusaha mengejar Rindi yang
terus berlari.
“andweee...” teriak Rindi dan terus berlari menabrak pasien
lain yang berdiri di depannya.
“ku mohon..., Rindi berhentilah...”teriak Nickhun dengan
nafas terengah. Namun Rindi tak perduli dan terus berlari. Dengan bantuan
perawat lain Rindi berhasil di tangkap dan tetap mengamuk.
“andwe aku tak mau aku tak mauuu...”pekik Rindi . Dengan
cepat Nickhun memeluknya dan Eli menyuntik Rindi hingga dia mengerang
kesakitan. Pada akhirnya teriakan Rindi melemah dan semakin melemah...
“aku benci datang ketempat ramai seperti ini...”ucap Bella
jengkel saat Tsatsa mengajaknya menonton Konser Kyuhyun.
“yah..., aku hanya memintamu menemaniku..., ish di mana
ruang gantinya? Bukannya dia menyuruhku datang...”ucap Tsatsa setengah meraba.
“sudahlah Bella..., kita nikmati saja..., ini gratis
bukan...”senyum Kwang Min yang ikut menemani keduanya.
Bella mendesah kesal dan hanya mengikuti Tsatsa,”belok
Tsatsa...”ucap Bella saat ada lorong berbelok. Tsatsa melarangnya sama sekali
untuk menuntun Tsatsa dan hanya di perbolehkan mengikutinya di belakang.
“ara.... ara...”jawab Tsatsa dan berbelok.
“bagaimana dengan kakimu?” tanya Kwang Min pada Bella yang
belum menjelaskan kronologis (?) kakinya dari beberapa hari yang lalu.
“tak apa..., dokter mengatakan hanya butuh
istirahat...au...” ucap Bella sambil menahan sakit di kepalanya yang berdenyut
hebat.
“ada apa? Apa kepalamu sakit lagi?” tanya Kwang Min
khawatir. Keduanya tak menyadari Tsatsa telah jauh meninggalkan mereka.
“a...ani...,Tsatsa... yah..., mana Tsatsa...”pekik Bella
panik.
“aku tak tau..., aish kita terpisah darinya...” ucap Kwang
Min, Bella mencoba melangkah namun kepalanya terasa berat dan membuat
sekelilingnya seperti berputar. Bella menjatuhkan tongkat ketiaknya dan akan
terjatuh jika Kwang Min tidak sigap menangkapnya.
“kau harus ke rumah sakit..., kau tak memakan obatmu lagi?”
tanya Kwang Min setengah menebak. Keduanya terduduk di lorong itu dengan Bella
yang penuh dengan keringat di wajahnya.
“a...ku... tak tau akan seperti ini...h..., ada apa ini?
Kenapa fikiran gila itu terus datang...”ucap Bella menahan sakitnya.
“yah...yah berhenti...”Kwang Min menarik tangan Bella yang
menarik rambutnya dan memeluk Bella.
“Bella...”ucap Tsatsa yang dalam kekosongan total,”kau di
mana? Bella...”teriak Tsatsa setengah ketakutan. Tsatsa tak tau di mana dia
berada sekarang, rasa takut kembali menyerangnya, ingatan malam itu membuatnya
terduduk. Dengan nafas yang cepat Tsatsa mencoba bangkit namun kakinya lemas
dan hanya terduduk. Tsatsa mendengar suara-suara yang membuatnya teringat
teriakan dari para preman malam di mana kecelakaan itu. Keringat Tsatsa mulai
berjatuhan dan membuatnya sesak,”Bella..., yah... Bella...aku takut...
Oppaaa...Bella...”rintih Tsatsa yang langsung menangis,”aku
takut...Oppa...oppa.....”panggil Tsatsa dalam keputus asaannya. Tsatsa menekuk
kakinya hingga dadanya dan menutup kedua telinganya ketakutan.
“mwo?? Menari dengannya?” pekik Frans Chan gusar.
“ne..., menari saja tarian meksiko..., hanya menari
dengannya...”ucap So Nam memerintah.
“yak aku tak mau dan aku tak bisa...” tolak Frans Chan
tegas. Stage kali itu Si Won akan memperagakan kebolehannya dalam menari
meksiko yang baru saja di pelajarinya dan tentu saja partnernya adalah Frans
Chan.
“sudahlah kau tak bisa menolak..., pastikan di bangku
penonton saat kau menari...okeh..., aku rasa fans fanatic itu membaur dengan
penonton yang lain...”tambah So Nam menjelaskan.
“ania....” Frans Chan masih menolak ketika stage tepuk
tangan mengalun riuh dan waktunya Si Won menunjukkan kebolehannya,”yak...yak...,
apa yang kalian lakukaaaaaaaaannn...” teriak Frans Chan saat So Nam Dan Zie
menariknya ke panggung dan mendorongnya.
Dengan gugup Frans Chan menatap Si Won yang juga menatap
dirinya,”dasar sial...” maki Frans Chan dalam hatinya. Dengan terpaksa Frans
Chan menari bersama Si Won dengan kaku.
Si Won mengulurkan tangannya dan musik di mulai.
“kau gugup?” bisik Si Won di antara tarian mereka.
“mwo?” ucap Frans Chan sambil terus menuruti gerakan Si Won.
“mengapa kau terus menghindariku?” Si Won melakukan gerakan
memutar Frans Chan kemudian merangkul pinggangnya dan membuat Frans Chan
semakin gugup.
“a...aku...”
“kau takut akan apa yang aku katakan atau karena kau masih
bersalah padaku?” ingat Si Won. Keduanya terus menari dengan ritme yang benar.
“kau ingin tau alasannya? Aku pergi..., karena aku
ingin...”jawab Frans Chan. Kini gerakannya sudah dapat menyeimbangi Si
Won,”memang aku bersalah padamu..., itu sudah jelas..., dan aku hanya takut aku
akan melukai orang-orang di sekitarku lagi.
Si Won mengangkat Frans Chan dan berkata,”kau masih
mencintai Hee Chul?”Frans Chan terdiam tanpa ekspresi. Si Won menurunkan Frans
Chan dan kembali meemutarnya kemudian merangkul Frans Chan dalam pelukannya dan
hentakan lagu terakhir,”aku masih menunggumu Frans Chan..., aku terus
menunggumu...”
“hei... kenapa mereka berdua?” tanya Lee Teuk pada Frans
Chan dan Si Won yang masih terdiam walau tepuk tangan sangat meriah.
“yah biarkan saja...”jawab Hee Chul yang tersenyum getir.
“yak Kyuhyun..., setelah ini kita akan naik...”ingat Yesung
pada Kyuhyun yang terus menatap jam tangannya.
“ya ya ya..., aku tau...” ingat Kyuhyun gusar.
“namja evil..., apa yang membuatmu seperti orang kehilangan
kaus kaki butut sebelahnya?” sindir Eunhyuk.
“ck...,sudahlah aku tak ingin bercanda...” jawab Kyuhyun
gusar.
“yeojamu?” tebak Sungmin. Dan Kyuhyun mengangguk ragu.
“bukankah kau telah memberinya handphone? Coba saja hubungi
dia...” saran Lee Teuk.
Kyuhyun mengangguk dan menghubungi Tsatsa,”yah..., kau di
mana?” tanya Kyuhyun,”mwo? Ya ya...Tsatsa kau di mana? Katakan padaku
sekarang..., tidak tau?!...tunggu saja di situ aku akan mencarimu...”Kyuhyun
menutup pembicaraannya dengan panik.
“ada apa?”tanya yang lain.
“aku harus pergi...”jawab Kyuhyun.
“yak kau gila? Kita akan naik sebentar lagi...” pekik Ryewok
sambil menahan kyuhyun.
“yah..., yeojaku tersesat di gedung ini aku tak bisa
membiarkannya, aku takut terjadi sesuatu padanya...”jawab Kyuhyun dan melapas
paksa tangan Ryewok yang menahannya pergi.
“yash..., KYUHYUN KEMBALI KAUUU...”teriak Ryewok namun
Kyuhyun tak perduli dan terus berlari.
“yak...kau tak perlu sedekat itu...”pekik Linda saat
keduanya mulai beradegan memasak bersama di dapur. Jun Ki benar-benar membuat
Linda kikuk dengan sikap romantisnya yang mengajarinya memasak sambil
mengarahkan tangannya. Para kru saja di buatnya berdecak kagum.
“ania..., ini hanya acting bukan...” senyum Jun Ki jahil.
Linda hanya dapat menahan kesalnya dan menjalani proses
syuting itu dalam perasaan gugup yang menyiksa (?).
“sudahlah..., kau tak perlu...”ringis Linda setelah keduanya
selesai memasak Jun Ki menyuapkan spagheti bolognat (?) pada Linda.
“kau harus mencoba...” paksa Jun Ki dan tetap menyuapkan
pada Linda.
“haha..., enak...”ucap Linda ke arah kamera. Dengan perlahan
mencoba menyeka kotoran di wajahnya namun Jun Ki menyela dan mengusap pelan
pinggir bibir Linda,”hyah..., mata namja ini...benar-benar
membuatku...membuatku...”bisik hati Linda dengan jengah.
CTARRRRRRRR
“GYAAAAAAAAAAA...”Linda berteriak dan memeluk Jun Ki
gemtaran.
“kau masih saja takut petir...”Jun Ki tersenyum dan
merapatkan pelukannya.
Linda tersadar mereka masih dalam proses syuting dan dia
melakukan hal bodoh, ani... kenapa sutradara tak meng’cut’nya?, ini salah..
CTARRR...
“ommaaaa...”pekik Linda makin merapatkan pelukannya,’aye...,
kau pabooo Linda...ingat-ingat... kau telah memiliki Seung...’ yakin Linda
namun tubuhnya tak ingin bergeser sesentipun dari pelukan Jun Ki,”andwe...”
desah Linda dan mencoba melepaskan pelukannya namun tidak dengan Jun Ki yang
tersenyum menatapnya.
Jun Ki menggerakkan mulutnya dan membentuk sebuah kata.
“mwo?” tanya Linda. Dan Jun Ki mengulang gerakan bibirnya
membentuk kata ‘ S A R A N G H E Y O O’ deg. Degup jantung Linda bertalu cepat,
kau pabo Linda..., pabo..., andwe... tapi...ini berbeda... bukan perasaan kagum
dan berhutang pada Seung yang telah membantumu... perasaan ini berbeda...,
sangat berbeda..., kau pasti jatuh cinta padanya....
“hiks...hiks...”tangis Tsatsa merapatkan
pendengarannya,”umma...,appa..., Bella... oppa... di mana
kalian...hikz....”tangis Tsatsa ketakutan. Seseorang mendekat dan ingin
membantu Tsatsa,”andweee jangan sentuh aku...jangan sentuhhh...
OPPAAAAAAA...”teriak Tsatsa kencang.
“Tsatsa...”pekik Kyuhyun yang tiba dengan penuh keringat
setelah mengelilingi stadion untuk mencari Tsatsa. Kyuhyun menatapnya Lega.
“oppa...oppa..., aku takut oppa kau kah itu?” tanya Tsatsa
memastikan pendengarannya.
Kyuhyun langsung memeluk Tsatsa
erat,”mianhe...mianhe...mianhe...,mianhe...aku terlambat mianhe....” ucap
Kyuhyun berulang kali.
“oppa..., aku takut...aku takut kegelapan ini seperti
menelanku oppa...”rengek Tsatsa antara lega dan ketakutan yang menjadi satu.
“ne..., ne..., gwencana..., gwencana aku ada di
sini...,gwencana..., mianhe...”Kyuhyun memeluk Tsatsa dengan erat, yeoja yang
begitu rapuh ini bagaiman kau bisa meninggalkannya Kyu pabo..., maki Kyuhyun
pada dirinya sendiri. Tsatsa masih terisak di pelukan hangat Namja Chingunya.
“malaikat...”Rindi tersenyum pada Nickhun dengan lemah,”kau
akan membawaku kan? Mengantarkanku pada Jong Hun kan? Tapi..., kenapa
sekarang...kenapa aku merasa aku tak ingin pergi? Malaikat..., katakan pada...
Jong Hun...aku lelah..., katakan padanya... aku mencintainya..., katakan
padanya...aku tak bisa menunggu...nya...lag...i...” Rindi memejamkan matanya
tertidur setelah suntikan yang di berika Eli mulai bekerja.
“aku akan menyuruh perawat membawanya...”ucap Eli.
“ani..., aku saja...”ucap Nickhun perlahan menahan tubuh
Rindi.
Eli tersenyum dan mengangguk,”baiklah...”Eli meninggalkan
keduanya.
Nickhun merapatkan pelukannya dan berkata,”mianhe...,
mianhe..., mianhe... aku ingin kau sembuh dan membusungkan dadamu..., menjadi
Rindi yang kembali bersinar...,Jongmal-jongmal sarangheyo...”bisik Nickhun masih
dalam posisi memeluk Rindi.
“malaikatku...”desah Rindi dalam tidurnya.
Lina terdiam di beranda kamar hotel tempat dia menginap
bersama Hyung, sambil menatap ke pantai dengan deburan ombak yang lembut. Keduanya
berbulan madu di Hawai (wow XD).
“waegurae?(ada apa?)”tanya Hyung, membawa dua gelas minuman
dan menyerahkan pada Lina.
“ani...” Lina mencoba tersenyum namun tak bisa menutupi
kegelisahannya.
“kau khawatir dengan Bella, Tsatsa dan adikmu?” tebak Hyung.
Lina mengangguk pelan.
Hyung meletakkan gelasnya dan gelas Lina di sebelah lalu
memeluk istrinya dengan lembut,”yah kita baru saja tiba di sini..., hanya 2
hari...aku berjanji padamu kita akan segera kembali ne...” pinta Hyung menatap
istrinya penuh permohonan.
“ne..., baiklah...”angguk Lina dan balas memeluk Hyung.
“kau menyesal menikahiku?” tanya Hyung dan membuat Lina
mengerutkan alisnya.
“jangan memulai lagi Hyung...”pinta Lina agak kesal.
Hyung tersenyum dan merapatkan pelukannya di pinggang Lina,”ani...,
aku sangat bahagia teramat senangnya hingga membuatku gila..., aku mengikuti
semua ide gila dari halmeoni dan adikku..., hingga aku menyadari keberadaan mu
di sisiku..., yah... aku tak bisa terlalu romantis...mungkin aku tak bisa
seperti Hyun..., jangan marah..., tapi aku bisa menjadi Hyung yang akan selalu
melindungimu..., selama 5 tahun...kau mendukung dan bersamaku... jika kau tak
ada aku merasa kosong...,tapi sekarang aku bisa mengatakan pada dunia..., kau
adalah milikku... nyonya Kim Lina adalah milikku...”
Lina tersenyum lembut dan memegang kedua pipi Hyung lembut,”ne...,
aku selama ini hanya terbelenggu oleh masalaluku bersama Hyun..., hingga tanpa
ku sadari kau sudah masuk di fikiranku...”Lina kembali tersenyum,”kau
datang..., sebagai Hyung yang menyebalkan..., ingat waktu aku mempergokimu
mencium yeoja di kantor? Aku kesal kau memanggilku ahjumma...”kenang Lina
dengan sedikit mengerutkan alisnya,”tapi kau..., kau berkali-kali datang dan
menolongku...,kau adalah kau..., aku tak mengharapkanmu menjadi Hyun...,
tetaplah menjadi Hyung yang selama ini ku kenal..., karena aku mencintaimu
seperti itu...h...tak ku sangka kepura-puraan itu mengantarkan aku padamu...,
kau tau... pertama kali Herlin memintaku menjadi kekasih bohonganmu aku fikir
ide gila..., tapi dia berkali-kali memohon tak ingin kembali ke rumah itu dan
memintaku..., tapi pada akhirnya kita malah kembali dan adikmu tinggal bersama
halmeoni...”
“yah..., setelah halmeoni mengenalmu entah mengapa sikapnya
berbeda..., kurasa dia lebih menyayangimu dari pada kami...”ucap Hyung.
“ck..., kau cemburu?”
“ani..., aku bahagia... dapat mengenalmu dan mencintaimu...,
kau benar-benar membuatku aneh...”
“yah apa maksudmu?” Lina berusaha melepas pelukan Hyung di
pinggangnya namun Hyung berkedip jahil pada Lina.
“yah..., jangan mengecewakan harapan orang kajja...,aku rasa
benar kata Bella dan Tsatsa aku ingin anak laki-laki..., aku ingin anak
laki-laki yang tampan... karena aku memang tampan..., aku sudah memiliki putri
yang cantik darimu..., sekarang ayo kita buat...”Hyung mengangkat Lina tiba-tiba
hingga dia terpekik kaget.
“hyaaaa...,a...ani...ani..., aku aku belum siap...” ucap
Lina menahan rona merah di wajahnya.
“ck...kajja yeobo..., laki-laki oke...”Hyung tersenyum dan
mengangkat Lina ke dalam kamar mereka...
TBC...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar